Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Garam Lokal Warisan Budaya dan Garam Impor Pemasok Kebutuhan

11 Februari 2023   21:11 Diperbarui: 11 Februari 2023   21:23 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjemuran endapan pasir yang dapat dipakai berulang kali untuk menyaring air laut. Sumber : kompas.com/Bagus Puji Panuntun

Aku tanpamu bagai sayur tanpa garam. Iya.. Kamu.. hehehe...

Berbicara tentang garam siapa bisa terlepas kebutuhan dari benda ini, tidak ada. Jika ada pepatah "bagai makanan tanpa garam" tentu saja manusia sangat membutuhkannya dalam jumlah cukup.

Mineral dalam garam dibutuhkan oleh manusia. Hewan sekalipun membutuhkan mineral untuk pertumbuhan seperti meningkatkan nafsu makan dan juga meningkatkan ketahanan terhadap penyakit. Garam konsumsi bagi hewan ternak biasanya berbentuk garam balok.

Kita akan fokus membahas garam matahari, dalam proses pembuatannya mengandalkan penguapan dengan tenaga matahari.

Menyoal darimana sumber garam diperoleh, terdapat 3 sumber utama yakni : a) tambang garam, b) endapan garam di daratan yang dahulu adalah laut dan c) berasal dari air laut yang dipompa dan ditampung untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut. Kita akan bahas khusus bagian c, ya..

Garam Kusamba Karya Petani Tradisonal Bali, Indonesia

Garam diproduksi oleh salah seorang petani garam di Desa Kusamba, Kab. Klungkung, Bali. Liputan ini dikutip dari channel youtube Bali Foodies.

Adalah Bapak Mangku Rena, seorang petani garam pada objek wisata garam Kusamba. Garam ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya takbenda oleh kementerian Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia pada Tahun 2022. Kategori domain Pengetahuan dan Kebiasaan Perilaku Mengenai Alam dan Semesta.

Pengolahan garam tradisional yang ditekuni Bapak Rena merupakan warisan turun-temurun keluarga. Dahulu bahan baku diperoleh langsung dari laut dan diangkut dengan tenaga manusia, namun saat ini beliau telah dimudahkan oleh fasilitas dengan dukungan pompa air laut.

Air laut ditampung pada bak penampungan kemudian dilakukan penyaringan dengan pasir yang telah diendapkan sebelumnya. Pasir hasil pengendapan dipindahkan untuk dijemur di bawah sinar matahari. Pasir ini dapat dipakai berulang untuk menyaring air laut.

Penjemuran endapan pasir yang dapat dipakai berulang kali untuk menyaring air laut. Sumber : kompas.com/Bagus Puji Panuntun
Penjemuran endapan pasir yang dapat dipakai berulang kali untuk menyaring air laut. Sumber : kompas.com/Bagus Puji Panuntun
Penjemuran garam tahap akhir sebelum dikemas. Sumber : kompas.com/Bagus Puji Panuntun
Penjemuran garam tahap akhir sebelum dikemas. Sumber : kompas.com/Bagus Puji Panuntun

Pengolahan selanjutnya dengan memindahkan air hasil proses saring tadi menuju alat sederhana yang dibagi dua bagian yaitu palungan (tampungan yang tebuat dari batang kelapa) dan atau palungan dilapisi geomembran.

Kedua alat sederhana ini menghasilkan kualitas garam yang berbeda, Rasa garam yang dihasilkan dari penjemuran di palungan cenderung lebih asin dibandingkan dengan menggunakan geomembran.

Penjemuran pada geomembran menghasilkan garam yang lebih putih dan massa yang lebih banyak. Ini merupakan kelebihan dibandingkan teknik penjemuran dengan palungan tanpa geomembran. Penjemuran dilakukan selama 1 hari penuh saat matahari bersinar.

Alas geomembran terbuat dari plastik High Density Polyethylene (HDPE). Media ini mampu membatasi tanah tambak tidak mencemari air laut yang akan diolah, tahan suhu tinggi, korosi bahkan zat asam serta dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas garam yang dijemur. Warna hitam pada alas geomembran menyerap cahaya matahari sehingga terperangkap pada alat sederhana sehingga air laut lebih cepat mengalami pengkristalan.

Penjemuran tahap kedua dilakukan dengan membentang garam pada para-para (rak bambu untuk menjemur) dengan ketebalan garam yang dibentang 1 cm.

Sebelum teknik ini ditemukan, garam hanya ditiriskan saja dengan alat peniris berbentuk kerucut dan menurut pak Rena kegiatan ini memakan waktu lama hingga 1 bulan.

Namun demikian hasil samping air penirisan ini menguntungkan bagi Bapak Rena. Ya, dapat dijual kembali. Pembeli biasanya adalah industri rumahan pengolahan tahu. Air tirisan garam ini bersifat mengentalkan adonan tahu yang dicetak. Warna air tirisan berwarna kemerahan. Cairan ini dijual oleh pak Rena dengan harga Rp 100.000/jirigen.

Berbicara mengenai harga jual garam yang dihasilkan dengan teknik penjemuran alas geomembran berkisar Rp. 20.000,- sedangkan garam dengan teknik penjemuran palungan saja dijual dengan harga Rp. 25.000,-

Tahap kedua penjemuran air laut menjadi garam. Sumber : kompasiana.com/image/geshayuliani
Tahap kedua penjemuran air laut menjadi garam. Sumber : kompasiana.com/image/geshayuliani
Untuk lebih memahami proses pembuatan garam tradisional kusamba dapat dilihat pada link youtube di bawah ini :


Di Indonesia sendiri, terdapat banyak sentra petani garam yang keberadaannya didampingi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). Berbagai perusahan garam swasta juga turut berkontribusi dalam pemberdayaan garam lokal.

Alas geomembran untuk menjemur garam. Sumber : ktgindonesia.com/
Alas geomembran untuk menjemur garam. Sumber : ktgindonesia.com/

Masih semangat membaca ya? Berikutnya kita akan ulas teknologi yang digunakan dalam pengolahan garam modern, pabrikan.

Pengolahan Garam Modern di Amerika

Pada belahan bumi lainnya kita akan menyimak bagaimana garam matahari diproduksi. Namun, garam ini pada prosesnya relatif lebih modern dan mengandalkan teknologi mesin. Garam diambil langsung dengan pompa dari laut untuk ditampung pada danau garam buatan.

Air laut yang ditampung pada danau buatan ini akan menguap menjadi gas dan meninggalkan kristal-kristal garam. Kristal garam kecil maupun bongkahan diproses secara alamiah dengan bantuan sinar matahari di Danau Garam buatan yang terdapat di Utah, Amerika Serikat.

Kristal garam tersebut merupakan bahan mentah yang akan diolah lebih lanjut di pabrik modern dengan bantuan mesin-mesin pengolahan.

Pemanenan dilakukan oleh alat berat seperti escavator, bulldozer dan mesin pemanen garam khusus untuk areal danau siap panen yang lebih luas. Hasil pengangkutan garam oleh alat berat ini akan di bawa oleh truck ke pabrik garam olahan.

Proses selanjutnya berada pada stasiun pertama pembilasan garam dengan air tawar untuk menghilangkan pengotor yang masih terbawa dari penampungan danau garam. Dalam hal ini garam disiram untuk dibilas dengan air tawar dari Danau Bryan di Orlando. Tujuannya memisahkan kotoran berupa tanah/pasir, ganggang laut dan material kecil lainnya. Setelah proses ini garam dalam bentuk terlarut kembali.

Stasiun pengolahan kedua yaitu pengeringan dengan udara panas (hot air drying) selama 10 menit. Pada proses ini air garam diubah kembali menjadi kristal secara mekanik, dengan membagi masing-masing kristal garam menjadi 3 kelas yaitu ukuran kecil/halus, sedang dan kristal dengan ukuran besar dan cenderung agak kasar.

Stasiun pengolahan ketiga yaitu pencetakan garam sesuai kebutuhan sesuai dengan bentuk fisik garam. Pabrik mencetak garam dengan bentuk pelet, bongkahan dan serbuk.

Garam dengan bentuk pelet biasanya dibutuhkan pada industri pengolahan air, mencegah penyumbatan karena komposisi garam dengan variasi mineral beragam dan komposisi tambahan khusus. Garam memicu pelarutan mineral penyebab masalah pada saluran air sehingga mencegah penyumbatan.

Tahapan terakhir yaitu pengemasan. Pabrik modern ini juga mengemas garam produksinya dalam kemasan besar 50 kg yang diperuntukkan sebagai pencair es di jalan-jalan umum pada musim salju, garam untuk kolam renang dan garam balok untuk kebutuhan peternakan (pemicu pertumbuhan ternak khususnya sapi dan meningkatkan ketahanan terhadap penyakit). Selain itu peruntukkan garam juga dipasok sebagai salah satu bahan pembuatan deterjen.

Masing-masing bentuk dan warna garam yang diproduksi memperhatikan jumlah dan jenis mineral yang berbeda-beda sesuai kebutuhan.

Untuk lebih jelasnya silahkan simak video berikut :


Demikian penjelasan mengenai pengolahan garam tradisional dan modern. Penting bagi kita untuk selalu menjaga keseimbangan kondisi laut, agar kualitas dan kuantitas garam yang dihasilkan dapat mencukupi kebutuhan. 

Semoga menambah pengetahuan kita. Terima kasih sudah membaca.

Referensi

https://www.youtube.com/watch?v=KEaZa37OC9E

https://www.youtube.com/watch?v=sgS703DvotI&t=203s

https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/?newdetail&detailCatat=11634

https://dkp.acehprov.go.id/berita/kategori/ekonomi/tiga-kelebihan-geomembrane-sebagai-alas-tambak-garam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun