Autism spectrum disorder (ASD) atau yang lebih sering disebut autism merupakan gangguan perkembangan saraf. Gangguan tersebut mempengaruhi perkembangan bahasa dan kemampuan seorang anak untuk berkomunikasi, berinteraksi,serta berperilaku (Umama, 2023).Â
Perilaku non adaptif seringkali menjadi masalah yang muncul pada individu dengan autisme saat harus memenuhi harapan penyesuian diri terhadap tuntutan dan tanggungjawab sosial di sekitarnya, kesulitan dalam melakukan interaksi dan komunikasi sosial masih menjadi sebab utama kemunculan masalah perilaku non adaptif yang juga sering menjadi gangguan baik bagi diri sendiri ataupun orang di (Susilo & Widyawati, 2016).Â
Mengajarkan dan melatihkan mengenai keterampilan perilaku yang tepat dan sesuai dengan harapan dan tanggungjawab sosial adalah salah satu cara mengurangi munculnya perilaku non adaptif.
Perilaku non adaptif adalah ketidak-matangan sosial dan kemandirian dalam kegiatan sehari- hari dan ketidak sesuaian antara umur dengan perilaku yang muncul. Perilaku non adaptif juga dapat berupa perilaku yang tidak sesuai dengan suatu situasi ataupun dengan tuntutan lingkungan.Â
Perilaku non adaptif yang muncul dapat sangat mengganggu pembelajaran dan harus ditangani agar kemunculannya berkurang atau bahkan hilang dan siswa memiliki kebiasaan lain yang lebih baik (Bawono, 2012). Perilaku non-adaptif merujuk pada perilaku yang tidak sesuai atau tidak tepat dalam konteks tertentu.Â
Perilaku non-adaptif dapat meliputi berbagai jenis perilaku yang mengganggu, tidak pantas, atau tidak sesuai dengan norma sosial yang berlaku. Beberapa contoh perilaku non-adaptif pada individu termasuk agresi, self-injury (melukai diri sendiri), perilaku repetitif yang mengganggu, atau perilaku yang merugikan diri sendiri atau orang lain.
Permasalahan perilaku non adaptif dapat diatasi dengan diberikan penerapaan menggunakan metode Social story dengan teknik modelling, reinforcement, dan prompting. Sosial story sendiri merupakan metode treatment yang dikembangkan oleh Carol Gray dari terapi kognitif pada tahun 1991.Â
Metode social story merupakan metode intervensi yang berupa cerita pendek bergambar berisi informasi sosial yang penting dan spesifik mengenai apa yang terjadi dan ditulis dengan format khusus agar mudah dipahami oleh anak autism (Alitani, 2018).
Dalam social story ini terjadi proses belajar. Dalam teori Bandura menyatakan bahwa pengujian sistematis dan rasional dari pola pikir klien akan menghasilkan perubahan yang terarah pada fungsi dan perilaku individu. Perubahan fungsi dan perilaku tersebut bisa terjadi melalui proses modelling (Alitani, 2018).Â
Teknik Modelling di mana anak melihat dan meniru tingkah laku dari model (Swandari & Mumpuniarti, 2019). Perubahan yang terjadi dalam treatmen social story melalui suatu proses yang disebut proses modelling. Proses modelling tersebut dilakukan figur atau tokoh utama dalam social story.Â
Tokoh utama akan memberikan contoh pada subjek tentang cara memahami perilaku, sehingga saat cerita disajikan secara visual dan rutin subjek bisa mengetahui tentang situasi dalam cerita dan menerapkannya pada kenyataan sesungguhnya, Bandura dalam (Alitani, 2018).
Reinforcement sendiri ialah segala bentuk respon, yang bersifat verbal ataupun nonverbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku peserta didik, yang bertujuan untuk memberikan feedback (umpan balik) bagi si penerima (peserta didik) atas perbuatannya sebagai suatu dorongan (Fitriani, Samad, & Khaeruddin, 2014)
Prompting adalah teknik penggunaan prompt untuk meningkatkan frekuensi kemunculan target perilaku. Teknik prompting merupakan salah satu teknik modifikasi perilaku yang digunakan untuk meningkatkan kemungkinan seseorang melakukan suatu perilaku pada situasi dan waktu tertentu. Teknik prompting juga tepat digunakan ketika seseorang belum mampu atau belum belajar untuk menampilkan target perilaku (Cintaka & Djuwita, 2019).
DAFTAR PUSTAKA
Alitani, M. B. (2018). Pengaruh Metode Social Story Terhadap Penurunan Temper Tantrum Pada Anak Dengan Gangguan Autism Spectrum Disorder. Forum Ilmiah, 15(September), 483–498.
Bawono, W. H. (2012). PENDAMPINGAN PERILAKU NON ADAPTIF DALAM PEMBELAJARAN BINA DIRI MELIPAT BAJU UNTUK ANAK AUTIS.
Cintaka, R., & Djuwita, E. (2019). Penerapan prompting untuk meningkatkan frekuensi kontak mata pada anak dengan global developmental delay. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 7(2), 199–210. https://doi.org/10.22219/jipt.v7i2.7995
Fitriani, Samad, A., & Khaeruddin. (2014). Penerapan Teknik Pemberian Reinforcement (Penguatan) Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Peserta Didik Kelas VIII.A SMP PGRI Bajeng Kabupaten Gowa, 2, 192–202.
Susilo, M. N. I. B., & Widyawati, S. (2016). Penggunaan Social Stories untuk Menurunkan Perilaku Nonadaptif Saat Berada dalam Kendaraan Bagi Autisme Dewasa, 1, 1–23.
Swandari, D. N., & Mumpuniarti, M. (2019). Pembelajaran Keterampilan Sosial Bagi Remaja Autis. PEMBELAJAR: Jurnal Ilmu Pendidikan, Keguruan, Dan Pembelajaran, 3(1), 52. https://doi.org/10.26858/pembelajar.v3i1.6066
Umama. (2023). Metode Social Story Pembelajaran Pai Untuk Siswa Autis Dalam Perspektif Islam. International Seminar On Islamic Education & Peace; Vol. 2 (2022): Proceeding International Seminar On Islamic Education and Peace; 217-231 ; 2829-6818 ; 2829-047X, 2, 217–231. Retrieved from http://ejournal.uniramalang.ac.id/index.php/isiep/article/view/2152
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H