3) saluran pencenaanÂ
Beberapa alergen dapat berupa obat-obatan maupun makanan. Keduanya masuk melalui akses mulut sebagai hulu saluran pencernaan.
Dilansir dari halodoc, contoh obat-obatan yang dapat menimbulkan reaksi alergi diantaranya golongan antibiotik (seperti penisilin), anti kejang, antiinflamasi non steroid, aspirin, krim atau losion kortikosteroid, dan insulin. Obat penyakit tertentu bisa memicu alergi, seperti obat-obatan untuk penyakit autoimun, herbal, hipertiroidisme, kemoterapi, dan infeksi HIV/AIDS. Sedangkan untuk alergen bahan makanan dapat berupa kacang-kacangan, gluten, telur, makanan laut, ikan yang telah disimpan lama dan sebagainya.
4) saluran pernapasan
Saluran pernapasan manusia bagi adalah akses masuk udara segar maupun segala bentuk pencemar. Untuk sebagian orang benang sari bunga yang terhirup, debu dan asap, jamur dan bulu hewan peliharaan yang terhirup masuk ke pernapasan merupakan kelompok alergen.
Korelasi puasa dengan alergi
Selama beristirahat dari aktivitas makan dan minum tubuh mendapatkan kesempatan melakukan autophagi (menyerupai proses pencernaan yang memungkinkan perombakan zat beracun).
Alergi dapat terjadi karena sistem pertahanan tubuh bekerja terlalu berat dan sering oleh karena paparan alergen terus menerus yang masuk ke dalam mulut misalnya. Respons kerja yang berlebihan menanggapi zat alergen yang masuk ke dalam tubuh. Gejala yang timbul diantaranya gatal-gatal, peradangan (bengkak) dan sebagainya.
Menurut dr. Andi Pratama Dharma, Sp.PD masuknya radikal bebas cenderung lebih masif dibandingkan dengan mikroba patogen. Ilustrasinya jika kita makan buah non-organik yang sudah kita cuci bersih dengan pencuci buah antibakteri, tentu sudah bersih. Namun kita sulit menghindari paparan radikal bebas dalam bentuk pestisida kimia maupun akumulasi pupuk kimia dalam buah-buahan.
Puasa Intermitten terbagi menjadi dua secara umum yaitu water fasting yaitu puasa mengonsumsi makanan namun masih diperbolehkan mengonsumsi minuman tidak berkalori seperti air putih. Tipe lainnya yaitu dry fasting yaitu sama sekali tidak mengonsumsi makanan dan minuman dalam waktu tertentu.
Lanjut dr. Andi, dampak puasa Intermitten berbeda antara berapa lama tubuh diistirahatkan dalam puasa. Semakin lama rentang puasa semakin tubuh diberikan kesempatan untuk melakukan autophagi (menghancurkan racun yang ada di dalam tubuh dengan sendirinya), mengaktifkan hormon pertumbuhan dalam membentuk sel baru serta stem cell.
Namun demikian efektifitas puasa ini berbeda satu dengan orang lainnya memperhatikan metabolisme, genetik, aktivitas dan tingkat stres pada masing-masing orang yang tentunya berbeda.