Menjadi Anak Muda yang Divergen atau Konvergen?
Mengutip kalimat Pak Gita Wirjawan, "lebih baik tipis tapi dalam atau lebar tapi dangkal ?."
Kita sering kali bertemu dengan orang-orang yang memiliki wawasan sangat luas dan serbabisa dalam berbagai bidang dan pekerjaan, meskipun mereka tidak terlalu mendalami satu pekerjaan tertentu. Namun, kita juga pasti pernah bertemu dengan orang-orang yang sangat ahli dalam satu bidang pekerjaan, tetapi kurang mampu dalam hal-hal lain di luar bidang keahlian mereka.
Apa Itu Divergen?
Pemikiran divergen adalah cara berpikir yang melibatkan banyak ide berbeda untuk satu masalah. Bayangkan kamu sedang brainstorming, dan kamu menghasilkan banyak ide gila dan kreatif. Itulah pemikiran divergen. Orang yang berpikir secara divergen cenderung suka mengeksplorasi banyak kemungkinan dan tidak takut mencoba hal-hal baru. Mereka adalah para inovator dan pencipta.
Misalnya, dalam dunia seni atau teknologi, pemikiran divergen sangat penting. Seorang seniman atau pengembang aplikasi harus kreatif dan sering mencari solusi unik yang belum pernah terpikirkan sebelumnya.
Apa Itu Konvergen?
Sebaliknya, pemikiran konvergen adalah cara berpikir yang fokus pada menemukan satu jawaban yang benar atau solusi terbaik untuk suatu masalah. Ini adalah tipe pemikiran yang terorganisir dan terstruktur. Orang yang berpikir secara konvergen biasanya lebih analitis dan logis. Mereka suka memecahkan masalah dengan cara yang efisien dan efektif.
Contohnya, dalam bidang kedokteran atau teknik, pemikiran konvergen sangat penting. Seorang dokter atau insinyur harus bisa menganalisis situasi dengan teliti dan menemukan solusi yang paling tepat tanpa banyak coba-coba.
Kapan Harus Menggunakan Pemikiran Divergen atau Konvergen?
Kedua jenis pemikiran ini sebenarnya saling melengkapi. Kadang kita butuh berpikir divergen untuk menemukan ide-ide baru dan inovatif. Namun, setelah menemukan ide tersebut, kita butuh pemikiran konvergen untuk mengimplementasikannya dengan baik.
Misalnya, ketika kamu sedang mengerjakan proyek kreatif seperti membuat startup, pada awalnya kamu butuh banyak ide segar (divergen). Tetapi, saat harus mengeksekusi dan menjalankan bisnis tersebut, kamu perlu fokus dan terstruktur (konvergen).
Menemukan Keseimbangan
Menjadi anak muda yang sukses berarti bisa menyeimbangkan pemikiran divergen dan konvergen. Kamu bisa kreatif dan menghasilkan banyak ide, tapi juga tahu cara menyaring dan fokus pada ide yang paling menjanjikan.
Bagi para anak muda, alangkah baiknya untuk mendahulukan pemikiran yang konvergen. Pada usia muda, kecenderungan untuk labil bisa menyebabkan kita berubah keputusan dalam waktu yang sangat singkat. Pemikiran divergen dapat memperkuat kelabilan tersebut. Namun, dengan pemikiran yang konvergen dan fokus pada satu tujuan, kita akan lebih mantap. Setelah menemukan tujuan dan pemikiran kita cukup dewasa untuk memproses semua tujuan tersebut, barulah kita bisa mengembangkan pemikiran divergen. Dengan demikian, kita dapat menjadi orang yang serbabisa dan mampu beradaptasi dengan perubahan dunia, sambil tetap memiliki satu fokus utama dalam hidup.
Jadi, apakah kamu lebih suka menjadi divergen yang penuh ide atau konvergen yang fokus dan efisien? Temukan keseimbangan yang tepat untuk dirimu dan gunakan kedua jenis pemikiran ini untuk mencapai hal-hal besar dalam hidupmu!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H