Serunya Lomba Memasak di Majelis Taklim Al Barokah Garut
Memasak identik dengan dapur, peralatan yang memadai, serta suasana yang nyaman buat seorang koki mengolah makanan. Dari mulai memotong bahan, meracik bumbu, memasak, hingga menata makanan di piring hidang dengan kreasi yang kreatif .
Namun, bagaimana jadinya, jika memasak dilakukan di pinggir kolam sambil duduk bersila di atas hamparan karpet, dengan peralatan masak seadanya?
Tidak terkecuali kali ini Majelis pimpinan Uus Ruswandi tersebut menggelar lomba masak tanpa api di pinggir kolam, halaman bangunan majelis tempat jamaah menuntut ilmu.Â
Sebanyak sembilan kelompok yang terdiri dari tiga orang peserta per kelompok mengikuti lomba masak tanpa api. Kelompok tersebut merupakan perwakilan masing-masing dusun yang ada di Desa Putra Jawa Limbangan Kabupaten Garut.
Lomba ini berlangsung dari pukul 10:30 s.d. 11:00 setelah sebelumnya peserta mengikuti rangkaian acara, lomba MHQ, MTQ dan menyimak tausiyah dari Dr. Hafidz Muslih, M.Ag.Â
Penilaian yang dilakukan panitia meliputi tampilan, cara pengolahan, kebersihan, dan cita rasa yang dihasilkan. Semua peserta mengikuti dengan sangat antusias. Canda tawa pun hadir di sela-sela perlombaan.Â
Dewan juri yang terdiri dari tiga orang mengaku kebingungan menilai makanan yang disajikan. "Bingung kasih nilai ya, semua hasil olahan peserta enak, sih!" ujar Asep Mahfudin salah satu juri masak, ketika ditanya hasil olahan kelompok mana yang paling lezat seusai mencicipi semua makanan yang dihidangkan peserta.
Lomba masak ini tidak sengaja digelar begitu saja. Ini adalah salah satu rangkaian kegiatan perlombaan yang diselenggarakan oleh pengelola majelis bekerja sama dengan mahasiswa program Magister dan doktoral UIN Sunan Gunung Djati Bandung Sabtu (08 September 2019) yang kali ini bertindak sebagai panitia.
Salah satu peserta asal desa Pangauban Putra Jawa, mengaku bahwa lomba masak seperti ini, adalah hal yang menyenangkan. Bisa menjadi ajang silaturahmi antar warga. Sebagian besar peserta mengakui bahawa membuat karedok, lotek, dan semacamnya sudah menjadi kegiatan mereka sehari-hari.Â
Kendala utamanya adalah pada kekompakan dan menyamakan kesepakatan konsep masakan. "Menyenangkan dan cukup menantang, biasanya bikin ini sendiri sekarang harus dibuat bertiga, beda selera kan, jadinya bingung Juga," ujar ibu berkerudung merah.
Limbangan, 08 September 2019.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H