Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Teruntuk Anandaku Mata Air di Surga

10 September 2023   07:56 Diperbarui: 10 September 2023   15:35 249
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku mengenalmu delapan tahun yang silam. Kala itu kita akan terikat hubungan keluarga sebab pernikahan.
Kau tumbuh sebagai anak kecil yang ceria, cantik dan bersahaja. 

Namun rasanya aku tak begitu mengenalmu dalam arti sesungguhnya.
Tidak pernah terjalin ikatan hangat dan sendu diantara kita secara personal. Harusnya bisa saja jika ingin dijalin.

Aku tak begitu memperhatikanmu, dari jauh harusnya bisa jika kau mau. Begitu juga mungkin hati kita. Tak terpaut selayaknya persaudaraan yang akrab. Lebih dari aku sebagai seorang Bibi.

Sampai satu masa, aku mendengar kabarmu yang membuat hatiku begitu remuk, lebih pilu dari kisah  apapun dalam hidupku sebelumnya.

Ini bagaimana tentang rasa yang tertuang, tentang  kesah serta keluh mendalam yang harusnya disalurkan. 

Pun resah hanya bisa terbungkam, mengingat tempo waktu jasadku ini tidak andil apa-apa dalam bilik-bilik hidupmu hai Ananda. Tak semudah mengucap Saranghaeyo dan memilin jejari sembari tersenyum.

Aku tahu, sebenarnya kau tahu apa kebutuhanmu. Pada siapa harusnya kau mengaduh bukan sekedar mengadu.

Jiwa pasti kelam tanpa pelita, raga bisa bangkit jika cukup kebutuhannya. Aku yakin kau tahu itu Ananda.

Putri kecilku yang kini beranjak usia, kau bukan putri kandungku namun saat ini aku Ibu. Apa yang dirasa ibu, dapat kurasa.

Suara lirih, tatapan tajam tersembunyi, gerak-gerik yang antah berantah pun aku tahu. Itu semakin jelas saat pertama  kali akhir-akhir ini aku mencoba mendekatimu. 

Mungkin saat ini aku ada dalam doamu. Aku berpikir tak cukup doa yang mencakar langit saja; butuh upaya keras, agar kau dan aku dikuatkan untuk memperbaiki hubungan persaudaraan ini hai Ananda.

Harapanmu untuk rasa aman, didengarkan kesahnya, dibukakan telapak tangan untuk menyambut bahagiamu kelak.

Kuatlah untuk bertarung, sebab baja pun ditempa untuk menjadi kuat. Larutlah dalam doa, sujudlah dalam ikhlasmu terhadap takdirmu menjelang perbaikan diri.

Sesuai namamu, jadilah mata air di surga. Penyejuk orang-orang beriman kelak. Termasuk Ibu Bapakmu ya Nak.

Banda Aceh, 9-9-2023
Diannita Harahap

Teruntuk mata air di surga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun