Namun ternyata sang lelaki tetap saja mengejar dan menghujani perhatian kepadanya sampai sang perempuan merasa risih sendiri. Sementara ia tidak berani bersikap lebih tegas lagi karena ia tahu hal itu akan memberikan pengaruh besar bagi suhu suasan kerjanya.Â
Keaadaan tidak lago kondusif jika sang lelaki marah. Akibatnya, ia rela mengorbankan dirinya, untuk tetap membiarkan sang lelaki melancarkan 'usaha pedekate'nya itu. Hari-hari terasa berat. Ia tidak menginginkan hal itu terjadi. Namun tidak ada pilihan lain. Akhirnya perempuan itu stress sendiri.
Hallo, jika dilihat dari contoh kasus di atas betulkah orang-orang jahat kepada kita? Mereka yang jahat, atau kamu yang justru terlalu baik dan bodoh? Mengapa saya mengatakan demikian?Â
Karena menurut pengalaman dan pengamatan, orang-orang yang begitu stress dengan keadaan dirinya itu sebentulnya dibentuk oleh pola pikirnya sendiri. Adapun cara mengatasinya, bisa kita cob acara-cara di bawah ini:
1. Pahami bahwa semua orang punya hak yang sama
Kita tidak bisa mengontrol sikap orang lain kepada kita. Terserah mereka mau berbuat apa. Karena mereka pun memiliki hak untuk berbuat apa saja yang mereka inginkan.Â
Satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah bagaimana caranya agar kita bisa tetap sadar dan 'waras' di tengah-tengah perlakuan orang yang beragam kepada kita. Jangan selalu menyalahkan orang lain.
2. Diri sendiri adalah prioritas
Bukan untuk bersikap egois. Namun tanamkan bahwa siapapun memiliki hak berbuat, tidak terkecuali diri kita sendiri. Kalau mereka bisa 'setega' itu kepada kita, menagapa kita pun tidak melakukannya. Ingat, hati kita lebih berhak diperhatikan daripada terus menerus memerhatikan dan menjaga perasaan orang lain. Siapa lagi yang bisa benar-benar menjaga hati dan perasaan kita kecuali diri kita sendiri.
3. Belajarlah bersikap tegas pada mereka
Jangan biarkan mereka menyakiti kamu berkali-kali. Jika merasa tersakiti, maka lawanlah! Kemukakan keluhan dan ketidak nyamananmu kepada mereka agar mereka mengerti. Kadang-kadang, di dunia ini banyak orang yang tidak paham dengan sebuah sikap, tetapi harus dijelaskan dengan kata-kata yang pas.