Namun siang ini, kudapati kenyataan pahit bahwa teman-teman yang selama ini bersikap manis di depanku, ternyata malah menikamku dari belakang. Pantas saja di akhir jabatanku, sikap mereka membuatku cukup emosional. Wajar sebenarnya bila ada bentrokan sesama tim. Akupun tidak keberatan bila mereka tidak sepakat dengan cara kerjaku. Ayolah...semua bisa dikomunikasikan. Tak perlu harus pake cara sepicik ini.
Sebagai orang yang berpendidikan, apakah dibenarkan kita bersikap seperti itu kepada sesama? Bagaimana kita bisa nyaman dan mencapai well being dalam bekerja bila lingkungan yang ada adalah lingkungan yang saling acuh, saling sindir, bahkan saling sekongkol? Lalu bagaimana dampak yang dirasakan dari kaum minoritas seperti aku? Apa mereka tidak ada empati dan simpati sedikitpun? Bolak balik pertanyaan memenuhi isi otakku tanpa satupun bisa aku jawab.
Perjalanan satu jam itu kulewati tanpa lelah raga yang kurasakan. Lebih lelah hati dan pikiranku saat itu. Saat si Blue memasuki area pelataran rumahku, kudapat pelajaran penting yang akhirnya kucamkan kuat-kuat di pikiranku, jangan berharap lebih pada makhluk Tuhan karena mereka bisa mengecewakan kita kapanpun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H