Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Garam Lokal Warisan Budaya dan Garam Impor Pemasok Kebutuhan

11 Februari 2023   21:11 Diperbarui: 11 Februari 2023   21:23 409
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penjemuran endapan pasir yang dapat dipakai berulang kali untuk menyaring air laut. Sumber : kompas.com/Bagus Puji Panuntun

Penjemuran endapan pasir yang dapat dipakai berulang kali untuk menyaring air laut. Sumber : kompas.com/Bagus Puji Panuntun
Penjemuran endapan pasir yang dapat dipakai berulang kali untuk menyaring air laut. Sumber : kompas.com/Bagus Puji Panuntun
Penjemuran garam tahap akhir sebelum dikemas. Sumber : kompas.com/Bagus Puji Panuntun
Penjemuran garam tahap akhir sebelum dikemas. Sumber : kompas.com/Bagus Puji Panuntun

Pengolahan selanjutnya dengan memindahkan air hasil proses saring tadi menuju alat sederhana yang dibagi dua bagian yaitu palungan (tampungan yang tebuat dari batang kelapa) dan atau palungan dilapisi geomembran.

Kedua alat sederhana ini menghasilkan kualitas garam yang berbeda, Rasa garam yang dihasilkan dari penjemuran di palungan cenderung lebih asin dibandingkan dengan menggunakan geomembran.

Penjemuran pada geomembran menghasilkan garam yang lebih putih dan massa yang lebih banyak. Ini merupakan kelebihan dibandingkan teknik penjemuran dengan palungan tanpa geomembran. Penjemuran dilakukan selama 1 hari penuh saat matahari bersinar.

Alas geomembran terbuat dari plastik High Density Polyethylene (HDPE). Media ini mampu membatasi tanah tambak tidak mencemari air laut yang akan diolah, tahan suhu tinggi, korosi bahkan zat asam serta dapat meningkatkan kualitas dan kuantitas garam yang dijemur. Warna hitam pada alas geomembran menyerap cahaya matahari sehingga terperangkap pada alat sederhana sehingga air laut lebih cepat mengalami pengkristalan.

Penjemuran tahap kedua dilakukan dengan membentang garam pada para-para (rak bambu untuk menjemur) dengan ketebalan garam yang dibentang 1 cm.

Sebelum teknik ini ditemukan, garam hanya ditiriskan saja dengan alat peniris berbentuk kerucut dan menurut pak Rena kegiatan ini memakan waktu lama hingga 1 bulan.

Namun demikian hasil samping air penirisan ini menguntungkan bagi Bapak Rena. Ya, dapat dijual kembali. Pembeli biasanya adalah industri rumahan pengolahan tahu. Air tirisan garam ini bersifat mengentalkan adonan tahu yang dicetak. Warna air tirisan berwarna kemerahan. Cairan ini dijual oleh pak Rena dengan harga Rp 100.000/jirigen.

Berbicara mengenai harga jual garam yang dihasilkan dengan teknik penjemuran alas geomembran berkisar Rp. 20.000,- sedangkan garam dengan teknik penjemuran palungan saja dijual dengan harga Rp. 25.000,-

Tahap kedua penjemuran air laut menjadi garam. Sumber : kompasiana.com/image/geshayuliani
Tahap kedua penjemuran air laut menjadi garam. Sumber : kompasiana.com/image/geshayuliani
Untuk lebih memahami proses pembuatan garam tradisional kusamba dapat dilihat pada link youtube di bawah ini :


Di Indonesia sendiri, terdapat banyak sentra petani garam yang keberadaannya didampingi oleh Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP). Berbagai perusahan garam swasta juga turut berkontribusi dalam pemberdayaan garam lokal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun