Kebijakan "Belajar Dari Rumah" yang diberlakukan selama masa new normal menghadirkan berbagai reaksi dari banyak pihak. Orang tua siswa dan para guru adalah yang paling meraskan efek dari kebijakan ini.
Dari sekolah, guru menyiapkan materi dengan desain pembelajaran sedemikian rupa, supaya dapat ditangkap dan diserap dengan mudah oleh peserta didiknya di rumah. Belajar dari rumah, menuntut guru untuk mengasah skilnya di semua bidang.
Mencari cara yang paling efektif untuk menyampaikan materi pembelajaran yang sudah dirancang dalam rencana pembelajaran selama masa new normal. Kemampuan membuat media pembelajaran dan menyampaikannya kepada peserta didik yang ada di rumah menyita energi tersendiri.
Guru dituntut untuk lebih kreatif, lebih cerdas, berpikir cepat dan menguasai teknologi tentunya. Kemampuan membuat video pembelajaran yang menarik dan asik ditonton/disimak oleh anak di rumah, bukanlah hal yang mudah. Masa pembelajaran daring ini jauh lebih menyita waktu dan pikiran dibandingkan dengan pembelajaran seperti biasanya sebelum wabah melanda.
Di samping itu, pengelola manajemen sekolah pun menjadi ikut pusing kepala mengatur dan memanage semuanya. Kepala sekolah tentunya bertanggung jawab untuk mengatur skenario pembelajaran dengan sistem yang jelas, terstruktur dan terukur.
Sementara orangtua di rumah bertugas menjadi pendamping, pengawas, pengendali, pemberi motivasi terbaik, dan membantu guru mendokumentasikan hasil pembelajaran.
Dengan adanya kebijakan pembelajaran dari rumah, orangtua kini dapat menjalani fungsinya secara sempurna. Mendampingi anak selama belajar di rumah menjadikan para orangtua lebih dekat dengan anak dan memahami karakter anaknya secara mendalam.
Jika sebelum pandemi covid orangtua memercayakan anaknya kepada sekolah secara penuh, maka sekarang pendidikan anak betul-betul seolah dikembalikan kepada para orangtuanya masing-masing.
Namun di balik itu semua, banyak orangtua yang mengeluhkan tentang sulitnya mengajarkan anak di rumah dan menyayangkan 'mengapa harus belajar di rumah. Mengapa tidak di sekolah saja?'
Seolah lupa dan abai pada keselamatan anak-anak dan keluarganya. Lupa bahwa bahaya virus mengintai setiap orang kapan saja. Lucu memang, tetapi apa boleh buat, setiap kebijakan selalu menuai pro dan kontra.
Beberapa kalangan yang kadang susah sekali memahami pentingnya taat aturan. Sukar sadar bahwa jika patuh tanpa keterpaksaan maka semua akan terselamatkan. Apa boleh buat, manusia memiliki kepala dengan isi dan pemahaman yang beraneka ragam pula.
Seketat apapun peraturan ditegakan tidak akan sepenuhnya dapat dipatuhi secara mearata.
Jika dilihat lebih dalam. pembelajaran dari rumah bukan hanya sekadar kebijakan semata, yang 'seolah' dinilai kurang adil. Berbagai tempat dibiarkan tetap beroprasi sementara sekolah sama sekali dilarang buka.
Bahkan ada peringatan, jika masih memaksa melakukan kegiatan pembelajaran maka akan dilakukan penyegelan karen adianggap melanggar aturan.
Aturan dibuat tentunya bukan tanpa alasan. Aturan dibuat untuk dipatuhim karena berfungis untuk melindungi, menjaga, melindungi, dan menyelamatkan semuanya.
Jadi, mari sedikit lebih bersabar, demi keadaan yang lebih baik. Semoga Indonesia segera pulih. Bagi para guru, tetaplah bersemangat menjadi pasukan terdepan dalam menegakan aturan pembelajaran jarak jauh.
Anda semua bisa mengambil hikmah, bahwa keadaan ini bisa menjadikan guru lebih kreatif dan terampil. Sementara bagi Anda para orang tua, bersyukurlah, ini adalah sumber pahala dan bentuk pemenuhan tanggungjawab kepada Tuhan akan anak yang telah dititipkan-Nya. Semoga bermanfaat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H