Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Horor

Perkemahan Terakhir

23 Desember 2024   11:35 Diperbarui: 23 Desember 2024   11:35 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto perkemahan (Sumber: Alejandro Alas/Unsplash)

Axel mengangguk-anggukkan kepala memaksa dirinya setuju. Tidak lupa ia menancapkan penanda pos satu di depan batu berukuran besar itu. Sebuah batu yang lebar, menyerupai kerbau yang sedang berjemur.

Selesai menancapkan penanda, Axel baru menyadari kalau Danang sudah tidak ada di dekatnya lagi. Cahaya senter terlihat menjauh.

"Bang, tunggu!" teriak Axel.

"Bocah penakut. Susul sini!" terika danang dari kejauhan. Seiring dengan itu, cahaya lampu senter lenyap. Keadaan jadi gelap gulita. Hutan sunyi, hanya suara binatang malam yang terdengar di telinga.

"Bang, jangan bercanda. Cepat nyalakan lampunya!" teriak Axel geram karena telah dikerjain seniornya.

Senyap. Tidak ada jawaban dari Danang.

"Bang Danang!" teriak Axel lagi. Namun hutan semakin sepi. Axel mencoba melangkah berbalik arah. Kilatan petir menyambar, memancarkan seberkas sinar. Membuat Axel bisa melihat keadaan di sekitar sekejap mata.

Matanya menangkap sebuah sosok hitam menyeramkan tepat di hadapannya. Matanya menyala bagai bara api, tubuhnya hitam pekat entah itu jubah atau memang berbulu lebat. Sungguh axel tidak bisa mengamatinya lebih jelas.

Sosok itu muncul tiba-tiba di hadapan Axel membuatnya takut setengah mati. Axel membaca beberapa ayat yang diyakininya mampu mengusir hantu, tetapi usahanya sia-sia. Sekuat tenaga dengan sisa kekuatan dan kesadaran yang dimilikinya Axel berusaha kembali ke perkemahan dengan mengandalkan keyakinan dan cahaya langit malam yang sangat terbatas.

Beberapa kali kakinya terhantuk ke akar pohon. Bahkan axel merasakan betul bahwa lengan kanannya begitu perih terkena tusukkan benda tajam semacam duri pohon. Namun Axel tidak menyerah, dengan pontang-panting ia terus berlari menuju cahaya yangbersumber dari area perkemahan.

Semakin dekat dengan area perkemahan, Axel berusaha sekuat tenaga untuk tidak menimbulkan kegaduhan. Meskipun takut setengah mati, ia masih sadar bahwa dirinya tidak mungkin berteriak meminta pertolongan. Langkahnya yang semakin gontai, tertatih meniti jalan setapak yang basah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun