Mohon tunggu...
Dian Yulia Kartikasari
Dian Yulia Kartikasari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penikmat alam, kuliner dan menyukai dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Cintaku Tertinggal di Jayapura

6 Mei 2014   01:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:50 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak jauh dari taman Imbi sekitar 7 menit berjalan kaki cepat ala pendaki gunung dan 15-20 menit ala saya penikmat kota ada sebuah taman yang dibuat oleh Pertamina, terlihat dari logonya. Inilah taman mesran, terletak di depan PLTD Jayapura. Sehingga agak sedikit berteriak jika ingin mengobrol disini. Berbeda dengan taman imbi yang cenderung remang-remang dan membuat tidak nyaman, disini terang benderang. Banyak anak kecil berlarian tanpa alas kaki, berambut keriting dikepang. Senang rasanya melihat keceriaan masih ada di taman kota, dimana pemandangan itu sudah mulai jarang kecuali di Monas.

Jayapura City View atau tower TVRI

Tempat yang juga terkenal dan tidak boleh dilewatkan jika berkunjung ke Jayapura. Tidak direkomendasikan bagi pengidap phobia ketinggian. Karena masih sedikit pengaman disini. Agak malu sebenarnya disaat anak-anak kecil bermain layangan dengan santai disini saya malah merinding disko karena melihat tepian jurang.

[caption id="attachment_334834" align="aligncenter" width="583" caption="Jayapura City View (dok: Dian Yulia)"]

13992884401553844616
13992884401553844616
[/caption]

Disini, semua bisa terlihat jelas. Pelabuhan, pantai kupang, teluk, gunung, pulau. Semua landscape indah dalam satu jangkauan mata. Sayangnya saya tidak punya lensa tele seperti turis asing yang juga mengambil foto tidak jauh dari saya. Tapi tak jadi soal besar, toh dengan kamera ponsel dan prosumer saya tetap bisa mengabadikan keindahan ciptaan Tuhan dengan alamnya.

Pasar Hamadi, pusat oleh-oleh

"Jangan lupa beli koteka!" begitu kata teman-teman. Semua rata-rata titip koteka, baik pria maupun wanita. Walau saya heran juga, toh belum tentu mereka pakai kan? Haha...

[caption id="attachment_335008" align="alignnone" width="648" caption="Koteka yang tergantung bebas di depan kios (dok: Dian Yulia)"]

1399375132667150445
1399375132667150445
[/caption]

Bukan hanya koteka yang bisa Anda temui di pasar Hamadi, kalung dari gigi sapi, babi banyak ditemui disini. Ada lukisan dan tas dari serat kayu dan beragam pernak-pernik lainnya. Paling terkenal adalah noken tas dari serat kayu buatan tangan seharga 150-300rb (tergantung ukuran). Ada tali seperti sabuk yang ternyata dipakai sebagai perhiasan oleh wanita suku Papua harganya mencapai 400rb!! Saya sudah berniat membawanya pulang langsung ciut mendengar harga yang disebutkan penjual dari Buton tersebut. Ketika saya tawar, si penjual pun membuka kartu harga yang ia dapatkan dari orang suku saja 150rb. Dan dijual lebih dari dua kali kepada saya?

[caption id="attachment_334833" align="aligncenter" width="346" caption="Bergaya dengan topi adat (Dok: Dian Yulia)"]

13992883751503140291
13992883751503140291
[/caption]

Akhirnya daripada habis isi dompet, saya pinjam saja propertinya. Saran saya ajaklah orang lokal yang Anda kenal, paling tidak bisa membantu menunjukkan jalan dan mengamini ketika Anda menawar di pasar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun