"Tidak beres bagaimana maksudmu, Nak?"
"Aku mendengar Meong berbisik di telepon menyebut kata miras menjelang dini hari tadi."
"Ah, sepertinya kamu salah dengar, Nak. Mana mungkin Meong berurusan dengan miras? Dia kan keponakan yang baik, dan selalu menduduki rangking satu di kelas," bela Ibu panjang lebar.
"Kamu itu jadi anak jangan suka su'udzon," sahut ayahnya.
Kuku menghela nafas panjang, untuk meredam api emosi yang mulai terpantik di dada.
"Baiklah ... mungkin aku memang salah dengar. Ayah, Ibu, Kuku pamit dulu ya, ada latihan."
***
"Hentikan!" Bentak Kuku pada geng kucing liar itu.
Baku hantam tidak dapat dihindarkan diantara mereka. Gerombolan kucing liar itu mengeroyok Kuku. Pertarungan berlangsung sengit. Berbagai jurus bela diri andalan dilayangkan oleh Kuku untuk menghempaskan lawan-lawannya.
"Duaaarrr!" suara letusan senjata api menghentikan ayunan kaki Kuku sesaat sebelum mengenyakkan leher sang ketua geng.
Kucing-kucing petugas keamanan bergegas membekuk gerombolan kucing liar yang meresahkan warga tersebut. Geng yang aktif mengedarkan miras di kota besar itu digelandang oleh para petugas keamanan setempat untuk diamankan. Meong selamat. Ia telah luput dari jeratan peredaran miras.