Tak hanya beras yang dapat dihaluskan menggunakan Jingki menjadi tepung; emping melinjo, kopi, sagu, bahan rempah lain juga dapat dihaluskan dengan alat ini. Tak jarang juga ibu-ibu membuat minyak kelapa tradisional dengan menumbuk kelapa dalam Jingki.
Beras yang telah halus menjadi tepung diayak dengan cara tradisional pula dengan menggunakan kain bercelah kecil.
Dahulu Jingki ditempatkan di bawah Rumoh Aceh yang bersusun panggung. Si empunya rumah beraktivitas mulai dari Subuh hingga petang menjelang, jika beras atau bahan lain yang akan ditumbuk dalam jumlah banyak.
Melansir portal Sekretariat Majelis Adat Aceh, tidak semua rumah memiliki alat ini. Hanya orang berada saja pemiliknya pada masa itu. Namun demikian, warga di desa diperboleh bergantian meminjam alat ini dengan datang membawa bahan masing-masing sembari mengantri.
Kini, Jingki sudah jarang ditemukan. Jika ada pun itu dapat ditemukan di desa yang masih mempertahankan tradisi ini. Alat tergerus dengan mesin yang lebih praktis sehingga keberadaannya tidak banyak lagi.
Jika tidak pergi ke daerah ini, kita bisa menemukan unit terpajang di museum atau pada pameran budaya yang sewaktu-waktu saja diadakan tematik. Sungguh alat ini telah berjasa di masa lampau dan penulis sangat beruntung mengetahui alat ini.
Terima kasih sudah membaca. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H