Mohon tunggu...
Dian Mayasari
Dian Mayasari Mohon Tunggu... Guru - Guru Matematika SMAN 1 Purwosari

Pembelajaran Matematika, Musik POP

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pemanfaatan Kebun Toga Sekolah sebagai Sumber Belajar Bab Peluang

5 Juni 2023   15:10 Diperbarui: 5 Juni 2023   15:38 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Abstrak: Sumber belajar adalah segala sesuatu (benda, data, fakta, ide, orang, dan lain sebagainya) yang bisa menimbulkan proses belajar. Sekolah berbasis adiwiyata menuntut untuk memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, salah satunya kebun toga. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pembelajaran menggunakan kebun toga sekolah sebagai sumber belajar matematika materi peluang. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif yaitu memberi gambaran tentang proses pembelajaran yang menggunakan kebun toga sekolah sebagai sumber belajar siswa memahami materi matematika. Sumber data yang digunakan yaitu dokumen yang berupa rancangan pembelajaran, lembar pengamatan, dan wawancara. Sumber belajar ini merupakan bentuk pemanfaatan lingkungan sekolah sebagai sumber belajar matematika. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lingkungan sekolah khusunya kebun toga sekolah bisa digunakan sebagai alternatif sumber belajar matematika materi peluang.

Kata kunci: sumber belajar, kebun toga, peluang.

A. Pendahuluan

      Dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan satu hal yang sudah pasti kebenarannya yaitu bahwa peserta didik atau siswa harus banyak berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai sulit diwujudkan proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal. Sumber belajar adalah segala sesuatu (orang, alat, lingkungan, teknik, dan sebagainya) yang memberikan kemudahan kepada seseorang untuk belajar (Arif, 2004; Sudjana, 2007; Prastowo, 2012). Sumber belajar yang umum digunakan dalam pembelajaran matematika adalah buku teks, padahal sumber-sumber lain seperti lingkungan sekolah, internet, media, dan sebagainya dapat digunakan sebagai sumber belajar.

      Pendidikan matematika yang selama ini diajarkan disekolah pada umumnya terpaku pada satu sumber saja (Mahardiyanti, 2012; Sitepu, 2008). Kebanyakan guru dan siswa terpaku pada buku paket ditambah dengan Lembar Kerja Siswa (LKS). Hal ini membuat pembelajaran matematika monoton dan siswa menjadi kurang termotivasi untuk belajar. Para calon pendidik dan pendidik perlu dibiasakan belajar tanpa batas ruang kelas dan menggunakan dunia atau alam terbuka sebagai tempat belajar dan membelajarkan. Dengan demikian, berbagai ragam sumber belajar yang tersedia perlu diintegrasikan dan setiap anggota komunitas belajar dapat memperoleh akses dan menggunakannya sesuai dengan keperluan.

      Bila seorang pengajar maupun pembelajar sepenuhnya bergantung hanya pada apa yang diperolehnya di ruang belajar, ditambah beberapa pemahaman dari buku buku teks penunjang,  dapat dipastikan bahwa inovasi yang seharusnya tumbuh dari proses pembelajaran tidak akan tercipta. Lebih jauh lagi, seorang pengajar maupun pembelajar yang hanya bergantung kepada buku teks tidak dapat mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi dalam bidangnya sekaligus tidak dapat memilah informasi atau pengetahuan mana yang akurat untuk diterapkan, yang validitasnya dapat dipertanggungjawabkan (Yohannes & Ana, 2005; Sitepu, 2008). Sementara jumlah sumber belajar di luar buku teks menjadi berlipat, sebenarnya waktu yang tersedia bagi seseorang untuk belajar dari berbagai sumber belajar sangat terbatas. Keadaan ini tentu memerlukan ketrampilan tertentu untuk memanfaatkan sumber belajar yang berlimpah yang tersedia demi memperoleh sumber pengetahuan yang relevan sesuai bidangnya. Di samping itu, dengan adanya pemahaman dan ketrampilan mengakses sumber belajar eksternal, seseorang akan dapat memperkaya khasanahnya dan memperkuat dasar keilmuannya agar siap dikembangkan di dunia yang mengalami pengkerutan baik secara ukuran maupun jarak virtual, namun semakin padat oleh informasi-informasi yang baru setiap harinya.

      Saat ini beberapa sekolah gencar mengikuti sekolah adiwiyata yang diseleksi mulai tingkat Kabupaten, Provinsi, Nasional, dan Mandiri. Sekolah adiwiyata adalah sekolah berbasis lingkungan dimana semua personil sekolah bekerja sama untuk menciptakan lingkungan yang indah, sehat, bersih, dan nyaman untuk belajar. Menjadi sekolah adiwiyata menjadi gengsi tersendiri antar sekolah. Lingkungan yang sehat dan nyaman memfasilitasi siswa untuk belajar dengan baik. Salah satu lingkungan di sekolah adiwiyata adalah adanya kebun tanaman obat keluarga atau yang biasa dikenal toga. Pada sekolah adiwiyata, pemanfaatan lingkungan sekolah yang bersih tersebut menjadi sarana atau sumber belajar yang dapat dimanfaatkan. Salah satu implementasi sekolah berbasis lingkungan adalah memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai sumber dan sarana belajar (Landriany, 2014; Rismawati, 2013).

      Pada tingkatan sekolah menengah, sumber belajar materi peluang umumnya menggunakan buku paket atau LKS dari sekolah. Siswa dihadapkan pada data-data lalu menyelesaikan permasalahan yang ada.  Siswa mendapat contoh soal lalu mengerjakan soal yang selesaian sama dengan yang dicontohkan. Hal tersebut mengakibatkan siswa kurang memahami konsep peluang. Apabila soal diganti padahal konsepnya sama siswa sudah lupa.

      Penggunaan sumber belajar disesuaikan dengan tingkat kebutuhan anak. Pada anak sekolah menangah atas, siswa juga diharapkan mengerti bahwa kita harus menjaga lingkunan sebab lingkungan juga merupakan sumber inspirasi dan sumber belajar. Beberapa penilitan seperti Halimah (2008), Kasrina (2012), dan Hernawatai (2012) menyatakan bahwa lingkungan sumber belajar membawa dampak positif terhadap hasil belajar siswa.

      Materi peluang pada sekolah menengah atas merupakan salah satu materi yang dianggap sulit bagi siswa. Siswa kurang memahami perbedaan permutasi dan kombinasi, sehingga beberapa siswa bingung dan salah menggunakan rumus permutasi atau kombinasi. Dalam konsep kaidah pencacahan siswa juga hanya langsung disugukan suatu rumus tanpa membuktikan atau mengaplikasikan rumus yang telah diperoleh.

      Banyak penelitian membahas tentang sumber belajar matematika, diantaranya Hadjirrouit (2010), Lindiani (2012), Asbani (2011), dan Nguyen 2005). Namun belum ada yang menggunakan lingkungan yaitu kebun toga sebagai sumber belajar. Oleh karena itu peneliti merasa perlu mengadakan penelitian pemanfaatan kebun toga sekolah sebagai sumber belajar matematika khususnya materi peluang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun