Mendengar kata Aceh, apa yang pertama sekali terbesit dalam benak kita? Pesona alam, kearifan lokal, Sejarah Islam, Serambi Mekkah dan banyak lagi hal yang bisa terlukiskan.Â
Terlepas dari sudah pernah berkunjung maupun menikmati pesona dari arus informasi dunia maya.
Tulisan kali ini mengulas sebuah tradisi lokal bersyukur khas masyarakat Aceh. Khanduri Apam atau kenduri dengan sajian kue apam. Apam adalah kue tradisional berbahan dasar tepung beras yang disuguhkan bersama kuah santan.
Kue khas masyarakat Kabupaten Pidie ini dimasak biasanya pada Bulan Rajab. Buleun Apam dimaknai masyarakat sebagai waktu pelaksanaan tradisi memasak kue Apam, menandakan sebentar lagi menjelang Ramadhan tiba.
Kenduri Apam dilakukan hampir oleh semua gampong (Bahasa Aceh : desa/kampung) di Pidie. Apakah bergiliran oleh rumah warga atau dipusatkan di Masjid.Â
Kenduri dilaksanakan lebih pada rangkaian rasa syukur, mempererat tali silaturahmi dan doa harapan untuk dapat berjumpa kembali pada bulan suci Ramadhan.
Tidak hanya di Kabupaten Pidie tradisi ini juga dilaksanakan oleh masyarakat Kota Banda Aceh. Masyarakat kota menggelar sebuah Festival Teut Apam (Bahasa Aceh: memasak Apam).Â
Festival diadakan di Taman Seni Budaya yang digelar oleh Dinas Pariwisata Kota Banda Aceh dan Ikatan Mahasiswa Pelajar dan Masyarakat (IMPM) Mutia Raya pada Minggu 12/3/2023.
Tutur Bakri Siddiq, Pj Walikota Banda Aceh pada festival ini Teut Apam adalah budaya turun temurun yang harus dilestarikan sama halnya dengan budaya penggunaan bahasa Aceh antar sesama yang wajib lestari hingga generasi berikutnya.
Untuk memeriahkan kegiatan ini seluruh Gampong di Kota Banda Aceh berpartisipasi dan memperebutkan piala Ketua DPRK Kota Banda Aceh Farid Nyak Umar.Â
Gampong Peuniti menjuari festival Teut Apam Tahun 2023 ini dengan menyisihkan 67 Gampong. Masyarakat antusias menghadiri acara tahunan yang di gelar di pusat kota ini.
Khanduri Apam telah diakui sebagai warisan budaya tak benda pada Tahun 2022. Domain adat istiadat masyarakat, ritus dan perayaan-perayaan. Setelah sebelumnya pada Tahun 2019 terdaftar pula pada domain kemahiran dan kerajinan tradisional.
Akar budaya dengan sejarah yang beragam. Sejarah dengan nilai filosofi mendalam baik ditinjau dari perspektif agama maupun sosial budaya. Seperti kenduri apam ini, dilansir dari laman warisan budaya Kemdikbud bahwa tradisi ini diwariskan dari Saydina Fatimah Binti Rasulullah SAW.
Tradisi ini juga bermula dari seorang Sufi bernama Abdullah Rajab yang hidup sangat miskin di Mekkah. Tidak mampu mengadakan perayaan syukuran seperti penduduk lain di Mekkah.Â
Masyarakat sekitar berinisiatif membuat kue Apam bersama-sama karena jenis kue ini tidak membutuhkan biaya besar, bahan mudah didapat dan praktis cara pembuatan.
Dahulu di Mekkah penganan ini biasanya disantap dengan kuah kari, namun di Aceh disajikan dengan kuah santan (diberi tambahan potongan Nangka dan sebagainya).Â
Selain di Aceh, Apam dikenal juga sebagai warisan budaya di Provinsi lainnya seperti Tumpang Apam dan Apam di Kalimantan Barat dan Kalimantan Selatan, Seni tradisi pertunjukan Gapamuto di Papua, Kue Apam dan Apam berlauk dari Kep. Riau dan tradisi Ma Apam di Sumatera Barat.
Khanduri Apam satu diantara banyak macam kenduri di Aceh. Orang Aceh punya cara untuk bersyukur, mempererat ukhuwah serta tentunya mencintai budaya bangsanya sendiri.
Saleum dari Aceh untuk semua pembaca Kompasiana. Terima kasih sudah membaca.
ReferensiÂ
diskominfo.bandaacehkota.go.id | kumparan.com/acehkini | ajnn.net | warisanbudaya.kemdikbud.go.id
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H