Ulasan di atas merangkum aktivitas para seniman menjelang dan pada saat bulan Ramadan berlangsung. Luar biasa otak manusia menjadi kreatif ketika melakukan ibadah puasa.
Ini lebih lanjut dijelaskan oleh dr. Stephanie Estima, seorang dokter chiropraktik dengan minat khusus pada neurologi fungsional, metabolisme, dan komposisi tubuh bahwa Brain Derived Neurotropic Factor (BDNF) diproduksi pada saat menjalankan ibadah puasa.
BDNF sendiri terkait dengan faktor kognitif otak manusia. Fungsi faktor ini sangat krusial. Beberapa aktivitas seperti pertumbuhan, perkembangan dan kematian sel syaraf dikendalikan oleh faktor ini.
Selain itu faktor ini berkaitan erat dengan pencegahan penyakit degenaratif yang berhubungan dengan kerusakan sel-sel pada sistem syaraf pusat ini.
Mekanismenya adalah ketika puasa maka asupan glukosa dari makanan tidak dipenuhi. Maka tubuh menggunakan lemak yang tersimpan sebagai bahan untuk metabolisme.Â
Pada kondisi ini yang berlangsung adalah metabolisme lemak. Hasil dari metabolisme lemak adalah keton. Keton inilah yang digunakan oleh manusia pada saat berpuasa. Jelas dr. Stephanie materi inilah yang sangat dibutuhkan otak.
Menilik lebih kecil dalam lingkup fungsi sel, pemegang kendali pengaturan energi dikenal dengan organel sel mitokondria. Jutaan mitokondria bekerja dalam unit seluler.
Energi yang dihasilkan selama puasa di bawah metabolisme lemak akan berdampak pada fokus dan konsentrasi dalam waktu yang lebih lama pada proses berpikir. Seyogyanya, kemampuan otak dengan segala kreativitasinya tak tergantikan dengan kecerdasan buatan manusia. Tugas kita hanya menjaga fungsinya sebagai wujud syukur.
Sekarang, tidak heran lagi mengapa kita dan para seniman pada ulasan di atas tetap dapat unjuk kreativitas meskipun sedang dalam bulan Ramadan.
Ramadan kareem, Ramadan masanya kita tetap produktif. Terima kasih sudah membaca.