Mohon tunggu...
Diannisha Aurelia putri
Diannisha Aurelia putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Andalas

Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Andalas

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Konsekuensi Patriarki dalam Sistem Matrilineal terhadap Perempuan Sumatera Barat

10 Juli 2024   15:12 Diperbarui: 10 Juli 2024   15:14 94
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Patriarki berkaitan erat dengan distribusi kekuasaan laki-laki, di mana laki-laki memiliki keunggulan dalam suatu aspek yang membuatnya dapat mendominasi kekuasaan dalam bertindak. Pada dasarnya, patriarki memberi pemahaman mengenai hierarki gender bahwa laki-laki dianggap lebih unggul daripada perempuan baik pada kehidupan pribadi maupun kehidupan keluarga. Sehingga, melalui hal tersebut, akan dapat menciptakan suatu otoritas bagi laki-laki dan mempengaruhi nilai-nilai yang hidup dimasyarakat, yang memposisikan laki-laki sebagai superior dan perempuan inferior

Sementara itu, sistem matrilineal merupakan suatu sistem budaya yang dimiliki oleh sebagian masyarakat Indonesia. Di mana pada sistem ini, garis keturunan dan pewarisan harta dilacak melalui keluarga Ibu, sehingga peran perempuan sudah semestinya menjadi sangat penting dalam mengelola maupun mengambil peran saat pengambilan keputusan dalam keluarga.

Sumatera Barat dengan etnis Minangkabau adalah provinsi yang kental dengan sistem kekerabatan matrilineal. Di Sumatera barat, perempuan mempunyai kedudukan dan posisi penting yaitu sebagai "bundo kanduang limpapeh rumah nan gadang", yang artinya Perempuan merupakan pewaris dan penghuni tetap rumah gadang dalam kaumnya. Perempuan dijadikan sebagai pewaris 'harta pusaka tinggi' dari mamak kepada kemenakannya. Sehingga, dengan sistem tersebut menjadikan Perempuan Sumatera barat berkedudukan penting dalam suku, kaum, dan nagari.

Namun, dengan arus globalisasi yang kian merebak membuat fungsi dan peran perempuan Minangkabau mengalami degredasi atau bahkan sudah tidak sesuai pada tempatnya. Globalisasi memberikan peluang budaya patriarki untuk tersebar luas, terutama melalui media sosial. Hal ini karena pandangan atas keberadaan norma patriarki pada beberapa negara, seperti dalam hal preferensi laki-laki dalam mendapat pekerjaan, dan peran gender yang terbatas bagi Perempuan. Sehingga, hal ini dapat menguatkan ketimpangan gender dalam masyarakat.

Fenomena ini menyebabkan kedudukan perempuan Minangkabau seringkali sudah tergantikan oleh peran laki-laki yang mulai mendominasi dalam segala aspek kehidupan. Hal ini tentu menunjukkan bahwa adat dan sistem matrilineal yang dipertahankan mulai goyah karena kehilangan makna yang sebenarnya. Sehingga, konsekuensi patriarki dalam sistem matrilineal di Sumatera Barat adalah sebuah paradoks yang menyoroti bagaimana sistem yang seharusnya memberikan otoritas kepada Perempuan, namun dalam realitanya masih terbelenggu oleh dominasi patriarki yang lebih luas.

Hal ini dapat dilihat melalui peran perempuan minang dalam ranah politik dan publik. Dengan kedudukan Perempuan yang sangat penting di Minangkabau, sudah semestinya memberikan alasan bagi mereka untuk mengembangkan diri pada bidang politik yang dapat memberi intensitas yang tinggi terhadap kemunculannya dihadapan publik. Namun nyatanya, keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan politik masihlah sangat rendah bahkan hampir jarang ditemui, seperti contohnya posisi Kepala Nagari atau pemimpin masyarakat lokal yang seharusnya dapat diemban oleh perempuan juga, namun justru didominasi oleh laki-laki.

Tidak hanya itu, Perempuan minang juga mangalami hambatan dalam menjaga kendali atas warisan mereka ketika terjadi konflik dengan laki-laki dalam keluarga atau komunitas. Hal ini juga didasarkan karena masyarakat Sumatera barat yang mayoritas beragam islam, yang sejalan dengan falsafah Minang "Adat Basandi Syara', Syara' Basandi Kitabullah", yang menjadikan agama Islam sebagai pedoman bagi masyarakat Minangkabau. Di mana Islam memberikan ketentuan bahwa laki-laki memperoleh warisan lebih banyak dibandingkan perempuan. Tentu hal ini menciptakan gejolak dan tantangan tersendiri terhadap sistem matrilineal di Minangkabau yang memberi ketentuan bahwa warisan akan jatuh pada garis keturunan Ibu.

Selain itu, budaya patriarki nyatanya memang mempengaruhi keputusan-keputusan penting dalam kehidupan perempuan, terutama juga dalam hal pernikahan dan pengaturan rumah tangga. Perempuan Minangkabau tidak sedikit yang masih terbelenggu oleh tugas domestik yang selalu dianggap sebagai tugas alamiah seorang perempuan, seperti memasak, membersihkan rumah, dan merawat anak-anak. Hal inilah yang seringkali membatasi kesempatan bagi mereka unutk mengejar karir dan muncul di hadapan publik.

Oleh karena itu, sejatinya konsekuensi patriarki dalam sistem matrilineal memberikan pengaruh yang besar terhadap kedudukan Perempuan Sumatera Barat. Hal ini muncul karena berbagai kondisi yang menciptakan kompleksitas dalam adat, budaya, maupun dalam perubahan sosial. Meskipun perempuan Minangkabau sudah diberikan kedudukan yang istimewa, namun tidak dipungkiri dalam pelaksanaannya, mereka mengalami berbagai tantangan dan hambatan untuk mencapai kesetaraan dalam berbagai aspek kehidupan.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun