Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Artikel Utama

7 Langkah Komunikasi Sains Ilmuwan kepada Masyarakat Digital

5 April 2023   17:26 Diperbarui: 6 April 2023   02:46 1038
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi masyarakat digital. Sumber: freepik.com/yisarandri

Seni merancang, membungkus, dan menyampaikan pesan baik lisan dan tulisan, melibatkan keahlian dan kecerdasan didefiniskan sebagai komunikasi. Aktivitas komunikasi sendiri berkutat pada aktivitas membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara.

Pemerhati sains (Guru, Dosen, Peneliti lainnya) menggunakan kecakapan komunikasi sains untuk dapat menyampaikan informasi yang dimiliki dari hasil penelitian dan pengembangan ilmu.

Seringkali terdapat gap yang terlalu tinggi antara sains ilmiah untuk sampai pada masyarakat. Penyebabnya tidak lain karena sikap personal yang enggan rutin "berbagi". Hasil temuan cenderung tersimpan rapi dan kurang berdampak bagi masyarakat. Ataukah justru masyarakat yang enggan bergerak dinamis karena ogah ribet dengan urusan-urusan ilmiah.

Komunikasi luwes melalui penyajian yang lebih populer dapat menjadi pilihan. Populer dalam arti sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada umumnya, mudah dipahami dan disukai orang banyak.

Pada masa sekarang ini banyak jalan menuju memasyarakatkan hasil temuan secara digital. Tujuannya untuk dapat secara digital pula dikonsumsi oleh masyarakat. Aktual, tepat dan berdampak. 

Hal ini sangat terkait dengan target kebijakan Indonesia Emas 2045. Arahnya adalah membentuk sumber daya manusia (SDM) yang unggul, kreatif serta cakap digital.

Sebagai refleksi bagaimana menciptakan SDM unggul dan kreatif jika tidak dimulai dari kita para pembelajar. Penulis yakin tidak semua kita baru mulai dari awal, sudah ada yang telah menapak dan meniti (rekam digital memasyarakatkan ilmu) menuju capaian unggul dan kreatif serta cakap digital.

Berikut gambaran bentuk komunikasi sains kepada masyarakat digital agar hasil temuan dapat berdampak.

1.  Visualisasi melalui infografis

Pembelajar dan peneliti dapat mengubah total kemasan hasil riset ke bentuk infografis. Bentuk sajian ini mengutamakan paduan gambar, warna, tata letak dan estetika bentuk untuk bagi informasi yang akan disampaikan.

Untuk memahami infografis biasanya tidak membutuhkan waktu panjang. Jika masih sulit memahami kecenderungan pembaca akan bergegas mencari tambahan informasi dari sumber lain mengenai hal yang belum ia pahami dalam infografis yang kita buat. Target mencapai sasaran.

2.  Terbitkan tulisan di blog atau website keilmuan

Pengalaman penulis menghadapi mahasiswa tingkat awal mereka sangat senang membaca blog keilmuan untuk mengumpulkan informasi awal. Tak jarang dari sebuah blog ditemukan informasi yang terkonfirmasi kebenarannya melalui sumber ilmiah yang dirujuk. Untuk menumbuhkan minat baca blog diizinkan untuk dikunjungi.

Blog masuk dalam bentuk media sosial yang di dalamnya penulis blog dan masyarakat luas dapat berinteraksi melalui kolom komentar. Masukan, pertanyaan dan kritik dapat disampaikan langsung kepada penulis oleh masyarakat. Tergantung seluas apa tulisan dalam blog tersebut menjangkau pembacanya. Sebut saja Kompasiana dan The Conversation Indonesia.

Strateginya adalah dengan memilih media blog nasional, pilihan kategori informasi beragam. Ini memungkinkan dengan sajian judul yang menarik mampu merebut hati pembaca lintas minat untuk juga turut mengonsumsi informasi yang kita sajikan. Memiliki pembaca hingga ribuan orang tentu menjadi perhatian bagi penulis.

3.  Pesan Sains dalam Puisi

Banyak kelompok masyarakat melewatkan banyak informasi karena merasa terbatas dengan banyak hal yang secara konvensional disajikan ilmuwan.

Tema lingkungan dan perubahan iklim sering diangkat oleh kolaborasi ilmuwan dan rekan yang ahli membuat puisi dalam mentransformasi informasi. Tujuannya tidak lain membingkai ulang ilmu yang ada. Oleh sebab komunikasi itu sendiri adalah seni, maka dalam menyampaikan dapat saja dengan memilih bergaya seniman.

Sebagai contoh kumpulan puisi dengan tema-tema sains dikumpulkan di sini yang ditulis tidak jarang oleh ilmuwan sendiri.

4.  Tulisan opini di media massa arus utama

Menulis artikel populer bukan hal yang sepele, bagi yang tidak terbiasa sukar juga terasa. Apalagi bagi yang terkungkung dengan bahasa ilmiah yang cenderung kesannya kaku dan sulit dipahami. Namun demikian tentunya tantangan ini harus disambut baik, tersenyum saja dulu lalu mulai.

Menanggapi temuan orang lain, mengemasnya dan menuliskannya kembali berdasarkan pendapat sendiri dapat menjadi ide opini. Jika sesuai dengan isu yang sedang menjadi topik utama maka peluang untuk dilirik editor semakin besar.

Media massa seperti majalah dan harian berita saat ini tersedia produk digitalnya. Pengaksesnya juga tidak sedikit. Apalagi media arus utama, istilah bagi media berita dengan kekuatan mempengaruhi refleksi berpikir sejumlah orang.

Apa yang ilmuwan tulis di dalam media diakses oleh banyak orang dan tidak jarang dipertimbangkan dalam pengambilan kebijakan. Sebab ilmuwan dipandang orang ahli yang pernyataannya dapat ditelusuri kebenaran ilmiahnya (mendasar dengan metodologi yang tepat).

5.  Video berdurasi pendek dan panjang

Audiens beragam membuka peluang penyajian komunikasi sains dalam bentuk audio visual, terkadang ada bagian yang harus dijelaskan melalui gambar bergerak atau video. Durasi video dapat menyesuaikan dengan konten dan kapasitas penyedia layanan.

6.  Kolaborasi (diskusi dan aksi) melalui pengetahuan, pengalaman, keahlian kearifan lokal

Saat ini tidak dengan pendekatan sosiosaintifik, isu-isu sains didandengkan dengan pendekatan sosial. Tidak jarang juga di dalam tim riset melibatkan masyarakat. Komunitas pemerhati lingkungan dalam kajian penanggulangan bencana alam misalnya.

Pemahaman masyarakat mengenai bagaimana bersikap dalam tanggap bencana, pengetahuan dan kearifan lokal dalam menanggapi datangnya bencana menjadi wacana awal bagi peneliti. Setelahnya jika hasil penelitian telah diperoleh dengan bantuan komunitas pula temuan dapat lebih mudah disebarluaskan kepada masyarakat.

7.  Sesi berbagi dan bincang-bincang melalui podcast dan siaran langsung

Sesi berbagai dan bincang-bincang melalui media sosial dalam bentuk podcast dengan narasumber ilmuwan menjadi pilihan untuk memasyarakatkan ilmu dengan pendekatan komunikasi sains. Juga platform media sosial pribadi seperti live di Instagram dan TikTok yang dapat menjadi sarana berkomunikasi dengan pemerhati media sosial.

Hal ini juga dapat dimanfaatkan oleh lembaga pendidikan atau lembaga penelitian dan pengembangan ilmu untuk turut memasyarakatkan hasil temuan penelitinya dengan jalinan komunikasi sains berbasis digital.

Demikian pilihan upaya yang harus ditempuh dalam digitalisasi informasi dengan komunikasi sains. Untuk sumber daya manusia yang unggul, kreatif dan cakap digital.

Terima kasih sudah membaca. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun