Mohon tunggu...
Dian Mardi Safitri
Dian Mardi Safitri Mohon Tunggu... Insinyur - Homemaker, lecturer

homemaker, lecturer

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Flash Fiction] Hari Kemerdekaan untuk Ibu

4 September 2010   22:01 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:26 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Daster batik Ibu ini satu-satunya pengobat rinduku. Kangen sekali aku pada Ibu. Sekelebatan peristiwa bersama Ibu menari-nari di ingatanku.

“Nduk, cepat mandi sana. Temani Ibu mengantar jahitan ke rumah Bu Karsiyo.”

“Pulangnya nanti beli kue putu ya Bu?” kataku. Sepulang dari rumah Bu Karsiyo nanti pasti Ibu akan mempunyai uang, hasil dari jasa menjahit baju. Aku selalu diajak oleh Ibu untuk mengantarkan hasil jahitan. “Biar kamu hafal rumah langganan Ibu, Nduk. Suatu saat kalau Ibu sudah ndak bisa njahit lagi, kamu bisa meneruskan hubungan baik Ibu dengan para langganan,” begitu alasan Ibu. Ibu pun mewariskan ilmu jahit-menjahitnya padaku. Bahkan menurut Ibu, aku lebih pandai membuat pola dibanding dirinya.

Sudah 5 kali perayaan 17 Agustus kulewati tanpa Ibu. Kemeriahan lomba panjat pinang di balai RW, di seberang rumahku tak mampu menghapus sepi hatiku tanpa Ibu. Setiap melihat derap gagah Paskibraka di televisi, aku teringat Ibu. Ibu bangga sekali ketika aku tergabung dalam pasukan 17 Paskibraka yang bertugas di Balaikota.

Hari ini, tahun keenam setelah persitiwa itu. Ketika barisan Paskibraka mulai berderap memasuki Istana Negara, kulangkahkan kaki menuju Lembaga Pemasyarakatan Wanita. Ini adalah hari kemerdekaan Ibu. Kubawakan untuk Ibu satu stel pakaian muslim hasil jahitanku. Kujemput Ibu pulang setelah Ibu mendapat remisi bebas dari kasus pembunuhan atas Bapak tiriku yang penipu itu. 17 Agustus 2010, usai sudah kesepianku. Selamat datang kembali di rumah dan di hatiku, Bu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun