Mohon tunggu...
Dian Muliana
Dian Muliana Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Bapak 3 orang anak yang hobby photography dan menulis. alamat web : http://www.dianmuliana.com/

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Tanjung Bloam Lombok Timur, Surga yang Tersembunyi

26 Oktober 2016   13:08 Diperbarui: 26 Oktober 2016   13:22 190
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari ini ada janji untuk hunting foto, lokasi yang di tuju adalah Tanjung Bloam dan Tanjung Ringgit, daerah eksotik pantai selatan di pesisir timur Pulau Lombok yang berbatasan langsung dengan Pulau Sumbawa.

Sudah lama lemari kamera ini tidak di pernah dibuka, tepatnya  sejak januari 2015. Kurang lebih 4 bulan tidak pernah hunting foto. Kangen rasanya  berjalan naik turun  bukit  dan berjalan di sela sela  batu karang, terseok seok melangkahkan kaki yang terbenam di pasir putih, kadang terpeleset diantara batu batu  hijau berlumut. terkena sengatan matahari pantai yang terik, di buai oleh semilir angin yang membawa butiran butiran garam dalam setiap hembusannya.

Jam 8.30 kami berempat berangkat menuju lokasi, start dari rumah saya di nyiur lembang, jembatan gantung, lembar – lombok barat. Kami berjalan dengan santai. lama perjalanan tidak di tentukan, kami boleh sampai kapan saja dan bagaimana saja.. hari ini memang hari tanpa beban, tagetnya adalah sampai di tujuan, sampainya kapan..?  ... he he he  terserah drivernya.

Lewat Tugu Lombok Barat bangkit, mobil belok ke kanan, kearah bandara, jalan besar dan mulus. Sampai di daerah tanak awu, jalan bercabang dua, ke kanan arah ke kuta, kami ambil jalan kecil ke arah kiri ke arah Jerowaru. Perjalanan agak melambat karena dijalan banyak lobang dan ada beberapa bagian jalan yang rusak. Sampai pertigaan jerowaru belok lagi ke kanan, setelah itu terus mengikuti satu satunya jalan menuju lokasi.

SMP1 Jerowaru, itu adalah pertanda terakhir mobil berjalan di jalan aspal, kami harus belok kekiri memasuki jalan tanah yang becek dan kadang berbatu batu. Bergoncang goncang sejauh 11 KM kemudian melewati pinggiran hutan yang tidak terlalu lebat. Jalan dipinggir hutan ini adalah jalan tanah, tapi lumayan lebar, 2 mobil berpapasan masih bisa melewati jalan ini. 

Simpang tiga “Segui” adalah rambu yang hanya di kenal oleh penduduk lokal, sebelum simpang itu kami harus belok kanan, ada jalan kecil masuk kedalam hutan. Akses jalan menuju lokasi yang kami tuju memang tidak ada jalan nya. Kami juga hanya menduga duga arahnya, sementara itu mobil berjalan di antara sela sela pohon, meliuk liuk di jalan yang licin dan tidak rata, terpeleset dan terganjal akar pohon pohon besar... kami biarkan terus sampai mobil tidak lagi bisa berjalan, nahh di situlah kami “mau engga mau” harus berhenti. Jalan yg bisa di lalui mobil habis sampai sini.

Pas di depan kubangan besar yang ber air, Driver kami mengangkat tangan.... tanda menyerah dan mobil tidak bisa lagi berjalan... artinya kami harus berjalan kaki mengikuti jalan setapak menuju lokasi dan meninggalkan mobil di tengah hutan. Waktu saat itu menunjukan pukul 11.30

Tidak ada alat pengukur jarak yang pasti, jadi kami tidak tahu berapa jauh sudah kami berjalan. Lama perjalanan sekitar 2 jam, melewati hutan, padang ilalang, naik turun bukit, dan terakhir melewati bekas aliran sungai yang curam dan terjal . Tidak ada rumah makan, tidak ada puskesmas, tidak ada tukang ojek, tidak ada indomaret he he he he,  jadi jangan berhayal ketemu cafe dan  bisa ngopi dulu sambil menghilangkan pegal pegal di betis.    

Tanjung Bloam memang luar biasa cantik.....  hamparan laut dengan tanjung yang menjorok sangat indah, teman saya yang kebetulan seorang ustad, terlihat komat kamit membaca puji syukur sambil menengadahkan tangan. Teman saya yang dua lagi hanya bisa melongo tanpa mengucapkan apa apa. Kami semua terpaku memandang kebesaran NYA.

Usapan lembut gelombang di pantai yang landai, debur gelombang besar yang menghantam batu karang, percikan air yang beradu dengan bebatuan, gemericiknya air yang mengalir di sela sela batu ketika ombak besar datang . sejuknya angin laut yang membawa uap garam, dan bau khas pesisir, membuat kerinduan kami akan alam terobati .

Setelah puas memandang dengan takjub, kamipun mencari posisi, setiap photographer memiliki “sudut pandang” masing masing mengenai keindahan sebuah photo. Saya yang menggemari photo dari ketinggian segera mencari posisi di atas bukit. Teman teman yang lainnya mencari angle sesuai dengan selera meraka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun