Salam Bahagia kepada Bapak Ibu rekan sejawat yaitu Guru-guru hebat di seluruh pelosok Nusantara. Saya Dian Nastiti Rahayu, Mahasiswa Pendidikan Profesi Guru (PPG) dalam Jabatan Kategori 1 Tahap 2 Kemendikbud Tahun 2023 yang berasal dari kota Depok. Pada kesempatan ini, saya akan membuat artikel tentang hasil dari kegiatan Diklat Wawasan Kebhinekaan Global (WKG) yang telah saya ikuti. Kegiatan ini dilaksanakan pada Hari Minggu, tanggal 5 November 2023, oleh Universitas Negeri Malang secara daring. Pemateri pada kegiatan ini adalah Bapak Dr. Ridwan Joharmawan, M.Si dan Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.Si.
Kegiatan diklat WKG ini diikuti oleh peserta PPG dari Kelas 002 Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Malang. Kegiatan dimulai pukul 07.00 s/d 16.00 WIB. Diawali dengan kegiatan Pretest yang disampaikan oleh Admin PPG Kelas 002 Universitas Negeri Malang yaitu Bapak Danar. Kemudian dilanjutkan dengan pemaparan materi topik 1 s/d topik 3 yang disampaikan oleh Bapak Dr. Ridwan Joharmawan dan pemaparan materi topik 4 s/d topik 5 dilanjutkan oleh Bapak Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.Si. Dan kegiatan diklat ini diakhiri dengan Postest.
Walaupun Kegiatan diklat WKG ini diadakan pada hari Minggu, yang awalnya terkesan sangat membosankan apalagi membayangkan duduk seharian ternyata setelah diikuti justru sangat menyenangkan. Karena kami diminta untuk aktif dalam kegiatan ini. Selain itu suguhan materi berupa video faktual serta permainan yang menyenangkan, mengajak kami berpikir dan merefleksi kehidupan yang sudah dan sedang dijalani saat ini. Kami pun diperbolehkan menggunakan panggilan seperti Bro, Sis, Kak sehingga terlihat lebih akrab satu sama lain.
Kegiatan Diklat WKG ini bertujuan untuk memberi penguatan nilai-nilai keberagaman, penghargaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, memupuk budaya saling menghormati terhadap kebhinekaan di sekolah dengan mempraktikkan nilai-nilai toleransi di sekolah.
Manfaat yang diharapkan dari program kebhinekaan ini bagi guru baik secara teoritis maupun praktisnya adalah mampu memperkuat pemahaman guru baik secara konseptual maupun praktis akan terciptanya budaya toleransi yang didasarkan atas penghargaan akan nilai-nilai kemanusiaan, nilai-nilai ajaran agama, nilai-nilai budaya, dan praktik baik yang sudah dilakukan oleh para pendidik di Indonesia. Selain itu memberikan pengalaman kebhinekaan yang diharapkan bisa diterapkan dan diperkuat juga dalam lingkup lingkungan pendidikan sehingga budaya saling menghargai akan keragaman sebagai sekolah yang aman dan nyaman. Yang terakhir adalah mengukur kontribusi para pendidik untuk berperan aktif mempromosikan budaya toleran baik di lingkungan sekolah.
Dalam diklat Wawasan Kebhinekaan Global membahas lima topik yaitu
- Kebhinekaan Global (Dunia yang Berwarna)
Kebhinekaan global adalah perasaan menghormati keberagaman dan sikap toleransi terhadap perbedaan. Kita meyakini bahwa di dunia ini hidup berbagai ragam manusia, bangsa, bahasa, budaya, agama, ras, suku bangsa dan ragam lainnya. Di Indonesia, keberagaman adalah bagian dari identitas bangsa. Memahami keberagaman adalah kemampuan yang harus dimiliki setiap warga negara. Oleh karena itu kita harus berpikir luas, karena keragaman pandangan dan pergaulan akan memperkaya cara kita dalam berpikir dan bijak dalam bertindak. Orang yang memahami keragaman budaya akan lebih menghargai dan berempati terhadap budaya orang lain. Orang yang hidup seragam dan pengalaman terbatas, cenderung memiliki pikiran dan pandangan terbatas. Sehingga memiliki sikap terbuka terhadap keragaman dunia akan membuat seseorang mampu menyesuaikan diri dimanapun dia berata tanpa meninggalkan hal yang yang sudah diyakininya.
Akan tetapi hal ini juga memiliki kerentanan tersendiri bagi setiap orang. Oleh karena itu setiap individu perlu mengasah keterampilan abad 21 yaitu memiliki keterampilan berpikir kritis, keterampilan kreativitas, keterampilan berkomunikasi, serta keterampilan berkolaborasi. Karena keterampilan abad 21 yang sudah tertanam dalam diri ini akan menjadi sumber kekuatan seseorang  agar mampu bekerjasama dengan siapa saja untuk menyelesaikan masalah yang muncul, menumbuhkan rasa toleransinya terhadapa berbagai perbedaan pendapat sehingga mampu berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah tersebut.
Kunci keberhasilan manusia di abad 21 yaitu kemauan untuk belajar secara mandiri, dimana saja tanpa ada batasan waktu belajar.
Siapakah penduduk pribumi? Apakah kamu penduduk pribumi Indonesia ? Pertanyaan ini tentunya akan dijawab oleh banyak orang dengan jawaban yang hampir sama. Bahwasanya pribumi adalah penghuni asli yang berasal dari tempat yang bersangkutan dan yah tentunya saya adalah pribumi Indonesia. Namun hal ini terbantahkan dengan munculnya fakta hasil tes DNA responden acak orang Indonesia yang dilaksanakan oleh majalah sejarah online Historia.id dalam proyek DNA penelusuran leluhur orang Indonesia asli mengungkapkan bahwa ternyata tidak ada yang dinamakan manusia pribumi atau asli Indonesia. Penelitian genetika membuktikan tak ada pemilik gen murni di Nusantara. Studi genetik yang dilakukan oleh Konsorsium HUGO-Pan Asia mengungkapkan, semua populasi Asia Timur maupun Asia Tenggara berasal dari gelombang pertama migrasi Out of Africa. Berdasarkan sampel DNA mitokondria yang hanya diturunkan melalui garis ibu, diketahui periode hunian awal di kepulauan Nusantara berkisar antara 70.000 – 50.000 tahun lalu. Sementara analisis penanda kromosom Y yang hanya diturunkan dari garis ayah memperlihatkan adanya bukti pembauran beberapa luhur genetik. Manusia Indonesia adalah campuran beragam genetika yang awalnya berasal dari Afrika.
Dengan fakta ini kita semakin menyadari bahwa kita semua memiliki garis keturunan nenek moyang yang sama dan akhirnya terpisah-pisah dalam beberapa wilayah sehingga muncullah keragaman yang begitu indah. Bayangkan saja apabila wajah, kulit, rambut kita semua sama. Atau kesukaan yang sama terhadap suatu hal, tentunya akan terjadi saling memperebutkan sehingga timbul ketidakseimbangan dalam kehidupan ini. Dan tentu saja seseorang tidak memiliki identitas diri yang menjadi pembeda antara dirinya  dengan orang lain.
- Kebhinekaan Indonesia (Negeri penuh harmoni)
Indonesia memiliki berbagai keragaman yang merupakan karunia dari sang pencipta. Tentunya keragaman ini menjadi  sebuah tantangan tersendiri bagi kita. Lalu bagaimana cara kita mengatasi hal ini?
Indonesia merupakan Negara yang bhineka atau beragam, yaitu memiliki keragaman suku, etnik, bahasa, budaya, agama serta karakteristik dan keunikan di setiap wilayahnya namun kita tetap satu yaitu Indonesia. Bangsa Indonesia sering dilihat sebagai contoh bagaimana masyarakat dengan beragam etnik dan agama bisa hidup rukun, damai, dan berdampingan. Dengan melihat lebih dekat berbagai kehidupan masyarakat yang ada di berbagai pelosok nusantara, tampak jelas toleransi dan kerukunan merupakan napas dan jiwa masyarakat Indonesia. Hal ini tercipta karena adanya sikap toleransi, yaitu sikap saling menghormati saling menerima, dan saling menghargai di tengah keragaman suku, budaya dan agama, adanya kebebasan berekspresi dan perbedaan karakter setiap manusia. Sikap toleransi perlu dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Kita mengingat semboyan negara "bhineka tunggal ika" artinya berbeda-beda tetap satu jua. Apabila sikap toleransi ini tidak dimiliki oleh individu, kelompok maupun bangsa, tentu saja kita akan kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungan yang notabennya sangat beragam. Kita tidak akan mampu bertahan dalam kehidupan ini. Karena sejatinya kita adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain.
- Berdamai dengan diri (Damai mulai dari diri)
Apakah anda pernah merasa malu dan tidak percaya dengan identitas diri yang anda miliki? Kapan hal itu anda rasakan? Apakah saat ini masih merasakan hal tersebut?
Pertanyaan-pertanyaan ini adalah bentuk refleksi terhadap identitas diri yang kita miliki.
Sejatinya refleksi mengingatkan diri sendiri bahwa setiap diri punya identitas, dan identitas kita yang unik tidak perlu dibandingkan dengan identitas orang lain. Setiap orang punya kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Setiap orang punya identitas, ada yang sudah kita terima sejak lahir dan tidak bisa diubah, ada juga yang menciptakan sendiri dan bisa diubah. Menggunakan standar diri dalam bertindak dan tidak menjadikan orang lain sebagai standar  adalah bentuk berdamai dengan diri. Berdamai dengan diri sendiri adalah keadaan dimana kita mampu menerima semua hal yang ada dalam diri dan kehidupan kita, mulai dari kelebihan, kekurangan, luka batin, bahkan kesalahan yang kita buat di masa lalu.  Belajar welas asih terhadap diri atau mencintai diri sendiri. Menyadari bahwa sejatinya setiap diri memiliki kekurangan dan kelebihan, maka cobalah berdamai dengan diri sendiri. Dengan begitu, kita dapat menjalani kehidupan ini dengan ketenangan dan kebahagiaan.
- Keragaman di sekolah (Sekolahku yang Bhineka)
Sekolah adalah suatu tempat dimana terdapat berbagai keragaman. Lalu bagaimana kita menerapkan nilai-nilai toleransi di sekolah atau kelas dalam bentuk program kebhinekaan.
Setiap murid di kelas memiliki keunikannya masing-masing. Mereka memiliki latar belakang dan karakter yang berbeda-beda. Dari keberagaman yang sederhana tersebut sebagai seorang guru kita harus memberikan pemahaman kepada murid agar memiliki sikap toleransi terhadap keberagaman yang ada. Implementasi toleransi di sekolah bisa berupa berteman dengan siapa saja, sayang teman, mau menerima perbedaan pendapat, saling tolong menolong, rendah hati dan masih banyak hal lainnya. Selain itu, seorang guru perlu memperkuat budaya sekolah dengan aktivitas kebhinekaan seperti dalam hal olahraga, permainan, seni budaya dan agama atau melalui media komunikasi.
- Sekolah yang damai (Menuju sekolah damai)
Bagaimanakah sekolah yang aman dan nyaman? Apakah sekolah kita saat ini sudah menjadi rumah yang damai bagi semua penghuninya?
Sekolah yang damai adalah sekolah dimana penghuninya yaitu guru dan siswa mampu menghargai perbedaan, memiliki sikap toleran, serta menghormati dan menghargai orang lain. Sekolah yang aman, nyaman dan menyenangkan tentunya akan menciptakan suasana damai. Lalu bagaimana caranya? Tentunya untuk menjaga sekolah tetap damai maka kita harus meningkatkan Kapasitas (K) dan mengurangi Kerentanan (R). Prinsip utama sekolah yang aman, nyaman, dan menyenangkan adalah tidak adanya diskriminasi kepentingan, hak hidup serta penghargaan terhadap anak
Terima kasih atas perhatian pembaca yang budiman. Semoga artikel ini bermanfaat menambah keilmuan bagi para pembaca.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H