Secara sederhana pasar tradisional dapat didefinisikan sebagai berikut:
“..where sellers and buyers meet that accompanied the transaction between the two. Sellers and buyers can trade directly to bargaining activities..”
Tak diragukan lagi, pasar tradisional sampai saat ini masih menjadi one of biggest contributors bagi sebagian besar perusahaan baik lokal maupun multinational, dalam beberapa kategori produk. Pasar tradisional adalah the Centre of Gravity yang tetap memiliki daya magis ditengah serbuan agresif outlet-outlet ritel modern trade. Consumer Goods companies rata-rata masih menjadikan pasar tradisional sebagai “the Must-Win Battle” yang akan sangat menentukan positioning market share produk-produk mereka di pasar lokal dan nasional.
Tidak heran jika beragam strategi digunakan oleh banyak perusahan untuk memperluas coverage mereka, terutama untuk mengakuisisi pasar-pasar entah itu pasar reguler atau pasar musiman (mingguan, bulanan) yang tersebar di berbagai daerah yang sulit dijangkau (rural, remote area) oleh tim sales dari perusahaan ataupun distributor. Mulai dari menjalin kerjasama dengan pihak wholesaler/grosir besar yang sudah biasa menjangkau daerah tersebut, menunjuk sub-distributor/stockpoint hingga sampai dengan investasi langsung membangun satellite office/warehouse.
Semua dilakukan hanya untuk grab opportunity dari “kantong-kantong penjualan” yang tersebar sporadis jauhnya ratusan kilo dari pusat kota. Ini berarti perusahaan-perusahaan tersebut masih sangat percaya bahwa ada banyak pasar-pasar tradisional yang belum di-explore dengan optimal. Di dalam proses melakukan mapping Market Potency, pasar tradisional tetap memiliki “special room” yang menjadi prioritas dalam strategi Roadmap Extension Coverage yang mereka kembangkan.
Kenapa masyarakat modern masih tertarik berbelanja di pasar tradisional.?
1. Faktor Kebiasaan (turun temurun).
2. Faktor Kebutuhan untuk Bersosialisasi.
3. Faktor masih adanya beberapa item produk yang tidak dijual oleh ritel modern, seperti cemilan/kue/makanan khas daerah, sayuran dan buah, ikan dan daging segar.
4. Faktor Seni Tawar Menawar.
Lalu bagaimanakah kans potensi pasar tradisional ditengah membanjirnya outlet-outlet ritel Modern Trade, baik yang Hypermarket, Supermarket, maupun Convenience.?