Di sudut kamar berdinding batako itu Dudung terpuruk. Lemas, menahan sakit luar biasa pada perutnya. Di sampingnya, Mimin tampak cemas melihat keadaan suaminya. Dipeganginya lengan kurus Dudung, mencoba ikut merasakan derita belahan jiwanya.
"Aaaaaggghhhh..... !!!!!" ratap Dudung.
"Sabar ya Kang? sebentar lagi Pak Mantri datang. Sakit sekali ya Kang?... Duh Gustiiii, tolonglah suami hamba. Sembuhkan sakitnya....."
"Mimiiiinn..... peluk aku... peluk, Miin.... Aku nggak kuaaattt..." sekali lagi Dudung mengerang.
Tergopoh-gopoh Mimin memeluk suaminya, berharap sakit itu berkurang kadarnya. Beberapa saat kemudian, Dudung tertidur di pelukan istrinya. Rupanya dia kelelahan menahan sakit. Mimin membelai kepala Dudung lembut sambil batinnya tak henti merapal doa-doa memohon kesembuhan.
20 menit kemudian Pak Mantri datang memeriksa Dudung. Ia menyerah, dan menganjurkan Dudung memeriksakan diri ke Rumah Sakit Umum. Dudung menderita penyakit perut yang aneh. Pak Mantri merasa kurang kompeten.
Sepekan berlalu, di lorong rumah sakit Mimin tertegun takjub. Hasil rontgen menunjukkan timbunan silet yang telah berkarat di lambung Dudung. Padahal ia selalu makan silet yang baru setiap pentas debus. Asam lambungnya pasti bekerja lambat.
* Fakta: Asam Lambung (HCl) dapat mengikis pisau silet yang terbuat dari baja [Hutapea, Albert M, 2005, Keajaiban-keajaiban dalam Tubuh Manusia, Gramedia Pustaka Utama, Jakata]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H