Lelaki juga punya hati. Judul yang saya tulis bukan untuk memihak kepada siapapun. Saya perempuan tidak lantas ingin berbeda pendapat dengan sesama perempuan yang telah bersama-sama saling membela, merasa senasib dan sepenanggungan. Apalagi kekinian sedang begitu marak pembelaan kaum perempuan sebagai efek sebuah tayangan.Â
Perempuan se-Indonesia mendadak menjadi kubu Kinan dan membenci seorang suami bernama Aris yang diperankan oleh sosok yang sebenarnya sangat diidolakan sebelumnya. Mereka menjadi berbalik membenci padahal itu hanya sebagai peran.Â
Lantas, perempuan-perempuan mendadak belajar menjadi detektif. Mengawasi setiap gerak langkah pasangannya. Curiga berlebihan, operthinking, cemburuan dan hilang kepercayaan.Â
Saya menuliskan judul artikel seperti itu bahkan menjadi judul dari novel yang saya tulis satu tahun yang lalu, dengan tujuan sebagai refleksi. Berusaha bersikap adil kepada sesama manusia. Jangan lantas karena merasa tersakiti kita menjadi orang yang keras hati tidak mau memaafkan.Â
Karena tidak semua lelaki seperti tokoh Aris di tayangan film Layangan Putus. Tidak semua perempuan di luar pernikahan kita seperti sosok Lidya, dan tidak semua perempuan sehebat dan setangguh Kinan.
Alasan lainnya adalah karena adanya kesadaran yang mendalam dari diri saya pribadi, bahwa jangan sampai kita kaum perempuan begitu tega menghakimi mereka dan memukul rata dengan label buruk hanya karena pernah merasa kecewa atau dikecewakan.
Kekecewaan muncul karena adanya harapan yang terlalu tinggi. Kecewa laki-lakinya tidak bisa tepat janji, padahal bisa jadi ia pun tidak sengaja melakukannya dan ada alasan lain yang lebih penting daripada menepati janjinya dengan kita. Belum lagi, faktor perasaan bisa sangat berpengaruh kepada ketepatan janji-janji seorang lelaki kepada perempuannya.Â
Lelaki yang sudah jatuh hati, tentu tidak akan menyengaja membuat pasangannya kecewa. Ia akan terus berusaha melakukan yang terbaik selama cinta itu bergejolak dalam hatinya. Lalu, ketika ada suami/lelaki yang mulai ngaret-ngaret saat janjian, ya itu tergantung pada bagaimana motivasinya untuk menepati janji itu. Kadar cinta dalam hatinya lah yang akan menentukan bagaimana cara ia datang kepada kita. Apakah dengan cara yang manis dan berbagai kejutan? Apakah datang dengan cara yang terlalu biasa, atau bahkan menunda-nunda.Â
Tentu saja ini terlepas dari situasi dan kondisi yang terjadi. Jangan dulu marah, ketika suami telat pulang saat janji makan malam di rumah. Sisakan dulu kemungkinan untuk jalanan yang macet atau pekerjaannya yang menumpuk di tempat kerja.Â
Lelaki juga punya hati. Tidak bisa disamakan. Karena hati yang ada pada laki-laki yang satu dengan yang lainnya tidaklah sama. Maka, ketika ada perempuan yang diselingkuhi lalu bilang bahwa semua laki-laki itu sama saja. Sungguh kasihan para lelaki yang memilih untuk selalu setia pada pasangannya.
Saat dibohongi, di-PHP-kan lalu berkata bahwa tidak ada laki-laki yang benar-benar bisa dipercaya dan diandalkan. Ketika ada yang berani memukul, KDRT, lalu dicap bahwa lelaki adalah mahluk yang lebih kejam daripada perempuan.Â
Seperti halnya perempuan, lelaki juga melalui fase pertumbuhan dari lahir hingga dewasa dan akhirnya dipertemukan dengan perempuan. Berinteraksi, menjalin hubungan sampai pada kisah kasih yang seolah akan menjadi kisah yang sempurna dengan modal sebuah cinta. Lantas di tengah-tengah perjalanan, lelaki melakukan kesalahan dan perempuan menjadi orang yang merasa menjadi objek yang paling tersakiti.Â
Seperti perempuan. Laki-laki tumbuh dibentuk oleh lingkungan yang ada di sekitarnya. Pola asuh orangtua, sekolah tempat ia belajar, perlakuan teman-teman hingga tekanan-tekanan hidup sangat memengaruhi karakternya. Perempuan pun tidak jarang kok, ada yang sangat keras kepala, tempramen, sampai ada yang begitu kejam kepada pasangan dan anaknya. Semua itu dipengaruhi oleh lingkungan dan bagaimana proses ia bertumbuh.Â
Tidak akan ada laki-laki pemarah jika ia dibesarkan oleh orangtua yang memberikan kasih sayang secara utuh. Tidak akan ada lelaki yang kejam jika ia dididik oleh lingkungan yang benar. Tidak akan ada suami yang dingin jika istrinya selalu menjadi tempat ternyaman untuk suaminya berbagi banyak hal. Tidak akan ada suami yang selingkuh jika istri tidak memberikannya peluang untuk itu.Â
Lelaki juga punya hati. Saat laki-laki merasa tidak dihargai maka ia tidak akan segan-segan melakukan hal-hal yang menurutnya bisa dijadikan jalan untuk menemukan kembali harga diri.Â
Lelaki marah-marah mungkin itu karena merasa tidak dipatuhi atau tidak dihargai dan dituntut terlalu banyak oleh pasangan. Akhirnya mengambil cara marah agar ia ditakuti dan dipatuhi istri.Â
Manusia, baik laki-laki maupun perempuan tercipta dengan tugas yang sama di muka bumi. Memiliki hati, perasaan dan naluri berpikir. Tidak akan ada manusia yang sempurna. Mau laki-laki ataupun perempuan, melakukan kesalahan adalah hal yang wajar. Tidak ada yang namanya perempuan selalu benar. Kalau perempuan lebih terlihat baper, mungkin ya. Karena hati perempuan yang diciptakan lebih lembut daripada laki-laki.Â
Lantas, apakah laki-laki gak baperan? Oh tentu saja. Laki-laki juga merasakan kesal, sebal, marah bahkan mereka sering kok cemburu. Hanya masalah pengemasan yang berbeda saja dengan perempuan. Karena lagi-lagi perempuan dan laki-laki diciptakan berbeda oleh Tuhan. Laki-laki kebanyakan pakai logika, sedangkan perempuan lebih membiarkan sisi rasa yang mendominasinya. Itulah salah satu alasan, mengapa "lelaki selalu salah". Bukan begitu?
Namun, jika kedua belah pihak bisa saling menyelaraskan dan mau saling memahami, salah menyalahkan tidak akan terjadi. Ketika perempuan sadar dan paham bahwa lelaki memang memiliki karakter yang berbeda, hati yang berbeda maka akan selalu menemukan cara bagaimana menyelaraskan sikap dengan karakter laki-laki yang memang jauh berbeda dengan perempuan.Â
Mari saling menghargai dan menjaga hati.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI