Mall buka, mengapa sekolah masih ditutup? Banyak yang mengemukakan pertanyaan tersebut. Bahkan tidak jarang yang menyampaikan keluhan serupa di media sosial berupa protes dengan argumen-argumen yang beragam.Â
Ungkapan-ungkapan tersebut tentunya bukan tanpa dasar. Kejenuhan anak terlalu lama berada di rumah dan keluhan orang tua yang merasa kesulitan mendidik anak di rumah menjadi alasan paling banyak dikemukakan.
"Anak-anak lebih nurut kepada gurunya daripada kepada orang tuanya," ujar salah seorang ibu muda yang merasa kewalahan membujuk anaknya untuk menyelesaikan tugas belajar di masa pandemi. Â
Alasan kesibukan orang tua pun menjadi masalah berikutnya. Di rumah, mereka tidak sepenuhnya bisa mengajar dan mendampingin anak belajar.
Namun bila kembali kita kaji, selayaknya keluhan tersebut tidak perlu muncul. Bukankah anak diamanahkan Tuhan kepada orang tua untuk dijaga sepenuh jiwa, termasuk mendidik dan menjadikannya "manusia"?Â
Justru orang tua lah yang selayaknya merasa bersyukur ketika anak-anak tidak harus dilepas ke luar rumah dalam era covid-19 ini. Tugas orang tua lah untuk menjaga dan menyelamatkan anak-anaknya. Jaga mereka tetap aman, di rumah saja.
Baca juga : Maraknya Angka Putus Sekolah Saat Pandemi : Pemerintah Upayakan Subsidi Kuota Belajar
Mengeluh? Boleh... Jenuh? Sama kok, semua orang juga merasakan hal itu. Secara, sudah begitu lama berada di rumah dengan ruang gerak dan lingkungan yang itu-itu saja, pastinya membuat bosan.
Akan tetapi bukankah sejak zaman dahulu kala ada selogan bahwa "rumahku adalah istanaku?" Seharusnya kalimat itu menyadarkan bahwa rumah adalah tempat paling aman untuk kita sekeluarga terutama anak-anak yang masih rentan akan bahaya dari virus corona.
New normal, orang sudah bebas wira-wiri kesana kemari seolah kebal pandemi.Â
Bebas liburan, bebas jalan-jalan. Tamasya menjadi ajang balas dendam setelah berbulan lamanya "dikurung" oleh aturan tidak boleh keluar rumah. Stres hilang, jenuh pun musnah sesaat kemudian setelah pergi berekreasi melepas penat bersama orang-orang tercinta.
Namun kenapa, di saat semuanya bebas merdeka, sekolah malah 'dikekang' dengan berbagai aturan dan protocol kesehatan dalam setiap kegiatan. Aturan tertulis yang berupa surat edaran pun bertebaran.Â
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!