Selamat hari ibu bagi para ibu hebat di seluruh Indonesia.Â
Memperingati hari ibu membuat kita semakin sadar bahwa jasa ibu kepada kehidupan kita tidak akan pernah lunas dibayar dengan apapun. Pengorbanan yang diberikan untuk anak-anaknya begitu besar. Seluruh hidup ibu didedikasikan untuk sang anak, yang penting anak bisa tumbuh dengan sehat, maka ibu akan melakukan apapun yang terbaik.Â
Menjadi ibu adalah kodrat, sebuah ketetapan dari Tuhan yang tidak bisa diubah. Meskipun kekinian tidak sedikit perempuan yang menolak menjadi ibu dengan memilih untuk tidak memiliki anak didasari berbagai alasan dan pertimbangan pribadi. Tentu saja hanya dapat dipahami oleh orang-orang tertentu yang memang sama-sama memiliki alasan kuat dan pemahaman yang sama tentang arti kehadiran seorang anak.
Akan tetapi yakinlah, walaupun tidak melahirkan anak dari rahim sendiri, naluri ibu akan mengalir di dalam jiwa seorang perempuan waras yang masih berakal dan bermental sehat. Kasih sayang dan cinta seorang ibu akan selalu ada. Perempuan yang menjadi ibu akan sangat mencintai anak-anak yang dilahirkannya, yang menjadi tante akan sangat menyayangi keponakannya, sebagai kakak perempuan pun akan menjadi penjaga dan pelindung bagi adik-adiknya.Â
Sebelum zaman bergeser menjadi dunia yang menakutkan, menjadi seorang ibu adalah peran mulia yang benar-benar dirindukan. Beban terbesar seorang ibu bisa dibilang hanya sebatas menjaga, mengurus dan memastikan anak-anak tumbuh dan berkembang dengan normal. Menjaga dan memberikan pendampingan penuh, membuat peran ibu sangat berarti dalam pembentukan sikap mental dan spiritual anak-anak. Anak-anak pintar dan seha, tumbuh dewasa menjadi pribadi yang tangguh serta bisa diandalkan adalah sebuah pencapaian yang luar biasa kala itu.Â
Namun kini, ketika zaman telah bergeser jauh dari batas normal, tantangan menjadi ibu kian berat. Berbagai ancaman mengepung di mana-mana. Bukan hanya di dunia luar yang jauh dari rumah, di lingkungan keluarga sendiri pun bahaya itu bisa saja mengintai anak-anak.Â
Krisis mental dan etika pada anak yang dipicu oleh buruknya lingkungan pergaulan dan pengaruh media sosial, maraknya kasus penculikan dan penjualan anak yang dilakukan orang tidak dikenal bahkan tetangga sendiri, kasus fedofilia, hingga pemerkosaan yang dilakukan oleh orang terdekat, membuat seorang ibu nyaris kehilangan akal, bagaimana sesungguhnya cara yang tepat untuk melindungi anak-anaknya dari bahaya.Â
Belum lagi berbagai tekanan mental yang diterima oleh seorang ibu. Semisal intimidasi dari keluarga sendiri, nyinyiran yang bersumber dari sesama perempuan, hingga kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh suaminya sendiri, menjadikan beban mental seorang ibu menjadi semakin berat. Karena itu, bagaikan sebuah rangkaian yang saling tersambung dan saling mempengaruhi, ketika mental manusia semakin buruk, ini pun dipicu oleh buruknya mental ibu yang tidak terjaga dengan baik. Karena ibu yang bermental baik tentu akan menghasilkan generasi yang baik pula.Â
Lantas apa yang sekiranya bisa dilakukan oleh seorang ibu dalam menghadapi kenyataan dan beban yang semakin berat kekinian? Mungkin beberapa hal di bawah ini bisa dilakukan bersama, agar setiap ibu memiliki kepercayaan diri bahwa perannya masih sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan moral manusia. Perannya bagaikan urat nadi yang berfungsi mengalirkan darah yang bersih ke seluruh tubuh manusia.
Seorang ibu wajib pintar dan terdidik. Menjadi terdidik tidak lantas seorang perempuan yang terlanjur menjadi ibu harus keluar rumah dan menghabiskan waktu untuk duduk di bangku kuliah lagi. Meskipun di rumah, seorang ibu wajib menyempatkan diri untuk membaca untuk menambah pengetahuan dan wawasan, menyimak dan mengkaji berita dan informasi terkini untuk memahami dampak dan bahaya yang mungkin mengancam anak bahkan membahayakan dirinya sendiri sehingga bisa melakukan antisifasi sedini mungkin.Â
Seorang ibu pun harus mau belajar keterampilan tertentu agar bisa menjadi teladan bagi anak-anaknya kelak. Anak yang dibesarkan oleh ibu yang rajin dan kreatif sertas berwawasan luas akan tumbuh dengan sikap mental yang sama. Karena karakter anak dibentuk oleh ibunya di rumah.Â
Meskipun dalam setiap keluarga tentunya telah memiliki kesepakatan dalam pembagian tugas masing-masing, tetapi sikap saling menghargai dan membantu peran masing-masing sangatlah penting dilakukan. Seorang suami meskipun waktunya telah habis di luar untuk mencari penghidupan, tetap saja ia harus memaksimalkan perannya sebagai seorang suami dan ayah bagi anak-anaknya. Pendidikan anak tidak hanya diserahkan kepada istri, tetapi suami pun harus hadir di sana. Suami pun sangat berperan untuk menjadi pelindung dan pengayom istrinya. Mendengarkan keluh kesah dan berdiskusi berbagai permasalahan yang dialami oleh anak-anak sangat wajib dilakukan.Â
Tidak melakukan dan menunjukkan perlakukan kekerasan terhadap istri merupakan salah satu pencegahan penyimpangan sikap pada anak. Karena anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang kondusif cenderung memiliki sikap mental yang baik pula.Â
Sebaliknya, istri pun memiliki kewajiban untuk memberikan dukungan terbaik bagi suaminya, agar perasaan dan emosi suami pun tetap terjaga dengan baik.
3. Perlindungan yang sama dari seluruh anggota keluarga
Peran anggota keluarga yang lain sangat dibutuhkan untuk menjadi pendukung keselamtan anak. Jika semua bekerja sama dengan penuh tanggung jawab, maka seyogyanya tidak harus muncul kasus fedofil yang dilakukan oleh kakek terhadap cucunya, pemerkosaan keponakan oleh pamannya bahkan oleh ayah kandungnya sendiri seperti yang marak di dalam pemberitaan akhir-akhir ini.
4. Peran serta masyarakat
Sebagai anggota masyarakat,sangat berperan penting dalam menjaga lingkungan tetap aman dan nyaman. Lingkungan yang baik, sedikit banyak memberikan pengaruh terhadap kesehatan mental seseorang. Lingkungan pergaulan positif diyakini dapat memberikan pengaruh besar dalam pembentukan mental anak yang lebih positif. Membentuk lingkungan yang lebih humanis dan religius misalnya dapat menjadi lingkungan yang baik untuk tumbuh kembang anak-anak.Â
5. Penegakkan hukum yang lebih tepat dan sesuai
Menyimak banyak komentar netizen soal hukuman yang diberlakukan untuk pelaku kekerasan, pembvnvhan, pemerkosaan, atau  pelaku kekerasan yang dilakukan oleh anak yang dianggap masih di bawah umur, dirasa kurang membuah efek jera. Kiranya para pemangku kebijakan hukum bisa segera melakukan revisi tentang sanksi dan hukuman yang diberikan kepada mereka untuk menciptakan efek jera. Karena nyatanya kekinian pelaku kejahatan semakin meraja lela seolah sudah tidak lagi berpikir dua kali dan tidak takut lagi akan ancaman hukum yang berlaku.Â
Mari dukung kesehatan mental ibu dengan berbagai usaha untuk mengurangi beban ketakutannyadalam menjaga dan mendidik anak-anak. karena nasib bangsi ini ada di tangan anak-anak kita yang kelak akan tumbuh dewasa memimpin bangsa ini. Mereka harus dididik oleh para ibu yang sehat, ibu yang cerdas, ibu yang dihargai keberadaannya, dan oleh ibu yang memang sudah siap menjadi ibu. Bukan menjadi ibu karena dirudapaksa oleh orang terdekatnya sehingga memiliki trauma.Â
Anak-anak Indonesia harus terlahir dari ibu-ibu yang kuat, yang memiliki keimanan dan nurani yang bersih, bukan dilahirkan dari ibu yang kemudian dibuang di mana saja menterlantarkannya.
Semoga bermanfaat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H