Mohon tunggu...
Diantika IE
Diantika IE Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer

Penulis, Blogger, Guru, Alumnus Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Menulis di Blog Pribadi https://ruangpena.id/

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Surat Cinta Penghujung Ramadan untuk Saudaraku di Palestina

4 Juni 2019   20:59 Diperbarui: 4 Juni 2019   21:07 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Teruntuk Saudaraku di Palestina.

Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Semoga engkau di sana selalu ada dalam lindungan Allah Subhanahu Wa Taala.

Saudaraku, saat surat ini kutulis, aku tak mampu membendung linangan air mata. Kebahagiaanku bertemu hari raya esok, sirna seketika. Saat gema takbir berkumandang diiringi dengan suara dentum petasan. Sungguh, bukan ini yang ku inginkan. Gema takbir seharusnya lebih khidmat terucap. Tanpa bising yang memekakan telinga.

Hatiku kembali teriris ketika mengingat keadaanmu di sana. Sudah tentu, gema takbir bukan lagi terdengar dari speaker masjid. Namun aku tahu, bahwa takbir itu selalu terucap dari lisanmu. Bukan hanya terucap karena besok hari raya Idul Fitri, namun itu bukti keimanan luar biasa kepada sang Maha Pencipta yang kau ucapkan setiap saat.

Dentuman yang bergemuruh di langit pun bukan petasan sebagai penanda hingar bingar pesta hari kemenangan, melainkan dentuman bom yang benar-benar mengancam.

Saudaraku, terbayang selalu sulitnya keadaanmu. Sepanajang Ramadan, bahkan bertahun-tahun lamanya, kehidupanmu tidak pernah terasa damai. Tidur tak nyenyak, makan minum tak enak, bahkan kekurangan. Anak-anak kelaparan, kehausan. Ketika berbuka puasa, berbagai makanan bisa dicicipi. Kau di sana, kadang sahur di dunia dengan basmallah, dan berbuka di alam barzah.

Setiap hari kau harus menyaksikan satu persatu nyawa hilang direnggut kebiadaban orang-orang yang tidak berprikemanusiaan. Setiap saat, hati gundah gulana, tak tahu lagi mencari aman, kecuali dengan meminta pertolongan kepada Allah Subhanahu Wa Taala. Hatimu pasrah penuh keimanan, ibadah puasamu teruji berjuta pahala menjadi jaminan.

Saudaraku, sungguh maafkan aku di sini yang masih berleha-leha. Mencari senang dengan sengaja, membelanjakan harta untuk kesenangan semata di hari raya. Sedangkan kau di sana, nyawa terancam setiap saat. Jangankan menikmati hari raya, sekadar bernafas lega pun sulit luar biasa.

Apalah aku yang hina dina ini, hanya bisa memanjat doa sekuat tenaga. Semoga Allah selalu melindungimu, menjaga bumi mulia. Mengalahkan mereka yang kejam dengan cara-Nya. Semoga mereka mendapatakan balasan sesakit-sakitnya. Sebagai ganjaran atas deritamu dan semua insan di bumi Palestina.

Saudaraku, bersabarlah. Ibadah Ramadanmu ditunggu Surga. Perjuanganmu mempertahankan tanah Palestina sangatlah mulia. Semoga Allah selalu memuliakanmu dan kaum muslimin semua. Memuliakan para mujahid, menghancurkan kaum kuffar dan musrikin. Semoga Allah membinasakan kaum yahudi dan mencerai-beraikan kesatuannya. Serta senantiasa meneguhkan dan menguatkan iman dan kesabaranmu. Aamin Ya Rabbal Alamiin.

Sekian suratku untukmu. Aku sangat berharap, Ramadanmu berikutnya bisa kau nikmati dengan rasa suka cita.

Wassalamualaikum Warahmatullah Wa Barakatuh.

Ciamis, 30 Ramadan 1440  H

Dengan Cinta dan Segenap Doa

Diantika IE  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun