Seiring kemajuan zaman, banyak sekali perubahan yang terjadi dalam segala bidang kehidupan. Hal-hal yang bersifat manual tergeser oleh sistem otomatis, yang tradisional mulai terkikis oleh sesuatu yang berbau modern.Â
Sayangnya, kebanyakan generasi meilenial adalah generasi yang latah. Senang ikut-ikutan hal baru, apalagi yang bersifat viral. Keinginan tahuan yang tinggi, rasa penasaran ingin mencoba, bercampur dengan ambisi mendapatkan popularitas.Â
Akibatnya banyak kaula muda yang lebih memilih untuk mempelajari dan mencoba hal-hal yang kekinian dibandingkan dengan menyukai sesuatu yang masih tradisional.
Namun, lain lagi dengan LISKA (Lingkung Seni Gerakan Pramuka) salah satu unit pengembangan anggota gerakan Pramuka yang ada di bawah naungan Gugus Depan Kota Bandung 23001/23002 Pangkalan UIN Sunan Gunung Djati Bandung ini bertujuan untuk mewadahi minat anggota terhadap seni tradisi. Sejak berdiri hingga sekarang, unit ini tetap setia dengan kecintaannya terhadap waditra, ngibing, dan kawihnya.
Ketua unit Liska, Muham mad Khotibul Umam menjelaskan bahwa bidang waditra ini yang akan membekali anggota untuk mengolah dan mengembangkan bakat di bidang alat tradisional.Â
Bidang ngawih mengembangkan bakat anggta di bidang tarik suara, sedangkan ngibing mengembangkan bakat di bidang tarian. Semuanya dilatih serius oleh para pelatih yang kompeten di bidangnya.
Sebagai warga suku Sunda misalkan, harus berani melestarikan budaya Sunda. Ini sejalan dengan ungkapan Suci Agustina Hidayat selaku Pamong LISKA. Suci memiliki harapan yang luar biasa kepada lingkung seni binaannya. Ia berharap unit ini mampu menghasilkan kader-kader Pramuka yang berkualitas di bidang seni untuk memajukan kualitas Pramuka UIN Bandung.
Lain lagi dengan pernyataan Pembina sekaligus penasihat unit LISKA, Idad Idul Adha. Ia menyatakan rasa bangganya kepada para pemuda, mahasiswa anggota gerakan Pramuka yang masih peduli dan mencintai kesenian tradisional.Â
Saat ini, justru ia melihat banyak perkembangan dari segi sikap para anggota Pramuka yang bergabung di unit LISKA. Mereka lebih diarahkan kepada karakteristik secara umum, etika, moralitas, serta etika berkesenian.
Dari proses penggalian potensi itulah akan timbul motivasi untuk mengolah dan mengembangkan, kemudian terbentuk menjadi prestasi. Jika anak muda sudah jatuh cinta dengan seni tradisi, maka kehadiran seni modern seperti apapun tidak akan bisa mengalahkannya. "Karena seni adalah candu dan tidak bisa dilepaskan. Kalau ada kangen pasti selalu ingin melakukannya," ujar Idad.
Selain menambah rasa prcaya diri karena  memiliki keterampilan yang berbeda dengan teman-temannya, ia juga merasa ketagihan karena menari bisa membuat tubuh menjadi lentur, sehat dan kuat.Â
Jadi, kalau seni tradisional sudah dicintai sepenuh hati, tidak lagi akan tertarik dengan yang lain lagi. Semoga bermanfaat.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI