Mohon tunggu...
Dian Tri Ani
Dian Tri Ani Mohon Tunggu... Mahasiswi

Assalamu’alaikum

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

ADA KORBAN DI BALIK DIDDY: Melihat Kasus P Diddy Menggunakan Lensa Teori Konflik Ralf Dahrendorf

11 Oktober 2024   11:19 Diperbarui: 11 Oktober 2024   13:35 189
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media sosial digemparkan oleh kasus P Diddy yang ditangkap FBI (Federal Bureau of Investigation) atas tindak kriminal yang dilakukannya. Diddy ditangkap pada tanggal 16 September 2024, di sebuah hotel di New York. Saya mengetahui ini saat berita meledak bulan september kemarin, dan memenuhi beranda media sosial saya. Kemudian saya mencari tau alur dari kasus ini dengan melihat konten Nessie Judge di Youtube.

P Diddy alias Sean Combs adalah seorang rapper hip-hop, pengusaha, dan  produser musik terkenal asal Amerika Serikat. Diddy mempunyai label musik bernama Bad Boy Records, yang dibawah label tersebut ia mampu menghasilkan artis-artis papan atas. Tak heran jika ia mempunyai pengaruh besar dalam industri musik dan kuasa atas ketenaran artis-artis top dunia jebolan dari labelnya. Dari sumber kekayaannya itu Diddy menjadi salah satu rapper tersukses yang disegani di dunia.

Setiap tahun P Diddy mengadakan sebuah pesta yang bernama White Party, pesta ini dihadiri oleh artis-artis hollywood papan atas seperti Paris Hilton, Leonardo D`Caprio, Beyonce, Jay Z, Justin Bieber, Usher, Jenifer Lopez dan artis-artis lainnya. Diddy mengatakan bahwa diadakannya pesta ini untuk mengasosiasikan kemakmuran dengan hip-hop. Pesta ini sudah berjalan sejak tahun 1998 yang dilaksanakan di kediamannya di East Hampton.

Namun, siapa sangka citra yang selama ini ia bangun kemudian dihancurkan oleh Cassie Ventura, sang mantan kekasih. Awal mulanya karena Cassie menggugat Diddy pada tanggal 16 November 2023 dengan tuduhan kekerasan fisik, pemaksaan untuk mengonsumsi obat-obatan terlarang, dan pemaksaan untuk melakukan tindakan er*tis dengan pria lain yang dialaminya selama 11 tahun, selama mereka menjalin hubungan. Kasus ini berlanjut dengan berbagai pembelaan diri antar kuasa hukum, yang pada akhirnya terjadi transaksi kepada Cassie agar kasus ini berakhir damai.

Setelah  gugatan itu dilayangkan, polisi menginvestigasi Diddy dan mencari orang-orang yang terlibat dengannya. Bersamaan dengan itu, mulai bermunculan orang-orang yang melapor tindak kriminal yang dilakukann Diddy sebelumnya. Laporan-laporan kriminalnya bisa ditrace sajauh tahun 1991. Tuduhannya beragam mulai dari menahan hak penerbitan artisnya, penggunaan senjata ilegal, pengancaman, pelecehan, sampai pengakhiran hidup orang. Akhirnya polisi menggrebek kediamannya di Miami Florida pada 25 Maret 2024. Polisi menemukan bukti obat-obatan terlarang, lebih dari seribu botol baby oil dan pelumas, lalu ada beberapa senapan dengan kapasitas besar. Diddy dan pengacaranya memprotes aksi penggeledahan itu dengan dalih penyalahgunaan kekuasaan militer yang dilakukan berdasarkan tuduhan yang tidak berdasar.

17 Mei 2024, media CNN menayangkan sebuah video rekaman cctv tahun 2016 yang membuktikan bahwa gugatan Cassie terhadap Diddy itu benar. Dalam rekaman cctv Diddy melakukan aksi kekerasan pada Cassie seperti menendang, mencengkram, bahkan melemparkan vas kaca ke kepada Cassie. Video itu membuat orang-orang terkejut seolah tidak percaya Diddy melakukan kekerasan kepada Cassie yang dulu masih menjadi kekasihnya. Sebulan kemudian, salah satu ex member Danity Kane, mantan girl group yang pernah bekerja dibawah label Bad Boy Records menggugat P Diddy. Dia menyatakan bahwa selama dia bekerja dengannya sering mendapatkan kekerasan, pelecehan, tidak diberi makan dan tidur, hingga hak royaltinya tidak dibayar secara penuh oleh Diddy.

Puncak dari kasus ini terjadi pada tanggal 16 September 2024 kemarin, banyak laporan-laporan lain yang muncul dan bukti-buktinya. Diddy berhasil ditangkap polisi di hotel  Park Hyatt, New  York. Meski begitu, Diddy tetap menyangkal dan menyatakan bahwa dia tidak bersalah, Diddy dan pengacaranya menawarkan 50 juta dollar atau 760 Miliar agar ia hanya ditahan di rumahnya saja, Tetapi hakim menolak tawaran tersebut dan memerintahkan Diddy untuk tetap berada dipenjara sampai persidangan dilaksanakan.

Di dalam dakwaannya, tertulis bahwa Diddy memiliki sebuah organisasi yang bernama Combs Enterprises. Organisasi yang terlibat dalam berbagai tindak kriminal seperti pemerasan, perdagangan, kerja paksa, penculikan, penyuapan dan prostitusi. Diddy sendiri juga didakwa melecehkan, mengancam, penggunaan obat-obatan terlarang, dan tindakan menghalangi upaya penegakkan hukum untuk melindungi reputasinya.

Polisi menyita sejumlah alat elektronik yang menyimpan foto & video yang merekam kegiatan white partynya. Siapa sangka white party yang selama ini diadakan Diddy ternyata adalah pesta er*tis/freak offs. Baby oil dan pelumas yang ditemukan dirumahnya diduga digunakan Diddy untuk pesta itu. Tamu-tamu pesta yang mengonsumsi obat-obatan terlarang dan  melakukan tindakan er*tis karena dipaksa dan sedang dibawah pengaruh Diddy. Dengan kamera tersembunyi, P Diddy merekam/memotret kegiatan selama pesta berlangsung dan disimpan untuk menyembunyikan kejahatannya. Dia juga menggunakan uangnya untuk menyuap orang-orang agar  tutup mulut. (Nessie Judge, 2024)

Dengan kasus ini, saya melihat ada beberapa kasus yang bisa dianalisis dengan Teori Konflik yang dikemukakan oleh Ralf Gustav Dahrendorf. Dahrendorf lahir di Hamburg, Jerman, pada tahun 1929. Dia adalah seorang sosiolog, filsuf, ilmuwan politik, dan politikus liberal Jerman-Britania. Teori konflik yang dimilikinya didasari oleh pemikiran Karl  Max dan teori fungsional struktural Parsons, ia mengkritik teori fungsionalisme struktural hanya berfokus pada integrasi dan kestabilan dalam masyarakat saja. Sedangkan menurutnya dalam sebuah masyarakat terdapat dua sisi, konflik dan konsensus.

Menurut Fungsionalis, masyarakat dipersatukan oleh kerjasama sukarela atau konsensus bersama oleh kedua-duanya. Tetapi menurut teori konflik, masyarakat dipersatukan oleh ketidakbebasan dan paksaan. Dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain. Menurut Ralf Dahrendorf, ketidaksetaraan dalam distribusi kekuasaan dan otoritas adalah penyebab utama dari konflik. Otoritas secara tersirat menyatakan superordinasi dan subordinasi, mereka yang menduduki otoritas akan mengendalikan bawahan. (Tualeka, 2017)

Dalam kasus ini saya melihat P Diddy sebagai pemegang kekuasaan otoritas. Diddy  menggunakan kekuasaan, uang, dan relasi yang ia punya untuk melakukan hal yang semena-mena, bejad terhadap orang lain. Sedangkan lawan mainnya, pihak-pihak yang menggugat awalnya adalah korban yang dikendalikan oleh Diddy. hingga akhirnya mereka mempunyai kesadaran yang membuat mereka berusaha untuk merebut posisi sebagai pihak yang menguasai. Dengan posisi yang Diddy miliki, ia mampu menutupi seluk beluk kejahatannya. Sebagai bukti, tindak kejahatan yang ia lakukan sejak tahun 1991 atau 33 tahun yang lalu baru terungkap sekarang. Itu terjadi karena Diddy menggunakan kekuasaannya untuk menghalangi penegakkan hukum demi melindungi reputasinya.

Mari kita analisis mulai dari konflik Diddy dan mantan artis Bad Boy Records. P Diddy, pemilik label musik mempunyai peran sebagai pengendali, pemegang otoritas dan kekuasaan. Kemudian Richard Dawn, ex member Danity Kane, yang pernah bekerja dibawah label musiknya adalah orang yang sedang dikendalikan oleh Diddy. Konflik itu terjadi karena ada perbedaan kepentingan antara keduanya. Diddy mempunyai kepentingan pribadi untuk memepertahankan statusnya dan memperluas jangkauan kesuksesannya, memenuhi hasrat biologisnya dsb. Namun, dalam mencapainya Diddy menggunakan cara busuk seperti melakukan tindakan yang tidak etis, mengeksploitasi, menahan hak penerbitan, pengancaman, hingga tidak membayar royalti Richard secara penuh. Kemudian, Richard Dawn mempunyai  kepentingan untuk kesejahteraan personalnya, pengakuan artistik, penghormatan dan perlakuan adil, dan ia juga menginginkan kebebasan untuk menentukan karir mereka tanpa intervensi dari Diddy.

Selanjutnya, kasus white party yang melibatkan artis-artis ternama di dunia seperti Usher, Leonardo   Dicaprio, Justin Bieber, Jay Z, Beyonce, dll. Lagi-lagi Diddy yang memegang kendali dan tamu-tamu pestanya sebagai kelompok yang dikendalikan. Entah ini termasuk konflik otoritas atau bukan, tetapi Diddy mempunyai data artis-artis yang terlibat dengannya, bukan hanya foto dan video white party,  tetapi riwayat kesehatan mereka juga. Menurut saya, Diddy menggunakan data-data itu untuk mengontrol dan mengendalikan mereka. Apabila mereka menantang Diddy,  ia akan memanfaatkan data untuk menghancurkan karir mereka, bahkan upaya penghilangan nyawa seperti yang ia lakukan bersama organisasinya.

Nah dari semua korban dan pihak-pihak yang terlibat kemudian merasa dirugikan, hingga akhirnya mereka mempunyai kesadaran manifest, kesadaran kolektif yang dimiliki oleh pihak yang dikendalikan terhadap ketidakadilan dan ketidakseimbangan kekuasaan. Mereka menentang otoriter untuk memperjuangkan kepentingan mereka dan merebut posisi penguasa dengan melaporkan Diddy kepada pihak yang berwajib.

Dalam teori konflik Ralf Dahrendorf, konflik yang terjadi akan menimbulkan suatu perubahan. saya melihat kemungkinan perubahan yang terjadi akibat dari kasus ini adanya penurunan tingkat kepercayaan publik terhadap sosok P Diddy, Industri musik di Amerika akan lebih ketat dalam beroperasi, kemudian bisnis yang selama ini ia rintis bisa jadi mengalami kepailitan. Namun, tidak ada yang tau sebelum masalah ini selesai, itu hanya asumsi saya, apalagi sosok P Diddy adalah nama yang sangat besar, tidak semudah itu jika tiba-tiba ia gulung tikar.

sauce: tiktok @akanpromo
sauce: tiktok @akanpromo

Hingga saat ini penanganan kasus P Diddy belum berakhir, info terakhir pada awal bulan oktober 2024, korban P Diddy mencapai 120 orang. Sejak berita penangkapan P Diddy viral, netizen melakukan aksi cocokologi dengan lagu milik Eminem ft JIB yang berjudul "Fuel" mereka menduga ada sebuah lirik yang menyinggung seorang rapper dengan tuduhan pelecehan s*xual, adalah P Diddy. Lalu muncul juga teori konspirasi bahwa dalang dibalik kematian Tupac Shakur, Kim Porter, Aliyah Hana Daughton, Left Eye dan Michael Jackson adalah Diddy. Dalam  lagu "She Knows -- J Cole", netizen berasumsi bahwa lagu itu adalah wujud kejanggalan dari kematian Aliyah, Left Eye dan Michael Jackson yang diduga sudah direncanakan.

Nessie Judge (Director). (2024, September 26). WTF! KASUS P DIDDY | #NERROR [Video recording]. https://www.youtube.com/watch?v=EXIgrWBUCXY

Tualeka, M. W. N. (2017). Teori Konflik Sosiologi Klasik Dan Modern. Al-Hikmah: Jurnal studi Agama-agama, 3(1), Article 1. https://doi.org/10.30651/ah.v3i1.409

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun