Menurut Fungsionalis, masyarakat dipersatukan oleh kerjasama sukarela atau konsensus bersama oleh kedua-duanya. Tetapi menurut teori konflik, masyarakat dipersatukan oleh ketidakbebasan dan paksaan. Dengan demikian, posisi tertentu di dalam masyarakat mendelegasikan kekuasaan dan otoritas terhadap posisi yang lain. Menurut Ralf Dahrendorf, ketidaksetaraan dalam distribusi kekuasaan dan otoritas adalah penyebab utama dari konflik. Otoritas secara tersirat menyatakan superordinasi dan subordinasi, mereka yang menduduki otoritas akan mengendalikan bawahan. (Tualeka, 2017)
Dalam kasus ini saya melihat P Diddy sebagai pemegang kekuasaan otoritas. Diddy  menggunakan kekuasaan, uang, dan relasi yang ia punya untuk melakukan hal yang semena-mena, bejad terhadap orang lain. Sedangkan lawan mainnya, pihak-pihak yang menggugat awalnya adalah korban yang dikendalikan oleh Diddy. hingga akhirnya mereka mempunyai kesadaran yang membuat mereka berusaha untuk merebut posisi sebagai pihak yang menguasai. Dengan posisi yang Diddy miliki, ia mampu menutupi seluk beluk kejahatannya. Sebagai bukti, tindak kejahatan yang ia lakukan sejak tahun 1991 atau 33 tahun yang lalu baru terungkap sekarang. Itu terjadi karena Diddy menggunakan kekuasaannya untuk menghalangi penegakkan hukum demi melindungi reputasinya.
Mari kita analisis mulai dari konflik Diddy dan mantan artis Bad Boy Records. P Diddy, pemilik label musik mempunyai peran sebagai pengendali, pemegang otoritas dan kekuasaan. Kemudian Richard Dawn, ex member Danity Kane, yang pernah bekerja dibawah label musiknya adalah orang yang sedang dikendalikan oleh Diddy. Konflik itu terjadi karena ada perbedaan kepentingan antara keduanya. Diddy mempunyai kepentingan pribadi untuk memepertahankan statusnya dan memperluas jangkauan kesuksesannya, memenuhi hasrat biologisnya dsb. Namun, dalam mencapainya Diddy menggunakan cara busuk seperti melakukan tindakan yang tidak etis, mengeksploitasi, menahan hak penerbitan, pengancaman, hingga tidak membayar royalti Richard secara penuh. Kemudian, Richard Dawn mempunyai  kepentingan untuk kesejahteraan personalnya, pengakuan artistik, penghormatan dan perlakuan adil, dan ia juga menginginkan kebebasan untuk menentukan karir mereka tanpa intervensi dari Diddy.
Selanjutnya, kasus white party yang melibatkan artis-artis ternama di dunia seperti Usher, Leonardo  Dicaprio, Justin Bieber, Jay Z, Beyonce, dll. Lagi-lagi Diddy yang memegang kendali dan tamu-tamu pestanya sebagai kelompok yang dikendalikan. Entah ini termasuk konflik otoritas atau bukan, tetapi Diddy mempunyai data artis-artis yang terlibat dengannya, bukan hanya foto dan video white party,  tetapi riwayat kesehatan mereka juga. Menurut saya, Diddy menggunakan data-data itu untuk mengontrol dan mengendalikan mereka. Apabila mereka menantang Diddy,  ia akan memanfaatkan data untuk menghancurkan karir mereka, bahkan upaya penghilangan nyawa seperti yang ia lakukan bersama organisasinya.
Nah dari semua korban dan pihak-pihak yang terlibat kemudian merasa dirugikan, hingga akhirnya mereka mempunyai kesadaran manifest, kesadaran kolektif yang dimiliki oleh pihak yang dikendalikan terhadap ketidakadilan dan ketidakseimbangan kekuasaan. Mereka menentang otoriter untuk memperjuangkan kepentingan mereka dan merebut posisi penguasa dengan melaporkan Diddy kepada pihak yang berwajib.
Dalam teori konflik Ralf Dahrendorf, konflik yang terjadi akan menimbulkan suatu perubahan. saya melihat kemungkinan perubahan yang terjadi akibat dari kasus ini adanya penurunan tingkat kepercayaan publik terhadap sosok P Diddy, Industri musik di Amerika akan lebih ketat dalam beroperasi, kemudian bisnis yang selama ini ia rintis bisa jadi mengalami kepailitan. Namun, tidak ada yang tau sebelum masalah ini selesai, itu hanya asumsi saya, apalagi sosok P Diddy adalah nama yang sangat besar, tidak semudah itu jika tiba-tiba ia gulung tikar.
Hingga saat ini penanganan kasus P Diddy belum berakhir, info terakhir pada awal bulan oktober 2024, korban P Diddy mencapai 120 orang. Sejak berita penangkapan P Diddy viral, netizen melakukan aksi cocokologi dengan lagu milik Eminem ft JIB yang berjudul "Fuel" mereka menduga ada sebuah lirik yang menyinggung seorang rapper dengan tuduhan pelecehan s*xual, adalah P Diddy. Lalu muncul juga teori konspirasi bahwa dalang dibalik kematian Tupac Shakur, Kim Porter, Aliyah Hana Daughton, Left Eye dan Michael Jackson adalah Diddy. Dalam  lagu "She Knows -- J Cole", netizen berasumsi bahwa lagu itu adalah wujud kejanggalan dari kematian Aliyah, Left Eye dan Michael Jackson yang diduga sudah direncanakan.
Nessie Judge (Director). (2024, September 26). WTF! KASUS P DIDDY | #NERROR [Video recording]. https://www.youtube.com/watch?v=EXIgrWBUCXY
Tualeka, M. W. N. (2017). Teori Konflik Sosiologi Klasik Dan Modern. Al-Hikmah: Jurnal studi Agama-agama, 3(1), Article 1. https://doi.org/10.30651/ah.v3i1.409
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H