Mohon tunggu...
Dian Mustika Anggraini
Dian Mustika Anggraini Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Mahasiswa Pascasarjana UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Teori adalah Sebuah Realita yang Sesungguhnya

25 Januari 2017   12:14 Diperbarui: 25 Januari 2017   12:21 632
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Ketika sebuah realita atau kenyataan tidak semua sama dengan teori yang kita pelajari selama ini. Itu terasa sungguh menyakitkan. Sudah menghabiskan waktu yang sangat banyak untuk memahami dan dicekoki dengan berbagai macam teori-teori yang sudah ada. Di saat di lapangan, semua teori itu seakan menguap. Sungguh menyedihkan !”

Jika kita masih berpikir seperti itu, menandakan bahwa kita belum paham benar tentang teori yang sedang kita pelajari. Mengapa? Karena dengan mempelajari macam-macam teori itulah kita akan paham apa yang harus kita lakukan untuk menghadapi realita yang ada.

Seperti contoh teori sederhana dari matematika yaitu penjumlahan. Semua orang pasti benar-benar paham tentang penjumlaham dan pengurangan. Teori itu sangat bermanfaat ketika terjadi transaksi jual beli, memberi sangu kepada anak, menghitung jumlah hari, dan masih banyak contoh di kehidupan sehari-hari kita. Mengapa teori penjumlahan dan pengurangan bisa menjadi benar-benar berguna? Karena kita tahu dan paham tentang teori tersebut. Coba jika kita hanya mengetahui sekilas tentang teori hukum newton. Mendengar nama hukum itu saja kita tidak pernah apalagi kita akan menggunakannya.

Itulah hidup, semakin banyak kita tahu dan PAHAM tentang hal yang kita pelajari. Semakin mudahlah kita mengatasi realita yang ada. Hal itu bisa kita hubungkan dengan Islam. Kok bisa? Sepengetahuan saya, islam menyuruh kita untuk tidak menjadi masyarakat yang miskin dan bodoh. Jika kita menjadi orang miskin, kita tidak akan bisa memenuhi segala keinginan kita dengan leluasa. Mungkin kita tetap bisa tetapi terbatas. Berbeda jika kita kaya, kita tidak hanya berguna bagi diri-kita sendiri tetapi juga orang lain. Tetapi jika kita kaya tetapi kita BODOH, itu akan sama saja dengan kita miskin. Karena kita akan dimanfaatkan orang lain begitu saja tanpa berpikir panjang.

Di zaman sekarang yang keadaan selalu mendukung kita dengan proses kecanggihan teknologi yang sungguh luar biasa. Kita dituntut untuk memberantas kemiskinan dan kebodohan. Negara indonesia SEBENARNYA adalah negara KAYA tetapi karena penduduk kita TERLALU pintar, sampai-sampai kita dengan mudah dikelabuhi oleh musuh. Seperti freeport, tambang minyak, minyak kelapa, dan contohnya tidak bisa saya sebutkan karena “saking” sedikitnya bangsa kita menyerahkan kekayaan kepada orang lain.

Saya tak bermaksud untuk menggurui atau apa, saya hanya ingin berbagi dan mengingatkan diri saya. Karena saya juga sedang berproses untuk memberantas kemiskinan dan kebodohan dalam diri saya. Istilahnya mengetahui dan benar-benar memahami teori yang saya punya secara mendalam. Karena saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi diri saya sendiri dan orang-orang disekitar saya. Harapan besarnya, negara ini yaitu INDONESIA bisa lebih baik karena generasi yang sadar akan perubahan.

Perubahan itu bergerak bukan diam duduk ditempat saja.

DIAN

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun