Mohon tunggu...
Dian Purnomo
Dian Purnomo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Seorang penulis lepas yang mengaabadikan beberapa praktik baik, biografi dan menulis non fiksi di sela-selanya. Crime-enthusiast, praktisi perlindungan anak, pejalan dan pemburu beasiswa.

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Apa Kabar Perlindungan Anak di Abad Pertengahan?

14 November 2018   11:01 Diperbarui: 14 November 2018   11:07 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tujuh anak?

Yes, Raja Floris V dan Ratu Beatrijs van Vlaanderen memiliki 7 orang anak. Tetapi hanya satu yang bertahan hidup melebihi usia 10 tahun. Jan namanya. Karena usia panjangnya, sebuah lagu nina bobok didedikasikan untuk Jan, judulnya Goodbye, Sweet Jantje. 

Liriknya kurang lebih seperti ini kalau diterjemahkan dalam bahasa Inggris:  "In The Hague there lives a Count, and his son is called Jantje. If you ask: 'Where does your daddy live?', he'll show you with his hand-tje. With his finger and his thumb, on his hat he wears a feather. On his arm's a basket, Bye, my sweet Jantje!" Sampai saat ini anak-anak di Belanda masih menyanyikan lagu nina bobok ini.

Di sini pikiran saya kembali ke kantor dan mulai membayangkan teman-teman yang bekerja untuk memastikan anak-anak tetap mendapatkan hak hidup sehatnya. ASI, imunisasi, penimbangan rutin, makanan sehat, pelukan dan kehangatan, kebersihan, pengaturan jangka waktu kelahiran. Duh, apa kabar itu semua ya? Kalau udah gini suka kesel sama yang ngelarang kita merayakan ulang tahun. Tuh ya, lihat... panjang umur itu beneran berkah!

Masih di kamar yang sama ada pertanyaan lain, lalu bagaimana raja dan ratu bisa punya banyak anak, sementara mereka semua tidur di dalam kamar yang sama. Rupanya menurut pak pemandu, pada masa itu orang tidak mengenal rasa malu. Produksi anak bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun. Bahkan di menara-menara yang kemudian kami kunjungi, toilet-toilet dibuat di area terbuka. Dan konon kabarnya kalau kita berkunjung ke rumah orang yang sedang berhajat di kamar mandi, maka kita tetap bisa berbincang-bincang bahkan sang empunya rumah juga tak segan mengeluarkan kepalanya dari celah pintu -- kalau kamar mandinya berpintu, begitu pula sebaliknya. Tamu boleh melongokkan kepala ke dalam kamar mandi. Iyuh...

Aduh, apa kabar modul kesehatan seksual dan reproduksi yang dibuat tim OTMIya? Susah-susah kita bilang sama orang agar memiliki pintu yang layak antar kamar, supaya anak tidak terpapar kegiatan seksual orang dewasa di sekitarnya. Selesai sudah kerja kami kalau hidup di abad itu.

Begitu keluar dari kastil, kepala saya langsung pening. Setengah karena membayangkan nasib anak-anak di jaman itu, yang nyaris tidak dianggap. Setengahnya lagi karena langsung dihajar hawa dingin.

Cerita dari Muiderslot mungkin berakhir di sini**. Kita tidak pernah bisa mundur dan memperbaiki apa yang kita anggap keliru, yang bisa kita perjuangkan dan lakukan sekarang adalah agar kita tidak pernah lagi kembali ke masa itu. Anak-anak adalah manusia utuh yang bersama mereka melekat hak-hak sebagai manusia dan sebagai anak.

**sampai di Ciganjur ibu saya punya cerita sendiri tentang panjang umur yang akan saya tuliskan di postingan lain

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun