Ada yang senang masak dengan menambahkan Cengkih? kue nastar berhias Cengkih? atau ketika makan kolak pisang ubi tak sengaja menemukan rempah Cengkih?
Beragam desa di Indonesia dengan pesona pengetahuan lokal yang dimiliki membawa magnet pukau tersendiri. Seperti ulasan kali ini terhadap Desa Lamlhom di Kecamatan Lhoknga Kabupaten Aceh Besar.
Lamlhom di masa lampau dikenal banyak orang sebagai desa penghasil Cengkih, pusat perdagangan Cengkih di Indonesia. Rempah dengan nilai jual tinggi ini sekaligus menjadi daya tarik bagi kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia pada masanya.
Faktanya saat ini, merujuk mediaperkebunan.id pada 30/3/2022 justru menempatkan Aceh pada urutan kedelapan sentra penghasil Cengkih di Indonesia setelah Sulawesi Tenggara. Nilai produksi berkisar 5.661 ton dibandingkan sentra unggulan Sulawesi Tengah dengan produksi hampir mencapai 20.000 ton pada tahun 2022 data dirilis.
Bukan lagi sebagai penghasil utama, mengapa ini bisa terjadi? Menurut Dr. Ali Nurmansyah ahli proteksi tanaman Institut Pertanian Bogor, Â beberapa faktor berpengaruh pada penurunan produksi tanaman. Beberapa diantaranya dapat disebabkan oleh perubahan faktor alamiah lingkungan karena pemanasan global serta hama dan penyakit tanaman. Lebih lanjut, ternyata penurunan minat petani karena harga jual rendah juga mengendalikan pasar.
Data lain menyebutkan faktor penurunan produksi tertinggi menurut FAO pada tahun 2021 yaitu disebabkan serangan hama dan penyakit tanaman. Pada kasus Desa Lamlhom, masalah hama dan penyakit tanaman tidak dijumpai.
Investigasi melalui film dokumenter berjudul Emas Cokelat dari Lamlhom karya Muzakkir Zulkifli dan Munawwir Hasan menyebutkan bahwa dahulu Aceh sebagai pusat perdagangan Cengkih pada era awal tahun 1965. Petani Cengkih masa itu sangat sejahtera. Pasalnya, jika dikonversi harga Cengkih Rp. 30.000,-/kg terhadap harga emas Rp. 5.000,-/mayam emas (1 mayam = 3,3 gram emas). Untuk diketahui sebatang pohon Cengkih rata-rata dapat menghasilkan hingga 3 kg.
Berdasarkan sumber menyebutkan masa kejayaan Desa Lamlhom tidak berlangsung lama. Hal ini disebabkan monopoli harga Cengkih oleh oknum tertentu sehingga berpengaruh pada minat petani di Aceh menanam Cengkih. Lebih lanjut narasumber Ayub (dalam film dokumenter) menjelaskan harga jual komoditi kini tidak menutup biaya tanam dan perawatan Cengkih hingga panen.
Berlanjut keterangan diperoleh dari narasumber Syamsudin Hasan seorang penampung rempah-rempah. Hasan menyebutkan di Kecamatan Ulee kareng Kota Banda Aceh terdapat gudang pemasok bahan baku rokok kretek. Tiga perusahaan rokok besar pada masa panen Cengkih membeli bahan baku dari penampung sehingga peluang terjadinya persaingan harga begitu besar.
Hal ini menjadikan petani memiliki geliat memenuhi kebutuhan pasokan bahan baku untuk pabrik rokok pada masa itu.
Tutur Ayub, sebagian besar aktivitas warga desa pindah ke kebun yang letaknya di dataran tinggi untuk merawat tanaman Cengkih. Seperti diketahui bahwa Cengkih sangat tepat ditanam pada struktur tanah di dataran tinggi, ketinggian, iklim, curah hujan dan suhu yang sesuai. Ayub juga menegaskan tidak dapat meninggalkan begitu saja potensi lokal ini karena warisan leluhur, pusaka orang tua.
Hasan menuturkan dahulu di sekitar tempat tinggalnya aktivitas pasca panen dilakukan. Hasan menyewa rumah warga lainnya sebagai tempat pengolahan pasca panen dan gudang penyimpanan sementara dan juga memanfaatkan lapangan sebagai tempat menjemur Cengkih. Lapangan pekerjaan terbuka bagi warga desa dalam rangkaian tanam hingga pengolahan pasca panen.
Narasumber ketiga Agus Salim, seorang pemuda setempat dengan usia 30 tahun. Aktivitasnya membantu orang tua bertani. Saat ini tidak lagi bertani Cengkeh, namun pungkasnya di Lamlhom sendiri masih ada tersisa tanaman ini, dibiarkan tumbuh. Salim mendengar cerita dari orang tuanya mengenai kemasyhuran tanaman Cengkih.
Harapan Salim, pemerintah dapat turun dan tinjau kembali keadaan di desanya. Terlebih perihal potensi bumi yang sebenarnya masih sangat mendukung produksi tanaman. Salim mengkhawatirkan generasi yang mengetahui asal-usul kejayaan desanya hanya sampai pada generasi dirinya.
Pendapat ini didasarkan tidak lagi ada produksi tanam di desa bekas pusat perdagangan Cengkih di Aceh. Salim memiliki gagasan pemikiran untuk pemerintah dan pihak yang berkepentingan untuk dapat mendata ulang sejarah hingga menorehkan kisah desanya dalam tulisan/buku agar tidak termakan zaman dan menjadi informasi tersimpan yang dapat dibuka kembali di masa yang akan datang.
***
Petani dengan pengetahuan lokalnya mengukir sejarah tentang peradaban Desa Lamlhom masa lalu. Jika sejarah tersebut tak terulang kembali minimal generasi mendatang tahu bahwa Desa Lamlhom atau desa lain di penjuru Indonesia pernah berjaya melalui perdagangan Cengkih. Melalui sejarah, melalui goresan dalam tulisan maupun bukti digital lainnya.
Referensi
https://hellosehat.com/hidup-sehat/berhenti-merokok/kandungan-dan-bahaya-rokok-kretek/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H