Suasana kemeriahan perayaan Hari Ulang Tahun RI ke-74 masih sangat terasa di beberapa daerah. Walaupun hari kemerdekaan 17 Agustus sudah berlalu, masyarakat masih harus berjuang untuk memenangkan berbagai pertandingan di medan laga.
Pertandingan, bukanlah untuk saling bersaing memecah belah golongan, bahkan merusak tali silaturahmi persahabatan antara sesama warga negara. Tujuan pertandingan hanyalah sebatas adu ketangkasan dan skil pesertanya.
Misalkan saja di Griya Winaya Kelurahan Pasir Jati Kecamatan Ujungberung Kota Bandung. Rangkaian pertandingan olahraga masih digelar. Di antaranya pertandingan voli putra antar RT yang berlangsung siang ini (25 Agustus 2019).Â
Pertandingan diikuti peserta antar RT yang notabene oleh para pria berstatus ayah ini, benar-benar menjadi pengobat rindu bagi orang-orang yang memang mencintai lapangan. Para "atlet' yang sudah lama tidak turun ke lapangan karena disibukan dengan berbagai rutinitas mencari nafkah untuk keluarga. Di lapanganlah mereka kembali menemukan dirinya dan menunjukkan keterampilannya dalam bermain voli yang sering dilakukannya pada masa muda dulu.
Puncak keseruan pertandingan terfokus pada pertandingan final ketika tetangga dekat harus bertemu dan menjadi lawan. Pertandingan pun berlangsung alot karena kekuatan pemain imbang, RT 06 dan RT 07 nyaris sama kuat.
Peserta pun tampak lelah karena harus menyelesaikan beberapa pertandingan sebelum akhirnya maju ke babak final di hari yang sama.
"Tenaga terkuras, tangan sakit dan badan lumayan lemas," ujar Yunus salah seorang pemain dari tim RT 06 sebagai pemenang.
"Alhamdulillah pertandingan ini menyenangkan, walaupun di awal-awal pertandingan, pemainnya hanya cukup untuk satu tim saja. Namun berkat adanya Pak Cokro yang bisa membangkitkan semangat tim, jadi kita bisa mempertahankan posisi juara pertama untuk Volley Ball putra, sambung Yunus.Â
Tidak lupa ia pun mengucapkan terima kasih kepada para suporter yang telah meramaikan pertandingan. "Hatur nuhun untuk semua dukungannya, semoga ini bisa jadi momentum untuk lebih mempererat lagi ukhuwah di seluruh warga," pungkasnya.Â
Hal yang sama diungkapkan oleh tim sebelah. Bagi tim RT 07 kalah menang pun bukan hal yang membuat sesak di dada. Karena moment "tujuhbelasan" merupakan ajang tumpahnya warga yang selama ini begitu jarang kumpul bersama. Kalah menang adalah biasa dalam pertandingan. Para pemain tetap bersyukur karena bisa bersilaturahmi dan main sama-sama di lapangan.Â
"Gak apa-apa kalah, yang penting bisa eksis, gaul sama tetangga dan makin kenal dengan RT lain," ujar Pipip Saeful di sela-sela waktu istirahat seusai pertandingan.Â
Ia dan seluruh anggota tim tetap merasa senang dan terkesan dengan pertandingan yang baru saja diselesaikannya. "Jarang sekali kan, kita bisa seperti ini. Main sama-sama dan tertawa bersama di lapangan," pungkas Pipip.
Melihat para pemain bermain cantik di lapangan sangat membanggakan. Para pendukung yang mayoritas merupakan para istri pemain memberikan sokongan terbaik dari pinggir lapangan. Dibantu para suporter para tetangga satu lingkungan, yang datang demi mendukung tim kesayangan.
Mereka saling adu yel-yel menyemangati. Duduk berdekatan di pinggir lapangan menyerukan suara dukungan dengan berbagai teriakan. Canda tawa pun mewarnai sorak-sorai selama pertandingan.
Ketika peluit penanda pertandingan berakhir dibunyikan, semua bersorak gembira.
"Moment kebersamaan dan semangat berjuang harus terus dijaga walau hanya dalam pertandingan tingkat RT. Kalah memang bukan tujuan utama, walaupun menjadi tujuan pertama. Namun yang penting, tumbuh persaudaraan di antara warga. Everybody happy, kita semua bersaudara," ungkap Inggit, pemandu yel-yel, salah satu supporter terheboh siang ini.Â
Betapa indah kebersamaan tersebut, apalagi jika semua warga sudah memiliki kesadaran yang sama dan merata. Duduk di sisian lapangan bukan hanya duduk memerhatikan pertandingan, melainkan saling menyapa antar sesama tetangga. Seluruh warga adalah saudara. Jika saja semuanya sadar, maka tidak akan ada lagi sekat di dada. Penonton akan lebih banyak, karena datang ke lapangan bukan lagi karena ingin menonton permainan suami atau orang paling dekat. Melainkan karena panggilan keakraban sesama warga, datang ke lapangan membawa rasa rindu kepada tetangga yang sudah menjadi saudara sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H