Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Malam Pergantian Tahun dan Ancaman Besar bagi Anak Remaja

29 Desember 2023   14:44 Diperbarui: 29 Desember 2023   15:01 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2023. Tahun akan segera berganti. Hari baru, bulan baru, dan ... kalender yang menempel di dinding dan di meja kerja pun harus siap-siap untuk diperbarui. Sudah beli kalender baru?

Namun ini bukan soal kalender baru yang harus siap diganti buru-buru. Ini soal malam tahun baru yang banyak membuat semua orangtua yang sayang anaknya tidak bisa tidur nyenyak hingga pagi tiba karena menunggu anaknya pulang kembali ke rumah setelah diajak pergi merayakan malam pergantian tahun oleh seseorang yang dia kenalkan kepada kita sebagai 'teman'.

"Bunda, aku pergi dulu sama teman ya," katanya.

Lalu tanpa punya kesempatan untuk memilih, kita tiba-tiba mengiyakan karena orang yang disebut dengan 'teman' tadi turut menunggu persetujuan di balik daun pintu. Lantas setelah memberikan izin, seketika kita merasa cemas ketika mengintip dari jendela. Anak gadis dibonceng seorang lelaki yang menatapnya dengan tatapan yang sulit dicerna maknanya. Sayang kah atau bahkan sebuah gelora yang memang sama besarnya dengan yang dirasakan oleh anak gadis kita.

Mampukah mereka menampung semua rasa yang baru saja tumbuh di hati mereka yang baru saja mengenal gejolak itu?

Lalu akhirnya rasa sesal tumbuh perlahan dan semakin besar dalam hati kita seraya bertanya pada hati sendiri, "mengapa saya izinkan?"

Jangan sampai menyesal, Bunda. Mari kita menampar diri sendiri terlebih dahulu sebelum akhirnya kita mengizinkan anak-anak kita pergi di malam pergantian tahun baru tanpa tujuan dan kegiatan yang jelas adanya.

Pesona Malam Tahun Baru

Malam tahun baru sejak dulu selalu identik dengan suara gelegar dari petasan dan kembang api yang memekakan telinga. Meskipun begitu, bagi mereka yang menikmatinya itu adalah sensasi yang selalu dinantikan. Apalagi jika percikan kembang api sudah menghiasi langit dengan indahnya.

Sore hari, kemacetan jalan yang kerap terjadi. Menghambat laju kendaraan yang baru saja pulang kerja, karena dipaksa lembur oleh tumpukan pekerjaan yang tiada hentinya. Namun lagi-lagi, bagi yang memang menikmatinya, macet saat menjelang pergantian tahun adalah hal yang tetap seru. Berdampingan dengan pengendara lain saat macet, hingga beradu bunyi klakson saat menjelang pergantian hari adalah sesuatu yang menyenangkan.

Fenomena lain yang menjadi ciri khas tahun baru adalah pedagang terompet yang bermunculan sejak beberapa hari di penghujung bulan Desember, penjual jagung manis, hingga arang dari mulai toko besar hingga warung-warung kecil.

Uporia malam pergantian tahun selalu terasa dari tahun ke tahun. Seakan ini sudah mendarah daging dan tidak bisa dilepaskan menjadi sebuah tradisi. Keramaian itulah yang menjadikan malam tahun baru sangat sayang untuk dilewatkan.

Karena hanya terjadi satu tahun sekali, maka pesonanya begitu memukau. Siapapun ingin turut merayakannya, kecuali bagi merek ayang memang memiliki prinsip untuk sama sekali tidak merayakannya.

Di beberapa rumah, sebagian ibu-ibu menyiapkan daging untuk pesta barbeque dan berbagai penganan untuk dinikmati bersama keluarga besar karena yang berkumpul dan begadang bersama. Anggota keluarga lain berdiskusi; film apa yang akan ditonton sama-sama malam nanti?

Bagi sebagian orang lagi, sudah jauh-jauh hari merencanakan untuk berefleksi dan atau menikmati keindahan kembang api di suatu tempat sampai menyengaja memesan hotel untuk staycation di dekat lokasi yang bisa menikmati pesta kembang api. Atau bahkan mendaki gunung dan sengaja bermalam di tenda.

Begitu pula dengan para muda-mudi. Mereka sepakat membuat janji untuk pergi dan menikmati malam tahun baru sama-sama sampai pagi tanpa peduli apakah mereka mendapatkan izin atau tidak dari orangtua mereka jika pergi malam nanti dan pulang dini hari.

Entah menginap di mana, yang penting bisa sama-sama make a wish sambil berpegangan tangan, memanjatkan keinginan terbaik dengan harapan bisa dikabulkan di tahun baru nanti.

Sebagian meminta agar hubungannya tetap abadi saling menyayangi hingga maut memisahkan. Sebagian lagi ada yang menyatakan cinta dan jadian tepat di pergantian tahun, sengaja agar punya tanggal cantik untuk diperingati sebagai tanggal bersejarah.

Namun mirisnya, ada juga muda-mudi yang malah memilih untuk unjuk keberanian. Nekat menegak minuman keras atau 'mencicipi obat' hanya karena ingin terlihat hebat atau agar tidak terlihat cupu di mata teman tongkrongan. Mereka tidak lagi peduli dengan bagaimana perasaan orangtuanya jika sampai tahu dia melakukan itu.

Ada lagi yang lebih hebat dari itu. Sebagian anak muda menantang pasangannya untuk membuktikan kadar cinta dan keseriusan perasannya di malam pergantian tahun. Meminta hal-hal tertentu dari mulai hal konyol hingga yang membahayakan dirinya sendiri.

Seorang pemuda mengajak gadis yang menjadi pacarnya menghabiskan malam tahun baru dengan menginap di sebuah tempat. Memintanya menyerahkan seluruh jiwa dan raga yang pada akhirnya berujung pada merusak dirinya sendiri.

Setelah itu, kita sendiri pasti tahu apa yang akan terjadi dan kesedihan seperti apa yang dirasakan orangtuanya ketika harus menanggung akibat dari perbuatan mereka. Karena bukan hanya norma agama yang mereka langgar. Sanksinya pun tidak cukup hanya dengan sebutan pendosa bagi pelakunya, tetapi berimbas pada sanksi sosial yang diterima sekeluarga.

Banyak lagi fenomena yang sering terjadi di malam pergantian tahun baru. Bukan hanya anak remaja yang kadung kebablasan. Namun, remaja alim dan jarang keluar rumah sekalipun mendadak manis-manis merayu ayah ibunya dengan alasan, "yang lain juga pergi, tolong beri izin, sekali ini saja," pintanya dengan mata berkaca-kaca.

Melihat wajahnya yang memelas, akhirnya orangtua memberikan izin dengan dalih kasian. Tanpa mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya setelah malam makin meninggi.

Saat kembang api diluncurkan ada genggaman tangan-tangan yang memegang tangan anak gadis mereka. Ada rangkulan-rangkulan nakal di pinggangnya, bahkan mungkin kecupan penuh nafsu birahi meski untuk pertama kali.

Itulah cikal bakal yang akan membuat mereka lebih berani melakukannya lagi dan lagi. Atas izin kita sebagai orangtuanya lah mereka menjadi hilang rasa takut dan putus urat malu.

Pagar iman telah roboh. Benteng karakter yang semula ditanamkan di rumah runtuh begitu saja hanya dengan rayuan lelaki yang telah berhasil menggetarkan hatinya, menjadikan dia berbunga-bunga sampai akhirnya lupa daratan.

Ayah dan Bunda, yang saya tulisakan di atas adalah gambaran dari beberapa kejadian yang memang benar terjadi adanya. Mungkin memang hari ini anak-anak kita masih baik-baik saja. Namun jangan sampai kita justru membuka peluang kehancuran bagi anak-anak yang telah Tuhan titipkan kepada kita untuk kita didik dan jaga.  

Jangan sampai anak kita pulang ke rumah dalam keadaan rusak dan harus menanggung akibat yang jauh lebih fatal hanya karena kita izinkan mereka pergi satu kali di malam pergantian tahun baru nanti.

Mari dampingi anak-anak kita setiap saat. Beri mereka pengertian bahwa setiap orang harus memiliki batasan. Se-aman dan se-positif apapun kegiatannya jika kita tidak sampai melihat rundown acara dan tahu jelas panitianya, sebaiknya kita mencegah mereka pergi.

Menyadarkan anak-anak akan esensi pergantian tahun yang sebenarnya, menanamkan pemahaman agama yang baik dalam keluarga, dan menciptakan kegiatan bersama dengan cara yang unik di rumah saja bersama keluarga, merupakan beberapa cara pencegahan yang harus dilakukan agar anak tidak merayakan tahun baru di luar tanpa pengawasan.

Sebelum terlanjut begadang, perayaan tahun baru yang kebablasan tetap saja memiliki dampak yang kurang baik. Karena, meskipun tidak kemana-mana, yang namanya begadang tetap saja membuat seseorang sulit untuk bangun pagi. Alih-alih lebih baik di tahun baru, hari pertama di bulan Januari saja sudah gagal jadi hamba Tuhan yang baik karena sudah telat solat subuh. Hati-hati ya...

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun