Kamu tidak bisa menang kecuali kamu belajar bagaimana kalah (Kareem Abdul-Jabbar).
Perhatian dunia olahraga saat ini sedang terpusat pada pertandingan Bulutangkis Indonesia Master 2023. Gelaran tahunan ini menyita banyak perhatian pecinta olahraga di tanah air.
Memasuki babak final hari ini, rangkaian pesta olahraga bulutangkis telah mengerucutkan jumlah peserta dari berbagai negara pada keseluruhan sektor turnamen.
Aktivitas Fisik Aerob dan Anaerobik dalam Bulutangkis
Pertandingan olahraga prestasi seperti bulutangkis melibatkan kombinasi aktivitas fisik, mental, teknik dan strategi bermain.
Aktivitas fisik meningkatkan aliran darah menuju otak sehingga menjadi hal yang dianjurkan dalam psikoterapi menjaga keseimbangan kesehatan mental.
Dikutip dari klikdokter pada Rabu 16/11/2021 bahwa kombinasi aktivitas fisik dan psikoterapi diuraikan sebagai berikut: 1) meningkatkan rileksasi tubuh sehingga pikiran menjadi jernih, 2) perbaikan susana hati, 3) meningkatkan motivasi dan pengendalian diri terhadap penyahlagunaan zat berbahaya, 4) menurunkan resiko depresi, 5) menurunkan resiko serangan penyakit kronis, 6) mengurangi keluhan kecemasan, 7) efek peningkatan percaya diri dalam interaksi sosial.
Aktivitas fisik (olahraga) dikelompokkan menurut keterpakain oksigen dalam proses (aktivitas fisik aerobik), sedangkan aktivitas fisik anaerobik melibatkan pemakaian glikogen (gula otot) yang tersimpan dalam tubuh.
Dalam bulutangkis terjadi kombinasi kedua aktivitas fisik ini dilakukan. Dimana kedua kondisi aerobik dan anaerobik dilakukan bersamaan dalam satu sesi. Dilansir dari Gridhealth.id bahwa manfaat aktivitas fisik aerobik bulutangkis sekitar 60-70% dan aktivitas fisik anaerobik sebesar 30-40%.
Penelitian Terkait
Penelitian yang dilakukan oleh akademisi olahraga kesehatan Harahap dan Pahutar (2017) Â mendapatkan temuan bahwa aktivitas fisik aerobik dan anaerobik tidak berbeda nyata dalam pengaruhnya meningkatkan leukosit dalam darah. Kedua aktifitas ini sama-sama meningkatkan kadar leukosit darah atlet.
Seorang atlet bulutangkis membutuhkan komponen fisik seperti daya tahan, kecepatan, kekuatan, kelincahan, fleksibilitas, koordinasi dan kecepatan reaksi yang baik dalam menanggapi datangnya shuttlecock dari segala arah.
Oleh karena itu dalam kesehariaannya menurut Kusuma dan Jamaludin (2022), seorang atlet bulutangkis membutuhkan 2 jenis latihan dalam satu sesi atau dilaksanakan di waktu berbeda namun tetap keduanya terlaksana yaitu perpaduan circuit training dan crossfit.Â
Pada latihan circuit dibutuhkan lintasan yang cukup luas dan terdapat pengulangan 6-12 post dengan intensitas tinggi. Di sisi lain latihan crossfit mengandalkan beban tubuh seperti pull-ups, sit-ups dan sebagainya atau menggunakan alat resistance training seperti jump rope, dumble, kettlebell, burble, dan sebagainya. Jenis lainnya dapat dilihat lengkap dengan pada laman crossfit.com.
Nah, sekarang kurang lebihnya kita dapat memahami bahwa performa prima atlet bulutangkis di lapangan merupakan muara dari perjuangan latihan rutin yang luar biasa. Tetap semangat pahlawan kami. Pahlawan merah putih.
Sudahkah kita olahraga hari ini?
Referensi
Harahap, N.S., Pahutar, U.P. 2017. Pengaruh Aktifitas Fisik Aerobik dan Anaerobik Terhadap Jumlah Leukosit pada Mahasiswa Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Medan. Sains Olahraga Jurnal Ilmiah Ilmu Keolahragaan. 1(2): 96-104. https://doi.org/10.24114/so.v1i2.7785
http://crossfit.com/ diakses 29 Januari 2023
http://freepik.com/ diakses 29 Januari 2023
https://health.grid.id/read/353055697/healthy-move-8-alasan-bulu-tangkis-bisa-jadi-pilihan-olahraga?page=all diakses 29 Januari 2023
https://health.grid.id/read/353055697/healthy-move-8-alasan-bulu-tangkis-bisa-jadi-pilihan-olahraga?page=all diakses 29 Januari 2023
http://klikdokter.com/Â diakses 29 Januari 2023
https://lifestyle.kompas.com/read/2020/10/21/074740220/perlukah-menggabungkan-latihan-aerobik-dengan-anaerobik?page=all diakses 29 Januari 2023
Kusuma, S.L.W., Jamaludin, J. 2022. Metode Latihan Sirkuit dan Crossfit Sebagai Program Pembinaan Fisik Bulutangkis. Jurnal Pendidikan Mandala. 7(3): 582-590. http://dx.doi.org/10.58258/jupe.v7i3.3837
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H