Ada banyak harapan yang tidak pernah berhenti ku pupuk tentang kebersamaan kita. Salah satunya rencana-rencana traveling yang selalu ada di daftar prioritas kita. Salah satunya pergi ke Jogja bersamamu.Â
Aku pernah bilang, walaupun sudah tak lagi muda, pacaran dalam sebuah pernikahan adalah hal yang tidak boleh dilupakan dan sangat penting adanya. Sejalan denganku, kau menyepakati pernyataan itu. Kau bahkan benar-benar memenuhi permintaanku bahwa hari Sabtu adalah hari wajib pacarannya kita.Â
Saat kau libur kerja, tetapi anak-anak masih harus masuk sekolah setengah hari, kamu selalu berhasil menyediakan waktu untuk kita bersama hanya berdua tanpa siapa-siapa. Pergi naik motor, kemana saja sesukamu memacu kendaraan kita. Aku memelukmu erat dari belakang, dengan begitu erat. Kita berbincang apapun yang terpikirkan saat itu.Â
Apalagi aku. Seorang perempuan yang baru satu tahun memutuskan untuk berhenti bekerja di luar rumah atas persetujuanmu, banyak sekali cerita yang ingin aku bagi denganmu. Selama seminggu hanya diam di rumah untuk menonton TV, menulis, menyiran tanaman, memasak dan lebih sering merindukanmu. Tentu saja aku merasa sedikit jenuh karena tidak puas meluapkan apa yang aku pikirkan dengan cara berbicara. Ada banyak ide yang memenuhi kepala, tetapi aku tidak punya teman untuk bercerita. Hari biasa, tentu kau lelah, aku tidak berani mengganggumu dengan terlalu banyak bahan duskusi. Aku lebih memilih membiarkanmu menikmati sajian makan malam yang ku masak, bersantai dan  istirahat, serta menonton acara TV kesukaanmu di malam hari.Â
Sedangkan di hari Sabtu, aku merasa begitu bebas berceloteh apapun. Hebatnya, kamu selalu siap menjadi pendengar dan bahkan menjadi penerjemah isi kepalaku, saat aku merasa sedikit kesulutan menjabarkan semuanya. Seolah memahami apa yang ingin aku bicarakan, kau selalu berhasil melontarkan kalimat sebagai pencingan sampai akhirnya apa yang aku pikirkan tumpah semua.Â
"Aku belum memiliki banyak uang untuk pergi jauh membawamu ke tempat-tempat yang kau inginkan. Awal tahun ajaran ini, dua anak kita masuk SMP dan SMA cukup memakan biaya," katamu.
"Tidak apa-apa. Tidak perlu dibahas, jalan-jalan berdua untuk sekadar makan bubur di angkringan, pergi ke tempat yang luas dan hijau, atau hanya muter-muter di sekitaran rumah juga aku tidak masalah. Urusan anak-anak, sudah menjadi kewajiban kita membiayai pendidikan mereka.Â
"Tapi dalam waktu dekat ink di tempat kerjaku ada agenda wisata ke Jogja. Kamu tidak keberatan kan kalau misal kita ikut wisatanya bareng dengan rombongan karyawan di tempat kerjaku?" tanyamu dengan sangat hati-hati.Â
Mendengar itu, aku melonjak kegirangan.
"Tentu saja aku mau," jawabku dengan perazaan senang.