Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Berbeda, Hari Raya Idulfitri Ketika Nenek Tinggal Sendiri

5 Juni 2019   17:02 Diperbarui: 5 Juni 2019   17:23 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mohon maaf lahir batin | Dokpri

Selamat Hari Raya Idulfitri untuk umat muslim di seluruh Indonesia. Semoga Allah menerima amal ibadahku, ibadahmu dan ibadah kaliaan semua.

Hari Raya Idulfitri adalah hari yang senantiasa ditunggu. Momen ini adalah waktu yang tepat untuk berkumpul, bersilaturahmi bersama sanak saudara tidak terkecuali mengunjungi orang tua, nenek dan kakek di  kampung halaman. 

Mohon maaf lahir batin | Dokpri
Mohon maaf lahir batin | Dokpri

Setiap Hari Raya tiba, keluarga besar berkumpul semua dalam waktu yang sama di kediaman nenek. Semua anak cucu dan cicit meramaikan rumah besar yang hanya ditingali oleh dua orang lansia, yang selalu merindukan keramaian dan kehangatan rumahnya. Semua bersenda gurau, cucu cicit bermanaja ria kepada keduanya.

Namun Hari Raya Idulfitri kali ini terasa jauh berbeda dengan Idulfitri tahun-tahun sebelumnya. Bagaimana tidak, lebaran kali ini harus kami lalui tanpa sang kakek tercinta. Ketika sungkem, nenek hanya duduk sendiri di kursi panjangnya. Kursi sebelah tempat duduk nenek pun dibiarkan kosong karena biasanya ada kakek di sana. Satu persatu biasanya kami duduk bersimpuh menyalami keduanya. Kepala kami dousap dengan penuh kasih sayang. Kalimat-kalimat doa terbaik pun diucapkan keduanya dengan perlahan di dekat telinga kami. 

Kini, doa itu hanya kami dapat dari lisan nenek, karena kekek sudah tiada. Sudah selayaknya ia kami doakan bersama.

Nenek yang duduk sendiri di kursi panjangnya, tidak berhenti menyeka aliran air mata ketika anak dan cucu buyut sungkem meminta keridoannya untuk dimaafkan atas segala hilaf. Nenek menangis bukan meratap. Melainkan merasa terharu karena anak cucu masih bisa berkumpul bersama meskipun sabg kakek sudah tiada. 

Dokpri
Dokpri

Demi agar nenek kembali tersenyum bahagia, beberapa cucu yang tergolong usia muda pun berinisiatuf untuk membuka canda tawa. Menghangatkan suasana. Mengusir tangis di antara hati semuanya. Nenek pun kembali tertawa riang bahagia. 

Dokpri
Dokpri

Beberapa hidangan disuguhkannya. Penganan khas yang masih sempat dibuatnya disuguhkan ke tengah-tengah perkumpulan anak cucu yang sedang bercengkrama. Jika makanan nenek dilahap habis, maka ia tentu ia akan sangat bahagia. Setandan pisang yang dipetik dari kebun hasil tanamnya habis dinikmati. Manisnya lezat hingga ke hati. Sang nenek pun berkata, "nanti pasti menanam pisang lebih banyak lagi, untuk dinikmati anak cucu dan cicitku semuanya".

Semua berharap semoga usia nenek sampai ke Hari Raya berikutnya. Agar hangat canda tawa di rumah itu tetap terjaga. Karena hanya di momen lebaran lah semua bisa berkumpul dan menyempatkan waktunya. Memaksa lari dari kesibukkan pekerjaan dan hingar bingar kota untuk mengunjungi rumah nenek tercinta.

Sehat selalu ya, Nek. Doa kami selalu menyertaimu. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun