Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Tidak Hanya Modal Cinta, Menikah Perlu Kesiapan Mental dan Fondasi Agama

18 Februari 2024   11:45 Diperbarui: 18 Februari 2024   15:09 786
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pasangan menikah. (Daria Obymaha from Pexels via parapuan.co)

Akhirnya banyak anak-anak yang mengalami fatherless; kehilangan sosok dan kasih sayang ayah. Banyak anak-anak yang melihat orangtuanya bertengkar hanya karena saling menyalahkan dalam pembagian peran dan tugas karena keduanya memang belum benar-benar siap.

Maka dari itu sebelum akhirnya memutuskan untuk menikah, sebaiknya siapkanlah mental sebagai istri dan ibu, juga sebagai suami dan ayah. Istri yang harus patuh kepada suami da nmenjadi madrasah pertama untuk anak-anak. Sedangkan suami harus mampu mengayomi, menjadi panutan serta contoh bagi seluruh anggota keluarga yang dinaunginya.

Fondasi Agama

Cinta bisa pasang dan surut. Hanya mereka yang memiliki fondasi agama dengan keimanan dan rasa takut akan dosa lah, rumah tangga akan bisa terjaga keutuhannya.

Orang yang hanya mengandalkan cinta dan kasih sayang saat menikah, ketika ia menemukan karakter yang tidak disuka pada pasangannya, maka yang terlintas di pikirannya adalah soal ketidakcocokan, soal ketidak nyamanan dan lain sebagainya.

Padahal, agama telah mengatur segalanya, tidak terkecuali soal hak dan kewajiban suami istri, serta hak dan kewajiban anak dan orangtuanya. Sederet aturan dilengkapi dengan sanksi dosa dan siksaan di neraka yang akan didapatkan jika semua itu dilanggar, telah diatur sedemikian rupa dalam agama. 

Kalau saja masing-masing pasangan sudah memahami aturan agama dan takut akan dosa dan siksa di akhirat kelak, maka seberat apapun konfliknya, akan selalu dikembalikan kepada aturan agama.

Ketika suami istri sudah paham aturan tersebut serta mematuhiya dengan penuh keimanan dan tanggung jawab terhadap Tuhan Yang Maha Esa, maka tidak ada lagi pasangan yang buru-buru memutuskan cerai ketika menghadapi ujian rumah tangga. Karena mereka paham, walaupun diperbolehkan, Tuhan itu sangat membenci perceraian.

Satu lagi, dengan fondasi agama yang baik, suami istri tidak akan mudah tergoda oleh lawan jenis yang memang bukan haknya. Lelaki akan jauh lebih menjaga pandangan dan perasaan, sedangkan perempuan sudah barang tentu akan sangat menjaga dan membatasi diri untuk berinteraksi dengan lawan jenis yang bukan haknya pula.

Setelah ini, masih mau buru-buru menikah hanya karena sering ditanyai kapan nikah?

Adapun soal modal nikah yang mahal, cobalah kita ubah mindsetnya. Menikah itu murah, cukup pergi ke KUA dengan biaya yang sangat terjangkau. Tidak perlu mengejar gengsi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun