Mohon tunggu...
MD Mom Dyra Juata
MD Mom Dyra Juata Mohon Tunggu... Guru - ASN Penajam Paser Utara

Dyra Juata Menceriakan dunia dengan cerita, menulis adalah hobby sedari SD, apapun tulisannya semoga selalu membawa keberkahan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

My Most Beautiful Heaven

29 Oktober 2024   09:20 Diperbarui: 29 Oktober 2024   12:46 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jepretan pribadi Dyra_Riyanti

Syurga, yah bagiku engkau lah surga terindah bagiku bu.

Bukan hanya terindah namun terkuat, sepanjang perjalanan hidupmu seluruh amanah mu panutan bagi ku. Bagaimana kuatnya beliau melawan segala rintangan dunia. Sewaktu kami sekira kelas 4 SD beliau di diagnosa dokter mengalami gangguan ginjal dan asam urat, melakukan fisioterapi mulai dari RS. ITCI Kartika Utama hingga beberapa RS di Balikpapan seperti RS. Restu Ibu dan RS. tentara. Lelah dengan fisioterapi, memutuskan untuk terapi mandiri di rumah dengan membakar batu bata lalu setelah panas di lapisi kain lalu di injak-injak, alhamdulillah nampak keberkahan.

Melanjutkan waktu yang berjalan, ketika kami memutuskan untuk pindah merantau ke Penajam Paser Utara di situlah beliau mengalami guncangan jiwa yang dahsyat. Di tinggal anak, menantu terutama cucu pertama dan saat itu satu-satunya. Yah mungkin  memang benar, sesayangnya sama anak lebih sayang lagi terhadap cucu. Dan untuk menghilangkan kegundahan tersebut beliau meminum kopi, tidak lagi dua cangkir dalam satu hari tapi seingatnya. Bahkan bukan lagi menggunakan cangkir tapi mug besar. Patah hati karena perginya "gandolane ati".

Selang satu tahun terdengarlah kabar itu, yang tak kami harapkan yang tak kami inginkan. Dokter mengdiagnosa diabetes, dengan kadar gula yang pastinya di atas rata-rata. Semua yang melihat pasti bertanya kenapa kok kurus, kok ini, kok itu namun beitulah takdir. Waktu terus bergulir hingga tak terasa sepuluh tahun berlalu, engkau lalui hari-hari dengan rutin mengkonsumsi obat serta ramuan herbal.

Engkau yang selalu ingin membahagiakan keluarga selalu ingin liburan dengan kami, alhamdulillah kami masih bisa mengabulkannya bu. Namun di bulan Desember tahun 2023, agaknya menjadi firasat buruk bagi kami. Bagaimana tidak, di sore itu sehari selepas dari pantai di Muara Badak ibu mengajak jalan menyusuri sungai melewati jembatan dengan alasan mengantarkan kami ke rumah mbah Tun. 

"Yan, dengarkan pesan ibu y, karena kita g tau namanya umur kan rahasia Allah tapi ibu bolehkan sampaikan ke kamu, cuma kamu yang paling ngerti ketimbang adek mu."begitu titah ibu.  "Ibu apasih, g usah biacara begitu." ucap kami. "Ibu punya jarik lumayan tapi paling kalau kurang 1 atau 2 lembar karena ibu berikan waktu ninggalnya pak puh Di, tapi biasanya g boleh yang bergambar burung. Ibu juga beli banyak gamis satu set hijab. biasanya nanti yang memandikan di kasih baju, seumpama yang mengurus membantu memandikan ada tiga ya kasih aja semua, kamu pilihkan saja sesukamu. Kamu masih ingat g ibu-ibu pengajian yang kamu bilang berwajah judes dulu itu, dia sekarang yang bertugas mengurus rukun jenazah. Hanya wajahnya saja namun baik kok orangnya, nanti ikuti saja arahan beliau ketika memandikan ibu. Kalau orang jawa ada adatnya tabur beras kuning biasanya mbah Marsel yang suka buat, tapi yah tanyakan lagi ke bapak kamu tau kan kerasnya bapak bagaimana. Kalau masalah masak makanan untuk tamu dari setelah pemakaman kamu atur aja bagaimana baiknya dengan sodara kita." Baiklah ucapku,namun setengah tidak begitu mengiyakan karena berharap masih lama perjalanan bersama ibu.

Singkat cerita, di kala liburan sekolah tiba "Yan, ibu sama bapak liburan kali ini mau ke sambang jawa dulu, si Fira ibu bawa, biar adil anakmu si Qeyla tak bawa, kalau di minta bawa Nayya juga ibu sama bapak belum bisa momongnya." titah Ibu. "Baiklah bu, biar nanti gantian saja ibu dulu ke Jawa, Dian Jaga rumah Samarinda dulu. Nanti ketika ibu sudah kembali baru gantian kami sekeluarga ke Jawa." Ucap kami. Dan harapan nya berjalan sesuai dengan rencana namun ketika di Jawa ibu sakit, drop dan ingin segera pulang ke Kaltim walaupun kami bilang di senangkan dulu di Jawa. Setelah tiba di Samarinda kesehatan berangsur normal kami pin berpamitan ke Jawa.

Awal bulan September, secara mendadak ibu memberi kabar. "Yan, turun jemput ibu, ibu sudah di rumah mbah mamak kangen sama kalian ibu mau ke Perum. STN sama kalian beberapa hari". Titah Ibu. Dengan hati senang dan gembira dengan membawa odong-odong kesayangan kami pun turun dengan niat menjemput ibu. setelah beristirahat dan bersenda gurau sejenak kami pun melanjutkan perjalanan menuju STN, namun ada hal takdir tak tak terduga kami mengalami lakalantas bertabrakan dengan truck. Tapi Allah maha baik memberikan kami semua "nyawa kedua."

Setelah beberapa hari pengobatan, ibu pun minta di antar kembali ke Samarinda. Setelah dua minggu ibu berkabar sudah baikan. Diawal bulan Oktober mendadak ibu berpesan, ibu sakit radang parah, g bisa ngomong, sakit nelan sesuatu. Tapi ibu mau di belikan sawo matang di gundukan (api-api). Dan di hari jumat sore kala itu kami bawakan sawo tersebut ke Samarinda dan di makan dirasakan tidak sampai setengah buah. Pada Sabtu pagi ibu meminta di masakkan semur tahu tempe, bersyukur masih bisa merawat ibu juga menyuapinya, mendampingi mck, dll. Agak nya jam 11 ibu mengusir kami, agar lekas pulang karena khawatir kasian anak-anak yang kami tinggal walaupun ada mbah mamak yang menjaga. Alhasil kamipun pulang namun sebelumnya saat berpamitan, Ya Allah tanda itu, hidung itu sudah berbeda wujudnya. Namun tetap berdoa dalam lubuh hati terdalam berharap semua akan baik-baik saja. 

Begitu tiba di rumah anak pertama kami Aqeyla demam dan ba'da Magrib di urut. Lalu ketika Minggu sore, terdapat pesan dari lik Jum bahwa ibu sudah drop lagi, dan bapak juga menelepon ibu di bawa ke RS SMC. Tanpa aba-aba kami pun meluncur ke Samarinda dengan adik kami Toni membawa motor dan tiba di RS. SMC sekira jam 11 malam. Saat itu ibu masih melihat kami, dan bertitah " owalah nduk yan melas anak mu". Setelahnya kembali memejamkan mata. Singkat cerita di pindahkan ke ruang HCU kami pun bermalam di Rumah sakit tersebut.

Saat subuh tiba suster bilang ke kami untuk menyuapi ibu, namun hanya dua sendok yang berhasil di makan berserta suapan air hangat. Selebihnya kami hanya memijat badan seraya mengecup lembut wajah surga ibu. Siang harinya datanglah dokter visit dan menjelaskan bahwa gula darah ibu yang awal masuk IGD 800 sudah turun menjadi 390 karena sudah diberi insulin, namun leukositnya tinggi 2000, dan ada gangguan ginjal untuk jantung masih observasi mendalam. 

Jam besuk sore tiba keluarga hadir dan bergantian menjenguk, ba'da isya bapak bertitah "Pulang dulu karena dari malam kemarin sampai malam ini sudah menjaga ibu, biar gantian malam ini bapak dulu". Kamipun pulang sebentar mandi dll, lalu kembali ke rs. jam 10 mlm kami pulang karena perut tidak bersahabat sedari siang hari di rs, padahal waktu siang hari mba yuli sudah membawakan tolak angin dan sudah kami minum. Sekira jam 11.30 wita bapak telepon ke rs sekarang dan dengan kekuatan penuh kami meluncur ke RS berlari terhuyung-huyung dan tiba di kamar ibu. Bapak setia menalkin ibu begitupun kami, lalu dokter memberi perintah menjauh karena akan di pacu jantung. Bapak menunggu di luar karena tak kuasa, kami berdiri di ujung kaki ibu melihat tenaga medis berjuang lalu kami melihat monitor jantung yang persennya semakin turun dan menuju 0, persis seperti sinetron yang biasa kami lihat dan detik itu kami alami sendiri, betapa runtuhnya dunia saat itu Selasa, 15 Oktober 2024 Pukul 01.15 WITA ibu menghadap sang Khaliq. Namun teringat kembali pesan ibu, tidak ingin lama-lama merepotkan keluarga. 

Baiklah jika ini jalan takdirnya sekuat hati, sekuat jiwa walaupun sulit mencoba kami ikhlaskan kepergianmu bu, relakan air susumu ya bu, tenang di surganya Allah, ibu sudah tidak sakit lagi, Allah lebih syang ibu.  

Labangka, 29 Oktober 2024

For My Most Beautiful Heaven "My Mom" 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun