Mohon tunggu...
Dianna FitriaNovita
Dianna FitriaNovita Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Airlangga

Mendengarkan musik, menonton film, menulis, bersepeda

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen "Let Somebody Go"

28 Juni 2024   17:01 Diperbarui: 4 Juli 2024   20:56 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Jabat Tangan Saat Pertemuan dan Perpisahan

Ilustrasi Jabat Tangan Saat Pertemuan dan Perpisahan
Ilustrasi Jabat Tangan Saat Pertemuan dan Perpisahan

Perpisahan kedua orang tua saya memang telah meruntuhkan sebagian besar hati dan jiwa saya sejak kecil. Siapa sangka beberapa tahun setelah perceraian mereka secara resmi, salah satu orang yang paling berharga di hidup saya pergi meninggalkan dunia ini untuk selamanya.

Kakek saya yang selama ini banyak menghabiskan waktu menemani dan membantu merawatku menghembuskan nafas terakhirnya saat saya SMP. Dia adalah seseorang yang sering memanjakan saya dengan memberikan hadiah setiap mendapat ranking 1 di kelas. Dia dulu selalu menceritakan cerita rakyat, legenda, mitos, sejarah sejak aku masih kecil.

Dia telah berjuang puluhan tahun bertahan hidup sebagai penderita penyakit jantung dan paru-paru. Dia dulu adalah seorang perokok aktif. Dia telah menjalani dua kali operasi. Namun, penyakit yang dideritanya tetap tidak bisa disembuhkan secara total.

Hidupku terasa runtuh, rasanya berat melepaskan kepergiannya. Tangisanku mengiringi kepergiannya. Aku mencoba menahan isak tangisku saat berada di depan tubuhnya yang terbujur kaku agar bisa membacakan do'a sebelum dia diantar ke tempat peristirahatan terakhirnya.

Aku tidak menyangka akan kehilangan kakekku secepat itu. Orang yang selama ini selalu mendo'akanku sebelum ujian telah tiada. Awalnya aku merasa Tuhan sangat tidak adil kepadaku. Kenapa aku harus kehilangan kakekku saat itu.

Beberapa tahun kemudian aku paham kenapa kakekku harus pergi saat itu. Pandemi covid-19 pasti akan lebih menyiksa kakekku jika ia masih hidup. Dia harus bolak-balik kontrol ke rumah sakit dengan resiko terpapar penyakit yang cukup mudah menular kala itu. Ternyata, Tuhan memang baik. Kepergian kakekku demi kebaikannya agar tidak mengalami rasa sakit berkepanjangan di dunia ini.

Salah satu pesan mendiang kakekku adalah supaya aku menjadi anak yang baik, rendah hati, dan hidup dengan sederhana. Dia mengingatkanku agar tidak mudah termakan gengsi. Dia juga memintaku bersabar dalam menghadapi kakak pertamaku dan ibuku.

Pengalaman ditinggalkan orang terkasih yang ada di sekitarku membuatku sulit menerima kehadiran orang lain. Di awal aku cenderung mengabaikan mereka sekalipun berbuat hal baik untukku. Aku berusaha menghindari dan meninggalkannya. Aku merasa tidak sanggup jika harus ditinggalkan untuk yang ke-sekian kalinya lagi.

Kebiasaan burukku itu yang membawaku pada penyesalan berkepanjangan. Aku melewatkan banyak orang baik yang ada di sekitarku. Aku dengan mudah mengabaikan kehadiran mereka.

Saat mereka tidak bersamaku lagi aku baru sadar. Aku menyesalinya dan berharap memiliki kesempatan kedua untuk bisa bertemu dengan mereka. Aku ingin menyampaikan permintaan maaf dan rasa terima kasihku untuk mereka. Aku juga ingin berusaha belajar berbuat baik kepada mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun