Sejak kapan kita mengenal aktivitas wirausaha? Jika pertanyaan itu diarahkan pada penulis, maka saya akan menjawab seingat saya pertama sekali menjadi pelaku jual beli pada Sekolah Menengah. Itu juga karena proyek pameran sekolah menjelang kelulusan. Ingat benar kelas kami pada saat itu menjual aneka kerajinan tangan hasil mata pelajaran keterampilan.
Mungkin bukan karena itu saja sampai sekarang rasanya kok ya susah sekali memulai sebuah karya bisnis, syukur bisa berbasis ilmu pengetahuan yang dimiliki maupun hobi. Teknopreneur atau apalah istilahnya. Idealnya dapat mengajar, aplikasi ilmu lebih baiknya lagi jika berbuah cuan lebih.
Pengalaman di masa lalu tersebut tidak semestinya menjadi penghalang orang tua terus belajar untuk dapat menjadi Guru di Madrasah nya sendiri. Ya, belajar parenting kekinian yang sesuai dengan zaman saat ini.
Bagaimana dengan anak-anak kita sekarang? mereka sudah lebih dini lagi berkenalan dengan wirausaha. Seperti halnya pengalaman yang diperoleh Jihan di Taman Kanak-Kanak. Ramadan ini, sulung kami berjualan takjil.
Program Market Day Ramadan satu dari rangkain keseruan di bulan Ramadan TK Khalifah Aceh 3. Kegiatan tersebut bertema "Aku Berani Berjualan". Masing-masing kelas mendapat giliran piket berjualan takjil di depan sekolah.
Jihan dan teman-teman dari kelas Zubair Bin Awwam mendapat tugas pada Senin, 10/4/2023. Jadwal piket terakhir setelah sebelumnya ada 5 sesi berjualan hidangan berbuka oleh kelas lainnya. Tampak mendampingi mereka berkegiatan yaitu Ketua Yayasan Keumala Milenia Aceh, Bunda Kepala Sekolah, Bunda Wali kelas serta Bunda Guru lainnya juga ikut meramaikan.
Pengalaman ini kali kedua Jihan peroleh setelah tahun lalu mendapat kesempatan ikut dalam Market Day Ramadan ketika di TK A.
Ketika pulang berkegiatan saya selalu menanyakan kesan aktivitasnya. "Seru bisa jual kue, tapi ya capek juga Mama". Itu kesannya. Saya katakan pada anak saya dia beruntung bisa mendapat pengalaman lebih awal dari saya dulu.
Merujuk sumber grid.id sedikitnya ada tiga nilai yang diperoleh ketika ekosistem memperkenalkan anak usia dini berwirausaha. Berikut diantaranya akan kita ulas.
1. Â Meningkatkan Keterampilan
Keterampilan sebuah sikap dasar yang dimiliki untuk dapat menjadikan sesuatu memiliki nilai lebih dan bermakna. Berdagang masuk ke dalam satu aktivitas anjuran Rasulullah Saw. Dalam berdagang sedikitnya nilai jujur, ikhlas dan profesional dapat dipelajari.
Menurut Marvin Dunette, keterampilan sebagai sebuah pemikiran yang diperoleh dari pengalaman bervariasi maupun latihan berulang.
2. Â Tanggung jawab
Anak-anak belajar menjaga barang dagangannya, uang yang diperoleh serta menjalankan tugas lain yang dibebankan pada mereka selama pembelajaran. Melihat dari bahasa tubuh dan dialog antar sesama anak-anak, mereka berbahagia memperoleh pengalaman dan interaksinya dengan pembeli ketika berperan sebagai penjual.
3. Berani mengambil risiko
Jual beli mengajarkan anak-anak untuk nilai berani mengambil risiko. Tidak takut gagal, hati-hati berstrategi dan membantu anak-anak mengatasi ketakutannya pada perubahan serta lingkungan baru. Seperti cara Rasulullah berinovasi dalam berniaga.
***
Dalam kehidupan sosial selalu saja para pemilik jiwa wirausaha ini mendapat tempat terbaik di tengah masyarakat, diantaranya pada peran :
- Identifikasi potensi untuk pengembangan diri dan wilayah
- Ide penciptaan lapangan kerja baru
- Mendorong sesamanya untuk berperilaku kreatif dan inovatif
- Dapat mengelola keuangan dengan baik
- Jika menemukan kegagalan maka segera mencoba kembali untuk bangkit.
Kalaupun di masa depannya nanti tidak ada kesempatan untuk berwirausaha minimal tugas Orang Tua dan Guru sudah tunai dengan memperkenalkan mereka pada anjuran berniaga. Satu kebiasaan baik hari ini semoga berdampak pada masa depan ananda di kemudian hari.
Terima kasih sudah membaca. Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H