Mohon tunggu...
Dian Yulia Kartikasari
Dian Yulia Kartikasari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penikmat alam, kuliner dan menyukai dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

[Valentinsiana] Senyum Dosen Pujaan

10 Februari 2014   12:48 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:59 160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Ah siapa dia?
Langkahnya mempesona,
Suara hak sepatunya berirama,
Degup jantungku dibuat senada,
Harmonisasi nada cinta,
Pada pandangan pertama.

Oh dia, si dosen muda,
Magister universitas ternama,
Cantik, pintar, dan berwibawa,
Hatiku tertaut olehnya.

Tak ada istilah kesiangan,
Tiada pula kata bermalasan,
Aku dibuatnya kegirangan,
Rela mengikuti kelasnya seharian,
Bangku paling depan setia kupesan,
Banyak hal kutanyakan,
Dari soal pelajaran,
Minta kuliah tambahan,
Hingga perihal curhatan,
Apapun kulakukan,
Agar selalu dekat dengannya sang pujaan.

Sayang, sungguh disayang,
Dia sudah dipinang,
Ternyata dia istri orang,
dadaku berdegup kencang,
hatiku rasanya terbuang,
Layu sebelum berkembang,
Lebih baik segera kuhilangkan,
Semua tentang rasa sayang.

Ah... nasibku sungguh malang

**

Lho, kemanakah perginya?
Dosen pencuri hati para mahasiswa,
Dua pekan menghilang, tak tahu rimbanya.

Apapula yang terjadi padamu?
Telah lama tak bertemu
Sudah banyak yang inginku tanya padamu

Wahai ibu cantik dengan pipi bersemu,
Senyummu,
Candamu,
Yang selalu kurindu.

***

Oh... dosen pujaanku,
Ternyata kau sedang berseteru,
Dengannya suamimu.

Kulihat dirimu,
Tubuhmu penuh lebam biru,
Bekas percik darah tak menentu,
Kepalamu dijahit dua puluh satu,
Akibat ulah gila suamimu,
Hilang akal sehat atas dirimu,
Dianggapnya kau sandsack tinju.

Badan mulusmu nampak layu,
Terkapar diatas kasur di rumah sakit itu,
Kau hanya tersenyum padaku,
Agar aku tak cemaskan dirimu.

Duhai Ibu dosen pujaanku,
Lihatlah diriku,
berdiri tegap di hadapanmu,
Darah mudaku mendidih Bu!!
Tak sanggup melihatmu,
Menderita begitu,

Bu, izinkan aku,
Biar ku balas lukamu!
Kuambil parangku,
Kudatangi suamimu,
Yang sedang asyik bercumbu,
Dengan wanita-wanita perayu,
Kuakhiri masa hidupnya Bu!!
Demi cintaku padamu,
Demi kebencianku pada suamimu,
Yang tega menyakitimu,
Sang pujaan hatiku.

=======**=======

Kolaborasi: Dian Yulia dan Lipul El Pupaka
Antara Bengkulu dan Tangerang (8 Feb 2014)
Sumber ilustrasi : ricoveryheart.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun