Mohon tunggu...
Dian Yulia Kartikasari
Dian Yulia Kartikasari Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Penikmat alam, kuliner dan menyukai dunia tulis-menulis

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Pasar Hamadi Jayapura, Belanja sambil Mancing?

12 Juni 2014   00:48 Diperbarui: 20 Juni 2015   04:10 421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_341817" align="aligncenter" width="576" caption="Rehat sejenak dengan kopi (dok: Dian Y)"][/caption]

Pasar saat ini tak hanya menjadi pusat kegiatan ekonomi masyarakat, akan tetapi juga sebagai pusat wisata. Beruntung saya mendengar informasi mengenai Pasar Hamadi ini dari rekan kerja yang juga penduduk asli Jayapura. Tak banyak berunding, saya langsung putuskan berangkat kesana besok pagi berburu oleh-oleh dan melihat langsung seperti apa sih Pasar di Jayapura itu?

[caption id="attachment_341818" align="aligncenter" width="576" caption="Di dalam Pasar Hamadi (dok: DianY)"]

1402482704156154031
1402482704156154031
[/caption]

Sudah modern dan tertata dengan baik, jauh dari perkiraan. Bayangan kumuh dan beceknya pasar seketika terhapus ketika berjalan dari parkiran motor. Lantainya sudah berkeramik dan tertata rapi, sama seperti pasar modern di kota-kota lain pada umumnya.

Saya tanya pada kawan, "bolehkah mereka (pedagang) saya ambil fotonya?" Dengan logat khas ia menjawab, "tak apa Ibu potret saja."

Saya keluarkan kamera dari tas saya dengan grogi, takut ditegur tapi amanlah pikir saya memotret mereka. Kan saya bersama orang sini.

[caption id="attachment_341822" align="aligncenter" width="576" caption="Selain sagu juga menjual cinderamata (dok: Dian Y)"]

14024829161971419843
14024829161971419843
[/caption]

Umbi-umbian, sagu dan ketela menjadi mayoritas primadona di pasar Hamadi. Bahkan disini pun ada bunga pepaya yang sudah siap santap. Hmmm..mengingatkan saya akan masakan Ibu di rumah.

[caption id="attachment_341824" align="aligncenter" width="576" caption="Transaksi jual beli (dok: Dian Y)"]

14024830351576567073
14024830351576567073
[/caption]

Hal lucu terjadi ketika saya meminta foto para penjual umbi. Mereka mengijinkan asal saya beli dagangan mereka paling tidak 2 kg, wah buat apaan ketela sebanyak itu? Jurus nego dilancarkan, saya dapat ijin setelah saya bilang wajah mereka akan terpampang di internet.

[caption id="attachment_341826" align="aligncenter" width="576" caption="Bu, saya tepati janjinya nih (dok: Dian Y)"]

1402483082229311433
1402483082229311433
[/caption]

Uniknya Pasar Hamadi, di belakang pasar ini kita bisa melihat laut, bahkan diijinkan memancing disana. Saya tidak punya alat pancing jadi saya foto saja. Tapi sayangnya agak kotor.

[caption id="attachment_341827" align="aligncenter" width="576" caption="Eh, si adik asyik bermain (dok: Dian Y)"]

14024831311835247223
14024831311835247223
[/caption]

[caption id="attachment_341828" align="aligncenter" width="576" caption="Pemandangan belakang Pasar (dok: Dian Y)"]

14024832201565278000
14024832201565278000
[/caption]

Oleh-oleh? Anda bisa membeli kaos bertuliskan I Love Papua di dalam area pasar. Harga yang ditawarkan beragam. Mulai dari 80 ribu awalnya, jurus emak-emak dikeluarkan saya dapat 40 ribu untuk 1 kaos dewasa dan 30 ribu untuk kaos anak-anak. Penjualnya orang Bugis, bekal logat Makassar minim dan gaya acuh saya dapatkan 3 kaos tidak sampai 100 ribu. Lumayan, hehe. Teman saya hanya menggeleng pelan, "ibu jago tawar dia punya jualan." saya hanya nyengir kuda.

Mencari koteka? Bukan di dalam tempatnya, di seberang areal parkir banyak sekali kios-kios menjual suvenir khas Papua. Harga bervariasi, yang jelas tidak semurah di dalam. Di luar pilihan lebih beragam, mulai dari lukisan dari kayu, koteka, noken, aksesoris, gantungan kunci, topi, tombak, patung, tas, dsb. Siapkan kocek ratusan ribu jika ingin membawa lebih banyak souvenir. Seperti saya tulisan sebelumnya. Penjualnya ramah, berbeda dengan toko sebelumnya saya diacuhkan begitu saja.

[caption id="attachment_341834" align="aligncenter" width="448" caption="Suvenir di Pasar Hamadi (dok: Dian Y)"]

140248367512618422
140248367512618422
[/caption]

[caption id="attachment_341830" align="aligncenter" width="576" caption="Mengajak ibu penjual berpose (dok: Dian Y)"]

1402483355278508814
1402483355278508814
[/caption]

Akhirnya waktu dan isi dompet jua yang mengingatkan saya untuk segera kembali ke hotel. Walau sebenarnya belum puas liat-liat seluruh isi pasar. Namun sudah cukup mewakili apa yang saya cari. Setelah beli ini itu. Sampai di hotel saya kembali bingung, cara packingnya gimana? Koper yang sengaja dikosongkan separuh tetap bejubel dengan titipan kanan kiri. Yaa namanya juga pergi jauh. Semoga saya bisa kesana lagi, suatu saat nanti. (dianyulia)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun