Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

5 Pertanyaan Menyebalkan Saat Lebaran yang Hilang Karena Corona

24 Mei 2020   21:26 Diperbarui: 24 Mei 2020   22:13 242
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Emily Morter/Unsplash

Lebaran kali ini memang berbeda. Adanya pandemi corona telah membuat orang-orang lebih memilih untuk tinggal di rumahnya masing-masing. Aturan PSBB yang diberlakukan, menghambat para pemudik untuk pulang ke kampung halamannya. Hal ini menyebabkan berkurangnya kerumunan dan kumpul-kumpul di rumah saat lebaran. 

Padahal, ketika pulang ke kampung halaman, banyak hal yang didapatkan. Bukan hanya silaturahmi dan bermaaf-maafan, pulang kampung saat lebaran menjadi moment yang paling berkesan. Bahkan bisa jadi, banyak kejadian yang tidak terlupakan walaupun tidak selamanya semuanya menyenangkan. 

Hal yang paling umum dialami oleh pemudik ketika pulang ke kampung halaman adalah, mendapatkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak jarang menyinggung perasaan. Bahkan beberapa orang menganggap bawa pertanyaan itu adalah pertanyaan yang paling menyebalkan. 

Namun saat pandemi corona seperti sekarang, pertanyaan itu tidak lagi didapatkan. 

Apa saja pertanyaan tersebut? Apakah kamu pernah mendapatkannya? Mari kita simak!

1. Kapan menikah?

Pertanyaan ini adalah pertanyaan paling menyebalkan, jika didengar oleh orang yang belum juga mendapatkan jodoh. Ketika pulang kampung tidak membawa gandengan untuk dikenalkan sebagai calon pendamping hidup, maka siap-siap saja pertanyaan ini datang menghantam. 

Tidak hanya sampai di sana. Pertanyaan ini pun kemudian akan beranak-pinak, menjadi pertanyaan, mana calonnya? Sama orang mana sekarang? Kapan undangannya? Kok sendiri saja? 

2. Kerja di mana?

Pertanyaan ini tentunya sangat mengganggu dan tidak ingin didengar oleh seseorang yang masih menganggur. Apalagi jika sudah lulus kuliah. 

Seorang fresh graduate, seharusnya memiliki pekerjaan tetap di sebuah perusahaan. Itulah yang ada di dalam pikiran sebagian besar orang-orang di kampung halaman yang masih memiliki pola pikir sederhana. Mereka kira, mencari kerja itu gampang, segampang membalikkan telapak tangan. Padahal, lapangan pekerjaan kini semakin sempit. Tidak mudah seseorang memiliki pekerjaan yang dimimpikannya, kecuali jika ia memiliki ketrampilan yang dapat diandalkan. 

Orang yang memiliki ketrampilan yang mumpuni, akan lebih mampu bertahan hidup, daripada orang-orang yang hanya mengandalkan ijazah sebagai modal mencari penghasilan. 

3. Sudah punya anak berapa?

Pertanyaan ini pun cukup mengganggu. Apalagi ketika dilontarkan kepada orang yang memang telah lama menikah tetapi belum juga mendapatkan keturunan. Jangan sesekali mengajukan pertanyaan ini kepada mereka. Jika tidak ingin menyinggung perasaannya. 

4. Kapan Wisuda? 

Pertanyaan ini akan terasa biasa saja jika dilontarkan kepada mahasiswa yang memang baru semester bawah. Namun jangan salah, ketika pertanyaan ini mendarat di telinga mahasiswa semester akhir yang terus-menerus registrasi, alias hampir jadi mahasiswa abadi, pertanyaan ini cukup membuat jengah. 

Bagaimana mau wisuda, skripsi saja masih sampai bab niat. Ya memang menyebalkan. 

Namun apa boleh buat, keterlambatan yang diciptakan oleh diri sendiri, harus diatasi oleh sendiri pula. 

Siapapun mahasiswa yang mendapatkan pertanian itu, jangan pernah menyalahkan orang lain. Selesaikan kuliahmu secepatnya.

5. Tinggal di kota sudah punya apa?

Pertanyaan ini adalah pertanyaan yang sangat tidak etis. Namun jangan salah, masih ada lho, orang yang melontarkan pertanyaan tersebut. Kebanyakan sih, pertanyaan ini hadir dari orang-orang yang mengukur kesuksesan dari harta. Ketika pulang kampung menggunakan kendaraan pribadi, maka akan lebih dihormati dan dihargai daripada mereka yang pulang kampung menggunakan kendaraan umum.

Kamu yang mungkin nanti mendapatkan pertanyaan itu ketika pulang kampung setelah selesai pandemi, jawab saja, jika kesuksesan tidak melulu diukur dengan banyaknya harta. Melainkan diukur dengan seberapa banyak kebermanfaatan seseorang di hadapan orang lain, dan seberapa salih seorang makhluk di depan khaliqnya. Dijamin deh, jawaban itu akan mematikan mereka dan membungkam mulutnya untuk kembali bertanya. 

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang paling umum didapatkan ketika bersilaturahmi ke keluarga besar dan atau berkunjung ke rumah sanak saudara di kampung halaman. Apakah kamu pernah mendapatkannya? Saya pernah. Walaupun menyebalkan, tetapi tetap saya rindu silaturahmi. Semoga wabah ini lekas berlalu. Aamiin. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun