Mohon tunggu...
Dian Charismana
Dian Charismana Mohon Tunggu... -

Laki-laki yang mengejar mimpi. sedang menyelesaikan studi SI di universitas negeri yogyakarta dan merintis melanjutkan studi S2.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bangsa Ini Butuh Revolusi bukan Evolusi

14 Oktober 2011   11:04 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:57 638
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

definisi dari bangsa disini adalah persatuan, persamaan watak yang dilahirkan karena perasaan senasib dan sepenanggungan (otto bauer), lalu dari konsep ini ditambahkan oleh pemimpin besar revolusi bung karno bahwa bangsa merupakan segerombolan manusia yang dilahirkan karena perasaan senasib dan sepenanggungan, tetapi yang berdiam diatas suatu wilayah geopolitik yang nyata satu persatuan. demikian ini lah yang disebut dengan bangsa. sekarang ini kita hidup di bangsa yang bernama Indonesia, bangsa yang mempunyai dasar dan falsafah hidup "PANCASILA". setelah mengerti apa itu bangsa, selanjutnya akan saya beri tahu apa itu revolusi dan apa itu evolusi? meskipun kedua kata-kata itu sekilas hampir sama karena sama-sama berkehendak perubahan, tetapi sebenarnya ada perbedaan diletak proses perubahannya. Begini, evolusi ini merupakan suatu kehendak atau peristiwa perubahan tetapi perubahannya dilakukan setahap demi setahap atau tapak demi setapak untuk menuju dari tujuan perubahan tersebut. Sementara Revolusi disini atau yg biasa disitir oleh bung karno yaitu Revolusioner merupakan suatu kehendak, tindakan atau peristiwa perubahan dan perubahan ini dilakukan secara besar-besaran dan memutar keadaan secara cepat tanpa melalui tahap-tahap terlebih dahulu. analoginya perubahan dari huruf A langsung ke huruf Z tanpa melalui huruf b,c,d,e dst. Tentunya sesuai dengan tujuan dari revolusi itu sendiri. di zaman era reformasi sekarang ini  kita ketahui bahwa permasalahan negara ini bukannya sedikit berkurang justru malah semakin kompleks permasalahannya, dari permasalahan politik, ekonomi, agama lalu hukum, dan tidak ketinggalan masalah ideologi. Ironis memang, pergantian kekuasaan dari zaman orde baru ke era reformasi sebelumnya memberikan sedikit cercah harapan kepada rakyat akan kehidupan bangsa yang menjadi lebih baik. hal ini cukup diperparah dengan pemimpin kita yg pandai ber akting, ketika pidato bukan nampak sebagai pemimpin melainkan seperti pemimpin yg terperosok didalam sebuah imperialisme. bukannya tegas justru malah terkesan lembek. pemerintah selalu berdalih bahwa permasalahan kompleks ini akan diselesaikan secara satu persatu. sehingga lambat laun secara pelan-pelan kehidupan bangsa akan membaik. tapi sekarang apa buktinya? rakyat sekarang juga saya kira sudah cerdas akan menyikapi hal ini, 13 tahun sudah berjalan reformasi dan hasilnya kemiskinan tetap dipelihara (semakin banyak), praktik Kapitalisme semakin menjadi-jadi, hukum susah ditegakkan, ekonomi tak kunjung stabil, agama selalu ada permusuhan antar golongan. Apakah yg seperti ini yang diinginkan dari era reformasi? TIDAK ! Kita pernah memiliki seorang pemimpin yang getol dengan revolusi atau yg akrab disapa pemimpin besar revolusi Soekarno. Dari sini pemimpin sekarang ini yg nota bene merupakan didikan dari eropa seharusnya  bisa mengilhami akan pikiran-pikiran galian bung karno. Bahwa memang betul bangsa ini sangat butuh Revolusi, bukan evolusi. tetapi harus dengan satu syarat mutlak revolusi ini harus berangkat dari nilai-nilai pancasila. Berbicara akan  Philosofische grondslag” dan “Welttanschauung dari bangsa indonesia ini memang cukup mengenaskan. di era reformasi yang merupakan era keterbukaan sudah banyak bermunculan golongan-golongan yang tidak mau mengakui dan menerima pancasila sebagai ideologi bangsa bahkan mereka secara terang-terangan menolak Pancasila dan menolak demokrasi. demokrasi sendiri merupakan salah satu nilai dari pancasila.  seharusnya Golongan-golongan tersebut berkaca diri bahwa mereka bisa berbicara untuk menolak pancasila dikarenakan adanya demokrasi. lha kog malah mereka menolak demokrasi dan pancasila. aneh kan? apa yang saya tuliskan diatas tersebut pada kesimpulannya bahwa kita harus berani bertindak revolusi dengan catatan pemimpin kita harus seperti suporter dari surabaya itu alias BONEK. bukan dipimpin oleh orang yang terkesan lembek dan selalu menunggu, jika seperti ini revolusi tidak akan berjalan. Karena permasalahan negara sekarang ini sudah memprihatinkan. Revolusi yang saya tekankan disini harus berangkat dan mempunyai landasan pancasila. sebab apa? jika kita menilik fakta sejarah pancasila yang merupakan proses penggalian dari bung karno, penggalian ini pun digali bung karno sejak dari zaman pra hindu. Pancasila ini merupakan cerminan dari corak, kultur dan jiwa rakyat Indonesia. Pranarka, (1985: 31-33) menginventarisasi pula dari naskah pidato Soekarno 1 Juni 1945 yang dikenal dengan “Pidato Lahirnya Pancasila”, Soekarno mengartikan pancasila sebagai “Philosofische grondslag” dan “Welttanschauung” bagi Indonesia merdeka. Kedua intilah itu menunjuk pada fundamen , filsafat, pikiran yang sedalam-dalamnya untuk di atasnya didirikan Indonesia merdeka. Pancasila terdiri atas: 1. Kebangsaan Indonesia, 2. Internasionalisme, atau peri kemanusiaan, 3. Mufakat atau demokrasi, 4. Kesejahteraan sosial dan, 5. Ketuhanan Yang Maha Esa. Pilihan kedua, yaitu trisila(sosio-nasionalisme, sosio demokrasi dan Ketuhanan). Pilihan ketiga yaitu Eka sila(gotong-royong) (Jurnal Filsafat Wisdom, 2007: 154). Dari fakta sejarah tersebut dapat digaris bawahi bahwa ruh atau inti yang ditekankan adalah gotong-royong. Dimana semangat kolektifitas sebagai dasar berbangsa dan bernegara kita. Tetapi perlu diingat pancasila bukan sekedar alat pemersatu bangsa. Demikian juga gotong-royong bukan sebagai pilihan pengganti pancasila melainkan ruh atau inti dari pancasila itu sendiri. Jadi, sudah selayaknya bangsa ini harus bertindak revolusi diatas tunggangan pancasila, sebab Pancasila sebagai falsafah bangsa jika diterapkan secara benar dapat menjembatani dan meredam adanya radikalisme agama, chauvinism, otoritarianisme, dan kapitalisme ekonomi. Maka sudah sepantasnya bangsa indonesia tanpa terkecuali, kembali menjadikan pancasila ideologi yang hidup dalam kehidupan bernegara dan berbangsa, tentunya dasar untuk bertindak Revolusi. SALAM REVOLUSIONER !

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun