Sebut saja Esih. Perempuan berusia 42 tahun mengajar di sebuah Sekolah Menengah Kecamatan Ciamis. Esih hidup berkecukupan karena sang suami pun bekerja dengan penghasilan yang lumayan, di sebuah lembaga pemerintahan Kabupaten Ciamis.
Esih memiliki penampilan yang lebih nyentrik daripada yang lain di usianya. Kerudung, baju, tas, sepatu, dan aksesoris tambahan seperti bros, jam tangan, kacamata, hingga payung lipat, Esih punya banyak dengan berbagai pilihan warn. Ia bebas memadu padan pakaian ketika pergi bekerja atau hendak kemana saja.
Batik dinas ASN warna biru pun selalu lengkap dengan tas, kerudung, bros, hingga jam tangan. Jangan tanya, ketika di sekolah ada jadwal mengenakan batik seragam sekolah, Esih lah yang paling mencrang dibandingkan guru perempuan lainnya. Guru honor di bawah usia 30-an menjadikan Esih kiblat mode pakaian kerja. Esih tidak pernah ketinggalan zaman.
Ponselnya yang canggih dan selalu terisi quota menjadikan Esih selalu update info terbaru. Semua bahasan yang sedang hits, Esih selalu tahu. Dari mulai update tentang sebaran virus corona, isu politik, hingga gosip selebritis terkini.
Akun Instagram-nya pun selalu update. Esih mengikuti beberapa akun fashion dan kecantikan yang selalu memberikan tutorial praktis. Entah itu cara bermake-up atau pun menggunakan kerudung ala-ala anak muda.
Hal itu yang memudahkan Esih mencari model-model pakaian terbaru. Rekening yang selalu gendut, membuah Esih bebas belanja online. Jika menjahit baju ke tukang jahit langganan untuk seragam, Esih selalu punya model paling oke. Bahkan, tidak jarang model baju yang dipilih Esih menjadi model baju seragam sekolah tertentu gara-gara tukang jahit tidak bisa diajak kompromi.
Padahal, Esih sudah berpesan jika model bajunya itu tidak boleh ada yang sama se Kabupaten Ciamis. Jika misal terlanjur ada, sudah dapat dipastikan, Esih malas mengenakan baju itu kembali, dengan alasan risih, Esih menjadi sama dengan orang lain.
Suaminya yang juga ASN tidak ambil pusing dengan kelakuan Esih yang sering ganti-ganti tas dan belanja sana-sini di akhir pekan. Karena toh, uang yang dimiliki istrinya adalah uangnya sendiri.
Bardun, suami Esih sudah mencukupi kebutuhan rumah dari penghasilannya sebagai ASN dan pendapatan dari laba usaha dagang grosir sembako di Pasar. Jadi, jika Esih belanja pakaian, kerudung dan tas baru ke kota Tasik, Badrun sudah menyerahkan segala urusan kepada perempuannya itu. Â Esih pun sangat mencintai suaminya karena tidak pelit dengan uang.
Namun saat musim Corona, ketika semua orang "dirumahkan", ada yang berubah dalam keseharian Esih. Kini Esih tidak lagi bisa pamer tas dan aksesoris baru kepada teman-temannya di tempat kerja. Baju-baju bagusnya tidak lagi bisa dikenakan, hanya tersimpan di lemar. Sehari-hari Esih hanya dasteran di rumah saja.
Esih yang senang pamer dan jalan-jalan, kini berpikir keras, bagaimana caranya bisa tetap bergaya dan diketahui banyak oang walau tetap di rumah saja. Akhirnya ia memutuskan untuk membuat chanel youtube yang diisi dengan video tentang kegiatan hariannya.