Mohon tunggu...
Dian Soekotjo
Dian Soekotjo Mohon Tunggu... -

Ibu dua putri

Selanjutnya

Tutup

Foodie Pilihan

Keumahmah Sampai Nóh, Andalan Aceh Kala Badai Datang

30 Desember 2014   22:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:09 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rajang bawang merah, bawang putih, cabe merah, cabe hijau, dan cabe rawit, sekaligus siapkan komposisi sama yang diuleg halus dengan sunti dan jahe. Sunti itu cara Aceh menamai asam dari belimbing sayur yang dijemur kering. Orang Aceh menyukai rasa asam, jadi biasanya sunti akan ditambahkan banyak dalam masakan. Nah, tumis rajangan beserta bumbu halus sampai harum, lalu masukkan irisan-irisan keumahmah. Tambahkan air sedikit, garam, gula, lada, dan keumahmah asam pedas siap menemani nasi hangat.

Itu salah satu cara mengolah keumahmah. Musim cuaca buruk seperti sekarang, sering hujan deras, dan badai tinggi di laut, masakan berbahan dasar keumahmah akan sering tersaji di rumah-rumah di Aceh, termasuk Sabang, tempat tinggal saya. Kota Sabang di Pulau Weh, Aceh, akan terisolir saat musim cuaca buruk karena jalur penyeberangan, satu-satunya penghubung Sabang dengan Aceh daratan, biasanya ditutup. Kalau sudah begitu, rumah-rumah akan mengandalkan bahan-bahan awetan sebagai lauk, karena pasokan ikan, yang kegemaran orang Aceh sekaligus hasil utama di sana, berkurang.

Keumahmah itu daging ikan tongkol atau tuna yang diawetkan dengan cara direbus kemudian dijemur kering. Kalau membeli di pasar-pasar tradisional, kita akan menemuinya dalam bentuk bongkahan-bongkahan, kira-kira sebesar penghapus papan tulis, dan putih berbalut tepung sebagai pengawet. Orang sering juga menyebutnya ikan kayu, saking kerasnya produk awetan ini, juga dari ketahanannya yang jangka lama. Konon, keumahmah tradisi tua pengolahan makanan, dimulai jaman perang. Keumahmah itu ransum andalan prajurit Kesultanan Aceh Darussalam.

Hasil awetan, yang khas, lainnya, ada nóh, yaitu cumi kecil yang diasinkan lalu dikeringkan, dijual ukuran kilo. Nóh bisa di sambalado. Caranya, goreng kering nóh, sisihkan, sementara siapkan bumbu. Bawang merah, bawang putih, cabe merah, dan tomat dihaluskan lalu digoreng dengan minyak banyak. Setelah sambal kering, tambahkan gula sebanyak kurang lebih satu sendok makan, juga sedikit garam. Terakhir, masukkan gorengan nóh, aduk rata. Sambalado nóh ditambah nasi hangat... selamat makan...

Sumber foto : rinaldiad.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun