Mohon tunggu...
Diannita Harahap
Diannita Harahap Mohon Tunggu... Dosen - Microbiologist

Kepeminatan Biologi. Orang Batak yang lahir di Jayapura Papua dan digariskan takdir mengabdi di Aceh. Selamat datang di blog saya ya.. rumah sederhana, enjoy everyone.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Diannita Kecil Tahun 90-an di Jayapura, Papua

6 Februari 2023   16:25 Diperbarui: 7 Februari 2023   13:43 533
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, alangkah indah masa kecil yang lalu. Dan kini aku menembangkan keindahan dalam kenang-kenangan (Pramoedya Ananta Toer)

Ini kisah Diannita kecil 25 tahun yang silam. Puluhan tahun yang lalu saat ia masih tinggal bersama orang tuanya di Jayapura.

Kota dengan kenangan manis, semanis Matoa buah khasnya. Semua dimulai ketika takdir menempatkan masa kecil di ujung Indonesia sana.

Lahir dan tumbuh dengan semua jejak yang masih terekam jelas sekarang, setting alur mundur membawa lamunan sambil menggores kisah diary ini.

Diannita kecil di tahun 90-an yang sempat bersekolah di Sekolah Dasar YPK 1 Pengharapan, sekolah terdekat dari asrama perumahan tempat ayahnya bertugas di Jayapura, Irian Jaya kala itu. Ayahnya seorang tentara.

Jayapura, Ibukota Provinsi dengan multikultur kebudayaan penduduknya. Banyak juga pendatang, ada teman Diannita kecil yang orang Menado, Ambon, Jawa, Bali, orang Cina dan tentunya orang asli Papua sendiri.

Keragaman itu tidak menjadi halangan kami berbahasa. Bahasa kami bahasa Indonesia namun tetap saja cengkok/logat yang terdengar khas orang timur.

Kala itu Diannita kecil dengan dua lingkaran pertemanan, lingkungan sekolah dan lingkungan asrama tempat tinggal. Asrama Ajendam VIII Trikora masa itu. Letaknya di Jalan Gurabesi Ujung. 

Asrama tempat Diannita kecil tinggal terletak dekat dengan kolam berenang. Tempat para prajurit TNI-AD biasa berlatih berenang. Momen itu dimanfaatkan Diannita kecil untuk berenang sepanjang waktu kolam renang itu tidak dipakai latihan om tentara.

Diannita kecil dan teman-temannya senang berenang dan memanjat pohon buah Matoa yang tidak jauh di sekeliling Kolam Ajen (sebutan singkat untuk kolam tempat biasa kami berenang). Masa-masa itu kami habiskan dengan bahagia. Bahagia anak-anak.

*****

Diannita kecil dan keluarga punya seorang tetangga yang orang Makassar. Panggilan beliau Dide (harusnya Bude, tapi gak bisa bilang jelas). Dide senang membuat Papeda.

Papeda makanan khas Papua. Papeda enak sekali. Terbuat dari sagu yang diencerkan dengan air panas namun tetap kental dan kenyak, berbentuk bulat dibentuk dengan dua buah potongan bambu seperti sumpit. Papeda dimakan dengan kuah kuning ikan tongkol, sayur kangkung rebus dan sambal. Kebahagian bisa menyantap papeda buatan Dide.

Anak Dide dua orang adalah teman Diannita kecil, meskipun usia mereka jauh lebih besar namun mbak Dila anak Dide adalah teman berenang Diannita kecil, atlet renang, berprestasi dan cantik. Yang satu lagi Bang Acok (Acok panggilan khas orang Makassar), terkadang beliau juga teman main kucing kaleng (permainan tradisional kami dulu).

Selain mbak Dila dan Yanti, Diannita kecil juga punya banyak teman Papua. Agustina dan Nona namanya. Pernah sesekali Diannita kecil main kerumah Honai Nona Petrus. Asik bermain dan mengamati Mama Nona Petrus memasak, Diannita kecil heran. Mama, kenapa itu ikan dicampur dengan sayur dimasak dengan nasi dicampur kuah kah? (berusaha menirukan setting kejadiaan saat itu) Diannita menanyakan kenapa semuanya dimasak dicampur. Mama Nona Petrus hanya tersenyum dan menjawab singkat itu sudah biasa dan enak. Itu juga berkesan untuk Diannita kecil.

*****

Suatu waktu Diannita kecil di sekolahnya selesai pelajaran olahraga, momen yang tak terlupakan. Sepertinya kelelahan olahraga. Kemudian entah bagaimana alasannya lupa, Diannita kecil ikut bersama teman-temannya sehabis pelajaran olahraga pergi ke luar sekolah, ya masih jam sekolah. Bolos. Iya bolos. Mereka pergi entah berapa banyak anak, lupa. Tapi yang pasti cukup banyak anak yang ikut. Pergi ke Kali Biru. Sebuah kali yang jernih sekali airnya, bersih, indah. Bukan seperti kali, tapi lebih pada sungai yang mengalir tenang.

Ilustrasi kalinya hampir mirip sungai di Raja Ampat kalau teman-teman tahu dari instragram travelova. Iya, mereka bolos ramai-ramai pada jam pelajaran olahraga ke sungai. Ya ampun, kenangan manis tapi tidak patut ditiru. Memori Diannita kecil mengingat sepertinya itu masih kelas 4 SD.

Sepulang dari kali itu mereka telah disambut rotan oleh guru. Diannita kecil dilibas rotan hehe... tidak patut ditiru ya. Sekali seumur hidup dihukum fisik seperti itu habis itu kapok. Siswi yang selalu rengking 1 di SD, dilibas rotan karena bolos.

Sampai sekarang itu kenangan manis menurut Diannita kecil.

*****

Selain raport nya selalu rengking 1 pada waktu SD, Diannita kecil pintar menari Yosim Pancar persis sekali seperti Jihan (anak Diannita kecil di tahun 2023 : sekarang) yang senang menari Ratoh jaroe.

Sering sekali kala sore hari saat ada acara di Gedung pertunjukan seni Diannita kecil bersama Mama dan Adik menonton Yosim pancar atau sekedar lihat ibu-ibu asrama latihan untuk peringatan hari tertentu. Iya, Diannita kecil senang seni juga.

*****

Bagaimana Jayapura dulu, 25 tahun lalu ketika Diannita kecil berumur 10 tahun kurang lebih. Mungkin saat ini jauh lebih bertumbuh secara infrastruktur. Sepertinya telah banyak bangunan baru dan sudah semakin padat.

*****

Sore hari Diannita kecil bersama keluarga sering menghabiskan waktu bermain-main di Taman Imbi, mungkin bukan satu-satunya taman kota ya namun sepanjang disana hanya pernah pergi ke taman itu. 

Sekedar berfoto, makan jagung rebus, bermain bersama adik dan juga melihat air mancur di taman. Itu sudah membahagiakan. Sesekali kala orang tua Diannita kecil gajian, anak-anaknya di bawa bermain juga ke taman bermain yang sekaligus berdampingan dengan bioskop jaman dulu, ya tahun 1990an.

*****

Bagaimana tempat wisata disana? Diannita kecil pernah pergi ke Pantai Dok II bawah namanya. Bersama teman jalan pagi di hari libur sekolah, jalan dari Jalan Gurabesi Ujung sampai ke Pantai Dok II bawah. Cukup jauh untuk anak kecil, tapi jelas itu membuatnya senang. Selain itu bersama keluarga pernah juga pergi ke Pantai Base-G. Pantainya bagus. Bermain ombak dan pasir di tepian. Lari-lari tanpa alas kaki.

*****

Berkunjung ke rumah handai taulan juga kenangan yang tak terlupa. Pergi ke Sentani, dekat dengan bandar udara. Dua kali berganti mobil umum, melewati terminal Entrop dan terminal Abepura. Kami disana masih ada saudara, Tante Emi dan keluarga. Bersepupu tiri dengan nenek kandung Diannita kecil.

*****

Indah semua? Indah.

Tidak rindu kembali? Rindu.

Apa buktinya?

Sekitar beberapa tahun lalu pernah mengajukan diri sebagai voluntir pengabdian masyarakat di Raja Ampat, namun belum beruntung terpilih menjadi kandidat full funded. Hanya partial funded, namun setalah dihitung-hitung ongkosnya masih terlalu besar hehe... tidak jadi berangkat.

Meskipun kelemahannya jaman itu belum era sosial media yang apa-apa bisa diabadikan dan disimpan oleh anak sekecil Diannita kecil.

Semoga ada kesempatan kembali ke sana... Terima kasih Jayapura, Terima kasih Diannita kecil.

*****

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun